Sabtu, 09 Maret 2019

Makalah Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi (Homo Economicus)

PENDAHULUAN
Dalam perkembangan pengetahuan manusia mengenai dirinya sendiri telah banyak menimbulkan spekulasi  mengenai apa dan siapa manusia itu? Mulai dari pemahaman sederhana bahwa manusia itu adalah makhluk yang berakal atau homo sapiens  dan kemudian masih banyak lagi yang istilah yang muncul untuk menjelaskan apa itu manusia. Beberapa istilah tersebut  berasal dari bahasa latin yang kemudian menjadi rujukan untuk memahami keseluruhan apa yang ada pada manusia itu sendiri.
Namun di sini saya akan menjelaskan salah satu bagian dari pengetahuan mengenai manusia, manusia sebagai Homo economicus. Selain di kenal sebagai makhluk sosial (homo socius ) dan juga sebagai makhluk berakal (homo spiens ) manusia juga di kenal sebagai makhluk homo economicus, yaitu makhluk yang selalu berupaya sebisa mungkin untuk memenuhi segala jenis kebutuhannya, baik kebutuhan yang sifatnya materi ataupun kebutuhan yang sifatnya nonmateri, memang sudah menjadi bagian yang kodrati bagi manusia untuk menjadi makhluk yang homo economicus karena pada dasarnya manusia akan selalu mengedepankan pribadinya untuk bisa memenuhi segala kebutuhannya, bahkan cara yang di gunakan untuk memenuhi kebutuhannya tersebut dapat beraneka ragam caranya mulai daricara yang baik hingga cara yang dapat di kategorikan sebagai suatu tindakan yang tidak bermoral.

PEMBAHASAN
Penjelasan yang paling sederhana mengenai apa itu homo economicus adalah, bahwa sesungguhnya manusia sangat membutuhkan dan bergantung pada apa yang di katakan sebagai alat pemuas kebutuhan, sederhananya kebutuhan manusia terbagi manjadi 3 yaitu :


Kebutuhan yang sifatnya utama (primer)
Kebutuhan ini sangat di utamakan bagi manusia karena kebutuhan ini tidak terpenuhi maka hasilnya manusia akan sulit atau bahkan tidak bisa melanjutkan kehidupannya. Kebutuhan itu menyangkut pangan (makan), sandang (pakaian), papan (rumah sebagai tempat tinggal).  Semua itu harus terpenuhi tanpa terkecuali.
Kebutuhan pendukung (sekunder)
Kebutuhan ini adalah pelengkap bagi kebutuhan primer, kebutuhan ini adalah kebutuhan yang jika tidak di penuhi manusia masih tetap bisa untuk melanjutkan kehidupannya meski hanya mengandalkan kebutuhan yang bersifat primer, kebutuhan sekunder ini  terealisasi dari apapun  jenis kebutuhan yang yang menyangkut langsung dengan kebutuhan inti seperti jika dalam kebutuhan inti ada pangan, seperti nasi, sayur, ikan dan lain sebagainya maka kebutuhan yang menjadi kebutuhan sekundernya adalah piring dan gelas, karena orang makan tidak harus menjadikan piring dan gelas sebagai alat bantunya, bisa juga menggunakan daun dan batok kelapa sebagai pengganti piring dan gelas.  Namun alangkah baiknya jika menggunakan pirinig dan gelas sebagai alat yang membantu dalam kegiatan pangan. Sama halnya juga dengan kebutuhan lain seperti  sandang yang di lengkapi dengan lemari sebagai pelengkapnya.
Kebutuhan tersier (tambahan)
kebutuhan ini adalah kebutuhan yang  sifatnya adalah tambahan. Yang di maksud dengan tambaha adalah sebagai pemuas keinginan memiliki manusia. Sebagai contohnya adalah mobil dan kendaraan lainnya, mrngapa di katakan sebagai kebutuhan tersier karena tanpa ada mobil pun manusia dapat terus melanjutkan kehidupannya dengan menggunakan kendaaraan umum sebagai  alat transportasi. Contoh lainnya adalah Gadget atau  alat komunikasi sejenisnya, biasanya Gadget di gunakan seseorang selain sebagai alat komunikasi juga berfungsi sebagai tolak ukur strata dalam masyarakat, mengapa demikian karena disini  Gadget juga berfungsi sebagai sebuah trendseter dalam dunia remaja. Meski kesemua contoh tersebut dalam realitasnya tidak dapat di penuhi , manusia masih tetap dapat menuruskan kehidupannya.
Itu mengapa manusia di katakan sebagai Homo economicus , bisa di katakan dari 3 kebutuhan di atas, manusia dapat dikatakan sebagai makhluk yang kompleks kebutuhannya karena  di mulai dari yang paling penting hingga kebutuhan yang tidak penting, kesemuannya di miliki manusia, menjadikan manusia sebagai makhluk yang  homo economicus tingkat tinggi.
Sebagai makhluk ekonomi manusia memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dirinya dengan makhluk lainnya yang non economis di antarnya :
Sikap tidak pernah puas.
Banyak keinginan dan kebutuhan.
Cenderung melakukan tindakan ekonomi atas kepentinagn sendiri.
Cenderung melakukan tindakan ekonomi secara efisien.
Cenderung melakukan kegiatan yang dekat dengan pencapaian tujan.
Selau berpikir rasional berkaitan dengan pengorbanan yang di keluarkan dengan hasil yang di dapat
Selain karakter tersebut manusia sebagai makhluk ekonomi atau homo economics, ada beberpa faktor yang mempengaruhi  suatu kebutuhan manusia  diantara lain adalah :
A. Tempat tinggal.
B. Pendidikan.
C. Usia.
D. Kemajuan ilmu pengtahuan dan teknologi.
E. Tingkat pendapatan.
F. Status social.
G. Perbedaan Selera.
H. Sumber Daya Alam Dan Sumber Daya Manusia Yang Tersedia.

5 Ciri- Ciri Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi Yang Bermoral

Ciri- ciri manusia sebagai makhluk ekonomi selain sebagai makhluk sosial, manusia dikenal makhluk ekonomi juga melekat pada diri kita. Hakikat makhluk sosial, seperti yang kita tahu sekarang, menandakan kehidupan seorang manusia yang tidak bisa lepas dari sosialisasi dengan orang lain. Manusia tidak bisa hidup sendiri dan harus berdampingan dengan orang lain karena manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Definisi yang cukup jelas mengenai hakikat makhluk sosial. Namun bagaimana dengan titel makhluk ekonomi? Manusia yang juga dikenal sebagai makhluk ekonomi bermoral ini kemudian menimbulkan pertanyaan, “Apa maksud dari hakikat makhluk ekonomi ini?”

Perkembangan wilayah Indonesia pada dasarnya, kehidupan manusia disokong oleh berbagai kegiatan yang intinya adalah memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia: papan (tempat tinggal), pangan (makanan), dan sandang (pakaian). Manusia memiliki naluri untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kebutuhan ini, manusia bisa bertahan hidup. Beberapa poin terkait dengan aktivitas sehari-hari manusia untuk bertahan hidup adalah:
Dalam kehidupan sesungguhnya, kita tidak bisa mendapatkan segala kebutuhan dan keinginan tanpa adanya pengorbanan. Untuk mendapatkan sesuatu, kita harus menukarkan sejumlah barang dengan nilai yang sepadan.
Selain itu, perasaan tidak pernah puas untuk merasa cukup ketika kebutuhan berhasil dipenuhi akhirnya melahirkan kesepakatan di antara manusia untuk bekerja, mendapatkan uang, yang akhirnya digunakan untuk membeli segala keperluan.
Selalu ada peningkatan pemenuhan kebutuhan yang merupakan bagian dari tindakan rasional seorang manusia. Inilah hakikat dari titel makhluk ekonomi yang lekat pada manusia.
Ciri-ciri Manusia adalah Makhluk Sebagai Ekonomi yang Bermoral
ads
Ciri- ciri manusia mebagai makhluk ekonomi pada dasarnya, semua manusia berhakikat sebagai makhluk ekonomi. Hal ini tercermin dari ciri-ciri yang melekat pada diri setiap orang dan menjadi sebagai kondisi penduduk Indonesia dengan memiliki ciri-ciri manusia dikenal makhluk ekonomi bermoral antara lain:
1. Tindakannya rasional. Semua orang berkehendak memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka semaksimal mungkin. Kalau bisa, semua itu didapatkan dengan pengorbanan yang relatif minim.
2. Tindakan pemenuhan kebutuhan tersebut berfokus pada pemenuhan kebutuhan diri sendiri. Manusia mencoba memikirkan dan memenuhi kebutuhan diri sendiri lebih dulu dibandingkan memikirkan kebutuhan orang lain.
3. Keputusan yang diambil seseorang sesuai dengan tujuan. Dalam arti, manusia mampu bertindak karena keputusan yang diambil bertujuan memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk hidup (bekerja, mendapatkan uang, digunakan untuk membeli makanan, memenuhi kebutuhan dasar hidup).
4. Sulitnya mencapai rasa puas yang paling tinggi. Manusia bahkan dikenal tidak pernah memiliki rasa puas. Setiap kali telah berhasil mencapai di titik tertentu, manusia selalu ingin untuk mencapai lebih baik lagi. Siklus ini berjalan terus-menerus tanpa putus.
5. Aktivitas yang dipilih cenderung dekat dengan preferensi pribadi. Bisa dikatakan, apapun yang dilakukan manusia harus memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Manusia sebagai Makhluk Ekonomi yang Bermoral
Ada banyak faktor yang membedakan kebutuhan manusia yang satu dengan manusia yang lain, dan juga ada faktor yang dikenal sama yaitu faktor perubahan sosial. Beberapa faktor pembeda tersebut kami jabarkan secara ringkas dan informatif sebagai berikut.
1. Tempat Tinggal. Berbeda tempat tinggal, berbeda pula kebutuhan dasar manusia.
Misalkan individu yang tinggal di negara tropis seperti Indonesia tidak akan membutuhkan pakaian tebal untuk menghangatkan diri di kala musim salju seperti masyarakat di negara 4 musim.
Hal ini dikarenakan kondisi geografis Indonesia tidak terdiri dari 4 musim berbeda yang silih berganti seperti negara lain seperti Australia, Jepang, Rusia, atau pun Amerika Serikat.
2. Pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, tingkat kebutuhan dirinya cenderung lebih tinggi dibandingkan mereka dengan tingkat pendidikan rendah. Dengan mengikuti pendidikan akan terjalin adanya suatu proses interaksi sosial, kepada semua masing-masing murid.
Orang yang berpendidikan tinggi mungkin memiliki standar pakaian khusus, baik untuk bekerja, bersosialisasi, atau bersantai bersama keluarga.
Standar pakaian tersebut mungkin muncul akibat relasi dengan rekan yang seolah mematok standar berpakaian tertentu untuk saling menghargai satu sama lain.
Berbeda dengan standar pakaian orang dengan pendidikan yang lebih rendah, yang menganggap pakaian sopan sudah cukup untuk berbagai pertemuan.
3. Usia. Orang tua dan dewasa muda yang hidup di tahun 2000-an ini mungkin dihadapkan pada tren yang sama, tetapi preferensi kebutuhan mereka bisa berbeda.
Orang tua cukup bahagia ketika kebutuhan mereka berhasil dipenuhi, misalkan berpakaian yang cukup rapi, tidak harus selalu baru, enak dipakai, dan masih layak digunakan.
Sedangkan dewasa muda cenderung lebih terlihat ingin terus-menerus memuaskan diri sendiri dengan pemenuhan kebutuhan yang jauh lebih tinggi dari kata cukup. Misalkan, menginginkan produk yang terbaru, bahan yang halus dan mencerminkan aura yang memakainya.
4.  Kemajuan IPTEK. Generasi milenial cenderung memiliki pemikiran untuk mempunyai produk-produk kemajuan IPTEK terbaru dan mengetahui berita terkini alias tidak boleh kudet. Dengan kemajuan IPTEK ini juga salah satu faktor dari bentuk penyimpangan sosial yang biasa terjadi dimasyarakat.
Anak sekolah yang sudah dibekali dengan smartphone berspesifikasi tinggi meski tak semua komponen keras dan lunaknya dioptimalkan penggunaannya. Hal ini didapatkannya untuk mengatrol gengsi.
Generasi yang lebih tua sudah merasa lebih cukup dengan smartphone yang bisa melakukan fungsi standar di zaman modern: mengirim pesan, telepon, browsing, mudah menangkap sinyal, baterai awet, dan berbagai pertimbangan lain

5. Tingkat Pendapatan. Orang dengan pendapatan lebih tinggi cenderung memiliki kebutuhan yang lebih banyak dibandingkan orang berpendapatan lebih rendah.
Kebutuhan orang berpendapatan tinggi bisa jadi karena kondisi sosialnya yang memengaruhi kebutuhan tersebut. Contoh kebutuhan untuk mobil berspesifikasi tinggi dan memastikan keamanan supir dan penumpang.
Berbeda dengan orang berpendapatan rendah yang cenderung sudah puas dengan mobil kualifikasi standar. Asalkan harga jual kembali tidak anjlok, konsumsi bahan bakar tidak boros, dan kantor service banyak atau mudah ditemukan, produk ini sudah cukup memenuhi kebutuhan mereka.
6. Status Sosial. Orang yang dikenal memiliki status sosial tinggi cenderung memiliki kebutuhan yang didominasi oleh keinginan.
Kebutuhan wanita dengan status sosial tinggi untuk mengenakan perhiasan seelite mungkin guna mendongkrak eksistensi di kalangan rekan-rekan sesama perempuan sosialita.
Berbeda dengan perempuan tanpa status sosial yang tinggi, mereka cenderung lebih mudah puas hanya dengan menggunakan satu atau dua jenis perhiasan guna menghiasi tubuh tanpa terkesan berlebihan.
7. Perbedaan Selera. Satu orang dengan orang lain memiliki selera yang berbeda dan memengaruhi preferensi kebutuhan masing-masing.
Perempuan yang tergolong tomboy akan cenderung mencari produk yang bersifat kelaki-lakian dan membuat tampilan diri menjadi lebih macho.
Berbeda dengan perempuan yang feminin, yang akan cenderung mencari produk-produk yang manis, seperti baju dress, anting, cat kuku, alat kosmetik, dan lain sebagainya.
Demikian informasi yang bisa kami berikan terkait dengan pengetahuan umum tentang manusia sebagai makhluk ekonomi yang bermoral. Semoga informasi umum ini bisa memberikan gambaran yang lebih baik tentang hakikat manusia sebagai makhluk ekonomi, yang bukan sekadar memenuhi kebutuhan diri sendiri tetapi juga bagaimana interaksinya dengan lingkungan sosial sekitarnya.

Penutup

Jadi pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang sangatlah kompleks kebutuhan disini  sangat varian karena kita tahu bahwa manusia memiliki beberapa perbedaan antara satu sama lain baik dari ras, agama, kebiasaan, tata cara hidup dan lain sebagaianya  sehingga ini melatar belakangi perbedaan kebutuhan antara satu sama lain. Itulah yang menjadikan bahwa manusialah yang paling Homo Economicus di antara semua makluk yang ada di bumi ini dan juga ini yang menjadikan eksistensi manusia lebih mendominasi dibandingkan makhluk yang lain.

Referensi
Nashir, Haedar, 1997, Agama dan Krisis Manusia Modern, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Maharani, Septiana Dwiputri, 2008, Filsafat Manusia Unsur-Unsur dan Problematikanya, Kepel Press, Yogyakarta.
Leenhouwers, P, 1988, Manusia dan Lingkungannya Refleksi Filsafat Tentang Manusia, PT.Gramedia, Jakarta.
Griffin, David R, 2005, Tuhan dan Agama dalam Dunia Postmodern, Kanisius, Yogyakarta.


https://www.academia.edu/13116537/Tugas_Akhir_filsafat_Manusia_Manusia_sebagai_Homo_Economicus_?auto=download
https://materiips.com/ciri-ciri-manusia-sebagai-makhluk-ekonomi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar