BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelahiran pemkiran filsafat barat diawali pada abad ke-6 sebelum masehi yang ditandai oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam. Manusia pada waktu melalui mite-mite mencari keterangan tentan asal-usul alam semesta dan tentang kejadian yang berlangsun didalamnya. Ada dua bentuk mite yang berkembang pada waktu itu, yaitu mite kosmogonis, yang mencari tentang asal-usul alam semesta dan mite kosmologis, berusaha mencari ketarangan tentang asal-usul serta sifat kejadian alam semesta. Mitologi Yunani meskipun memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang alam semesta, sayangnya jawaban tersebut diberikan dalam bentuk mite yang lolos dari kontrol akal. Cara berfikir ini berlangsung sampai abad ke-6 sebelum masehi. Sedangkan sejak abad ke-6 sebelum masehe orang mulai mencari jawaban mengenai asal-usul dan kejadian alam semesta.
Ciri yang menonjol dari filsafat Yunani Kuno di awal kelahiranya adalah ditunjukkannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtisar guna menemukan sesuatu asal mula (arche) yang merupakan unsur awwal terjadinya segala gejala. Thales (640-550 SM) menyimpulkan bahwa air merupakan arche( asal mula) dari segala sesuatu, pendapatnya ini didukung oleh kenyataan bahwa air meresapi seluruh benda-benda dijagad raya ini. Kemudian Anaximander (588-524 SM) mengatakan bahwa asal mula segala sesuatu itu adalah udara, kenyakinannya ini didukung oleh kenyataan bahwa udara merupakan usul vital kehidupan. Pythagoras (580-500 SM) mengatakan bahwa asas segala sesuatu dapat diterangkan atas dasar bilangan-bilangan, ia terkenal karena dalil tentang segi tiga siku-siku yang dikemukakannya dan masih berlaku sampai saat ini. Diskusi kefilsafatan Pada zaman Yunani Kuno menjadi semakin semarak dengan tampilnya dua filosof (pemikir), yaitu Herakleitos (540-475 SM) dan Prademenides (540-475 SM).
Filsafat Yunani telah behasil mematahkan berbagai mitos tentng kejadian asal-usul dalam semesta, dan itu brarti dimulainya tahap rasionalisasi pemikiran manusia tentang alam semesta. Pada Jaman Yunani Kuno ini terdapat berbagai filsafat diantaranya Socrates, Plato dan Aritoletes.
Filsafat Yunani mencapai puncaknya pada murid Plato yang bernama Aritoletes. Ia mengatakan bahwa tugas utama ilmu pengetahuan ialah penyebab-penyebab objek yang diselidiki.
B. Justifikasi Masalah
Bagaimana sejarah Plato?
Apa saja sumber filsafat Plato?
Bagaiman Idealisme Plato?
Apa Ajaran idea Plato?
Apa itu perumpamaan Gua?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Plato
Plato dilahirkan di Atena pada tahun 427 SM dan meninggal disana pada tahun 347 SM, dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun temurun memegang peranan penting dalam politik Atena. Ia pun bercita-cita sejak mudanya untuk menjadi orang negara. Tetapi perkembangan politik di masanyan tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diingikannya itu.
Pelajaran yang diperoleh dimasa kecilnya, selain dari pelajaran umum, ia menggambar dan melukis di sambung dengan belajar bermain musik dan puisi. Sebelum dia didewas sudah pandai membuat karangan yang bersajak. Sebagaimana biasanya dengan anak orang baik-baik di masa itu Plato mendapat didikan dari guru-guru filosofi. Pelajaran filosofi mula-mula diperolehnya dari Kratylo. Kratylos dahulunya murid Heraklitos yang mengajarkan “ semuanya berlalu ” seperti air. Rupanya ajaran semacam itu tidak dianggap didalamk kalbu anak aristokrat yang terpengaruh oleh tradisi keluarganya.
Sejak berumur 20 tahun Plato mengikuti pelajaran Sokrates. Pelajaran itulah yang memiliki kepuasan baginya. Pengaruh Sokrates makin hari makin mendalam padanya, ia menjadi murid baru Sokrates yang setia sampai akhirnya hidupnya Sokrates tetap menjadi pujuannya. Dalam segala karangannya yang selalu berbentuk dialog, bersoal-jawab, Sokrates didudukannya sebagai pujangga yang menuntun. Dengan cara begitu ajaran Plato tergambar keluar melalui mulut Sokrates.
Plato memiliki keddukan yang istimewa sebagai seorang filosofis. Ia pandai menyatukan puisi dan ilmu, seni, dan filosofi. Pandangan yang dalam dan abstrak sekalipun dapat dilukisnya dengan gaya bahasa yang indah.
Hukuman yang ditimpakan itu dipandangnya suatu perbuatan yang zalim-meminum racun besar seekali yang berpengaruh pada hidup Plato.
Tidak lama kemudian Sokrates meninggal dunia (399 SM) menjadi awal pengembaraan Plato yang cukup lama. Segera sesudah ia meninggalkan Athena, ia berangkat ke Megara dan menetap di situ, dirumah sahabatnya yang bernama Euklides. Setelah beberap waktu disana Plato melanjutkan pengembaraannya ke Kyrene, di sana ia belajar ilmu pasti dari Theodoros. Dari Kyrene Plao berangkat ke Mesir dan untuk beberapa waktu mengembara di Afrika Utara, kemudian ia ke Italia Selatan, Sisilia, lalu kembali ke Athena.
Setelah kembali ke Athena, Plato mendirikan sekolah yang dinamakan AKADEMIA, karena berdekatan dengan kuil Akademos seorang pahlawan Athena. Ia memimpin sekolah tersebut selama 40 tahun. Ia memberikan pengajaran secara baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat,terutama bagi orang-orang yang akan menjadi politikus. Cara Plato mengajar ialah berjalan-jalan dikebun, juga dalam mengajar diterapkan system dialog.
Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah gagasannya mengenai ide. Meskipun begitu, bukan berarti yang lain tidak penting". Sebab gagasan ide berkait berkelindan dengan gagasan-gagasan Plato lainnya. Menurutnya, dunia fana ini tidak lain hanyalah refleksi atau bayangan dari pada dunia ideal. Di dunia Ideal semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai “kebijakan” dan “ kebenaran”. Salah satu perumpaan Plato yang termasyur adalah perumpamaan orang yang ada di Gua.
B. Sumber Filsafat Plato
Guru filsafat yang amat di kagumi, di hormati, dan dicintai Plato adalah Socrates. Bagi Plato, Soctres adalah guru sekaligus sahabat. Karena itu, hampir seluruh karya filsafat Plato menggunakan " metode sokratik", yaitu metode yang dikembangkan Socrates yang dikenal dengan nama metode dialektis.
Plato mengenal norma-norma kesusilaan menjadi norma dalam diri dan kehidupan manusia dan etika lewat filasafat, untuk mengetahui segala sesuatu dan menetapkan hakikat dari segala sesuatu itu. Plato secara individu tertarik pada lembaga politik. Secara tidak langsung warisannya pada filsafat ada tiga: tegaknya pengujian realitas, formulasi doktrin bahwa kebaikan adalah pengetahuan, dan ajarannya bahwa ada tahanan intelektyal dan moral yang bisa ditemukan manusia. Plato juga di pengaruhi oleh filsuf sebelumnya yang dikenal dengan filsuf pra Socrates. Selain itu filsafat Plati di pengaruhi oleh ajaran para sophis.
C. Idealisme Plato
Sebagai filsafat, idealisme ialah pandangan yang menganggap atau memandang ide itu primer dan materi adalah sekunder dengan kata lain menganggap materi berasal dari ide atau diciptakan oleh ide. Idealisme kuno ada sejak zaman Yunani mengacu pada pemikiran yang bernama Anthiphonn.
Kemudian, muncullah Plato, yang paling dikenal sebagai filsuf idealis dan bapak Idealisme kuno. Plato merupakan pemikir idealis pertama setelah yunani awalnya berangkat dari filsafat yang materialis, seperti Thales (600-550 SM), Heraclitus, dan Parmenides. Pembalikan dari filsafat materialisme menuju idealisme ini tak lepas dari upaya manusia untuk coba menggapai suatu kebenaran dari sisi yang” ideal”.
Seluruh Filsfat Plato bertumpu pada ajarannya tentang ide. Plato percaya bahwa ide adalah realitas yang sebenarnya dari segala sesuatu yang dapat dikenal lewat panca indera. Pohon, bunga, mausia, dan hewan sebagainya akan mati dan berubah, teatapi ide pohon, bunga, manusia, dan hewan , tidak akan pernah berubah. Karena ide adalah realitas yang sebenarnya atau keberadaan ada yang ssesumgguhnya, maka bagi Plato ide bukankah sekedar gagasan atau gambaran yang hanya berada dalam pemikiran atau gambaran yang hanya berada didalam pemikiran manusia. Ide bukanlah sesuatu yang subjektif yang tercipta oleh daya fikir manusia dan oleh sebab itu keberadaan ide bergantung pada daya fikir manusia. Sebagai realitas yang sebenarnya, bagi plato ide bersifat objektif. Keberadaan ide tidak bergatuntung pada daya fikir manusia. Ide itu mandiri, sempurna, abadi, dan tidak berubah-ubah.
Idea menurut Paham Plato tidak saja pengertian jenis, tetapi juga bentuk dari pada keadaan yang sebenarnya. Ide bukan suatu pikiran melainkan suatu realita. Pendapat Plato tentang dunia yang tidak bertubuh merupai pendapat Parmenides tentang adanya satu, kekal dan tidak bisa berubah. Tetapi yang baru dalam ajaran Plato ialah tentang suatu dunia yang imateril, dunia yang tidak berubah. Filosofi Grik sebelum dia tidak mengenal gambaran dunia semacam itu. Juga ada dalam pikiran Parmenides, yang mengisi ruang sepenuhnya sehingga di sebelah tidak ada lagi tempat kosong.
Apabila ide merupakan realitas sebenarnya, lalu bagaimanakah dengan alam fisik yang dikenal manusia lewat panca indera?. Kenyataannya menunjukkan bahwa alam inderawi itu senantiasa berada dalam perubahan, tidak tetap, tidak sempurna, tidak abadi, tidak majemuk, dan beragam. Bagi Plato, kenyataan yang demikian itu membuktikan bahwa dunia inderawi bukanlah realitas yang sebenarnya. Dunia Inderawi itu hanyalah banyangan atau gaambaran yang tidak lengkap atau gambaran yang tidak sempurna dari dunia ide.
Plato mengakui bahwa dunia inderawi yang serba majemuk dan beragam adalah suatu realitas, namun bukanlah realitas yang sebenarnya. Dunia inderawi hanyalah tiruan sementara dari dunia ide. Oleh sebab itu yang paling utama bagi Plato ialah dunia ide. Tetapi itu tidak berarti itu tidak berarti dunia inderawi harus disangkal keberadaannya. Kedua dunia itu tetap merupakan realitas sendiri-sendiri kendatipun yang inderawi hanyalah merupakan tiruan dari dunia ide. Ada dua cara untuk mengenal kedua dunia itu. Dunia inderwai dikenal lewat panca indera, sedangkan dunia ide dikenal lewat akal budi. Sebagai contoh lewat panca indera manusia mengenal kursi yang bermacam- macam, ada yang bulat, ada yang segi empat, ada yang tinggi, ada yang pendek, ada yang kecil dan ada yang besar. Dengan akal budi manusia memasuki dunia ide dan disana ia mengenal ide kursi yang sempurna, tunggal dan abadi.
Dunia ide adalah dunia kodrati, bersifat kekal dan abadi. Sementara didunia inderawi adalah bayang-bayang, penampakan, cerminan, dari dunia ide. Pengatahuan di dunia ide tidak akan pernah musnah dengan musnahnya dunia inderawai pengetahuan di dunia ide tidak akan pernah musnah. Apabila dikatakan bahwa di dunia ide tiada yang serba majemuk dan puspa ragam, itu tidak berarti bahwa di dunia ide hanya ada satu ide saja. Di dunia ide ada banyak ide, namun masing- masing ide itu hanya punya satu. Hanya terdapat satu ide kursi, hanya satu ide segitiga, hanya ada satu ide kuda, hanya ada satu ide manusia, hanya ada satu ide yang baik, hanya ada satu ide yang indah, dan lain sebagainya. Ide ada yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan menyatu dalam satu realitas, misalnya ide kursi menyatukan dengan ide bagus, ide segi empat dan ide tinggi. Ide manusia menyatu dengan ide wanita, ide cantik, ide ramah, dadan ide lembut. Penyatuan ide dalam satu realitas yang dapat disebut dengan persekutuan (bahasa Yunani = Kaiononia). Selain ide bisa nenyatukan dalam satu persekutuan ide, mereka juga memiliki susunan tingkatan ide, itu ialah ide yang baik yang menerangi seluruh ide yang ada di dunia ide.
Bagaimanakah manusia dapat mengatahui bahwa apa yang ada di dunia inderawi adalah gambar dan bayangan dari apa yang ada di dunia ide?. Dalam hal itu jiwa tambil sebagai penghubung yang menghubungkan dunia ide dengan dunia inderawi. Sebelum jiwa manusia terpenjara oleh tubuh, ia berada di dunia ide dan oleh sebab itu mengenal segala sesuatu yang ada di dunia ide. Sesudah jiwa masuk ke dalam dunia inderawi dan terpenjara oleh tubuh, maka setiap kali ia mengamati benda-benda fisik yang berada di dunia inderawi ini ia teringat akan ide benda itu, yang asli dan sempurna yang ada di dunia ide. Oleh sebab itu, bagi Plato pengetahuan ialah inagtan. Mengetahui berarti mengingat. Upaya untuuk memperoleh pengetahuan berarti upaya untuk kembali memasuki dunia ide lewat ingatan. Dengan filsafat manusia berupaya mengenal kembali dengan sebaik mungkin apa yang dahulu pernah diketahuinya dengan sempurna di dunia ide.
D. Ajaran Tentang Idea
Kita tidak akan memandang interprestasi yang berbelit-belit tentang pemikiran Plato. Kita juga sengaja membatasi dari pada suatu fase tertentu dalam perkembangan Plato tentang idea, yaitu fase dimana Plato dengan sadar dan ekspplisit menegaskan adanya idea-idea itu secara nyata.
Plato merasa heran tentang pengenalan kita dank arena itu ia mulai berfilsafat tentangnya. Kitamengenal benda-benda yang sudah konkret dan terbuka bagi pandangan indra kita. Akan tetapi,kita mengenal juga itulah yang menggugah pemikiran kita mengenai hal yang abstrak, tak terlihat. Para tokoh yang terlibat dalam percakapan dialog Phaidom sampai sepakat bahwa kita. mempunyai dua majam pengenalan yang berbeda, yaitu pengenalan indrawi dan supraindrawi. Jika sudah seperti itu harus ada dua dunia yaitu dunia yang kelihatan dan dunia yang tidak terlihat. Problem Plato ini dapat kita dekati dengan cara lain lagi. Dalam pengenalan ilmiah, kita menemukan putusan-putusan yang bersifat umum dan mutlak.
Plato bertitik tolak dari pengandaian bahwa sifat umum dan mutlak perlu dari pengenalan kita tidak mungkin di tarik dari dunia yang kelihatan. Plto ber anggapan, apabila saya mengatakan tentang benda-benda yang konkret dan kelihatan bahwa hal-hal itu sama,benar, baik, dan indah, maka itu berarti sudah harus saya ketahui artinya sama, benar, baik, dan indah.Tentang putusan-putusan semacam itu, Plato menganut suatu macam teori aplikasi artinya menurut pendapat Plato idea yang sudah kita kenal sebelumnya kita terapkan pada kenyatan yang kelihatan. Jadi kita tidak menarik idea-idea itu dari empiri (pengalaman indrawi). Sebagaimana kemudian akan dilakukan oleh Aristoletes, juga Kant menganut suatu teori aplikasi dengan menerapkan kategori-kategori akal budi pada pengalaman indrwai. Menurut Plato tidak diragukan, di samping dunia yang kelihatan, harus ada juga suatu dunia yang tak terlihat suatu dunia pemikir. Akan tetapi, bagaimana gerangan dunia yang tak terlihat itu dapat berperanan dalam pengenalan kita? Bukankah kita hidup dalam dunia yang kelihatan dan tidak memandang yang tidak terlihat itu? Namun demikian, kalau dalam diri kita terdapat pengenalan tentang yang tak kelihatan dan memang demikian halnya maka dengan salah satu cara, pengenalan ini harus berasal dari dunia lebih tinggi itu. Jadi, bagaimana dan bilamanapun perlulah kita pernah berhubungan dengan yang ideal.
Kontrak dengan realitas lebih tinggi itu di anggap Plato sebagai syarat untuk pengenalan duniawi kita. Akan tetapi, perlu kontak itu sudah berlangsung sebelum kita lahir. Tanpa merasa banyak keberatan, Plato sedang memanfaatkan suatu unsur mistis yang memecahkan problem pengenalan, yaitu praeksistensi jiwa. Sebelum kita di lahirkan, dan sebelum memperoleh suatu status badani, kita sudah berada sebagai jiwa-jiwa murni dan hidup dikawasan lebih tinggi dimana kita memandang suatu dunia rohani. Sebagai esensi-esensi yang berdiri sendiri.
hiduplah dalam dunia lebih lebih tinggi itu yang indah, yang baik, dan bahkan “setiap bentuk keberadaan yang pada dasarnya kita hubungi bila mengamati benda-benda indrawi dan yang kita gunakan sebagai bahan perbandingan”, seperti dikatakan dalam Phaidros. Kita bahkan jatuh kedalam dunia yang fana, karena penjelmaan dalam tubuh itu, jiwa kita tidak lagi menyadarkan diri dan dengan mendadak tidak lagi menyadari pengetahuan tentang idea-idea dalam dunia kayangan dulu. Untunglah, dengan mengamati benda-benda yang kelihatan oleh Demiurgos (Arsitek Ilahi) dibentuk dengan menggunakan dunia ideal sebagai cedakkan biru dalam jiwa kita ditampilkan kembali ingatan akan contoh-contoh ideal yang kita pandang dulu. Dengan demikian, pengenalan ilmiah dan filosofis hanya mungkin jiwa menilai gejala-gejala dalam dunia yang kelihatan menurut perbandingan dengan dunia idea. Itulah cara Plato memecahkan problem pengenalan.
Pengertian mengenai anggapan Plato mengenai pengenalan serta ada memudahkan kita untk memahami pandangannya tentang manusia. Apakah manusia itu? Seperti yang sudah kita liha, pada awal mula ia adalah roh murni yang hidup dari kontemplasi akan yang ideal dan yang ilahi. Jadi, kemungkinan dan makna ultim keberadaan manusia mula-mula terletak dalam kehidupan yang berkaitan erat dengan yang baik, yang benar, dan yang indah. Namun kita tidak setia pada peruntukan kita ini, kita tidak mewujudkan makna kehidupan sebagaimana menjadi kewajiban kita, kita bersalah karena menyimpang dari kiblat idea-idea itu. Kita langsung terhukum dengan dipenjarakannya jiwa kedalam tubuh. Kita menjadi bagaikan malaikat yang terjatuh dan sebagai hukuman di jelmakan dalam tubuh. Apakah yang sekarang menjadi makna keberadaan kita dalam situasi jasmana ini? Kita harus berusaha naik keatas lagi dan sekali lagi memperoleh perhatian dan cinta besar untuk dunia ideal, surgawi, dan ilahi itu. Akan tetapi, kemungkinan untuk mewujudkan makna ini sangat dibatasi karena kita terbelenggu dalam mater.
Dunia jasmani dan tubuh, bagi kita, menjadi kemungkinan-kemungkinan buruk untuk lebih lanjut lagi dalam tenggelam dalam rawa-rawa materil dan sensual. Dengan menyerah pada rayuan dunia dan tubuh, manusia akan menyimpang semakin jauh dari asal-usul serta peruntukannya. Kemungkinan yang paling jahat ialah menyerahkan diri sepenuhnya kepada dirinya sendiri (egoism radikal) dan kepada benda-benda jasmani hingga akhirnya terputus sama sekali dari yang umum, ideal,dan ilahi. Kalau begitu,neraka menjadi kemungkinan kita yang ultim, sebagaimana dijelaskan dalam Gorgias dan Poliiteia. Akan tetapi, menurut Plato, tidak perlu selalu dann secara tak terhindarkan dunia serta tubuh menarik manusia kebawah dan merendahkannya asal saja ia memberi kesempatan kepada roh dan logosnya. Roh kita dapatmenemukan kembali pengetahuan dari masa surgawi dahulu.Perhatian indrawi untuk gejala-gejala yang kelihatan dapat sekali menggugah hati manusia.Fajar akan menyisingkan lagi dalam batinnya, dalam ingatannya. Dengan memperhatikan tanpa pamrih realitas yang kelihatan in, rohnya diantar kembali kepada idea-idea, kepada dunia ideal. Bukankah benda-benda yang kelihatan yang kelihatan ini menyerupai sedikit meski hanya lemah dan serba tidak sempurna idea-idea yang di pandangnya dulu.
Eros menemui kita dengan semangat kebersamaan, membebaskan kita dari kesendirian kita, dan mengajak kita ke pesta, dan permainan. Eros itu luwes, murah hati, dikagumi oleh para cerdik pendai, dan disayangi oleh para dewa. Plato menyebutkan bapak segala kehalusan , segala kepuasan dan kelimpahan, segala daya tarik, keinginan dan asmara. Dalam penderitaan dan ketakutan, dalam keinginan dan pemikiran, dalam pemimpin kita yng terbaik. Eros adalah has rat kita yang tidak pernah padam untuk yang benar, yang baik, dan indah. Eros mendorong kita semakin tinggi dari cinta untuk yang kelihatan kepada cinta yang tak terlihat,ideal, ilahi.
Menurut pandangan Plato, kematian bukan kemungkinan ultim karena bagi banyak oramg, kematian hanyalah permulaan suatu reinkarnasi baru yanglebih rendah atau lebih tinggi dari pada keberadaanya sebelumnya. Jiwa akan kembali ke asal usulnya tak dapat disangkal bahwa pandangan Plato kali ini sangat menghiurkan banyak orang yang berjiwa idealistis sampai saat ini.
E. Perumpamaan tentang Gua
Untuk memahami filsafat tentang idea itu, kita dapat menggunakan sebuah perumpamaan yang dapat ditemukan dalam buku Politeia, yaitu perumpamaan tentang gua. Bayangkan sebuah gua yang ada didalamnya terdapat sekelompik tahanan yang tidak dapat memutar badan, duduk, menghadap tembok belakang gua. Di belakang para tahanan terdapat api yang besar. Yang dapat dilihat oleh para tahanan adalah bayangan benda-benda itu, karena mereka berpendapat bahwa bayangan- bayangan itu adalah realitas sesungguhnya. Sesudah ia keluar dari gua dan matanya membiasakan diri pada cahaya, ia melihat pohon, rumah, dunia nyata diluar gua, dan melihat matahari yang menyinari semuanya.
Dengan perumpamaan gua ini, Plato memperlihatkan bahwa apa yang pada umumnya dianggap kebenaran masih jauh sekali dari realita yang sebenarnya. Bayang-bayang yang dilihat para tahanan du dalam gua itu adalah anggapan biasa manusia tentang dunia, bahwa benda-benda yang dibawa oleh para tahanan adalah alam indrawi. Namun benda dunia ini belum realitas yang sebenarnya untuk mencapai realitas yang sebenarnya harus keluar gua.
Realitas yang sebenarnya bukan merupakan realitas indrawi. Realitas indrawi hanyalah cerminan realitas yang sebenarnya dalam medium materi. Realitas yang sebenarnya bersifat ruhani dan oleh Plato disebut idea. Idea itu bersifat abadi dan tidak akan berubah, seperti halnya idea manusia. Manusia dapat menangkap ide-ide apabila ia berfikir melalui konsep-konsep dan berupaya mencari hakikat dari realitas indrawi dan bendawi.
KESIMPULAN
Filsafat Plato adalah Ilmu Pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
Idealisme Plato berbeda dengan idealism modern. Dunia Ide menurut Plato merupakan suatu realitas yang objektif, karena idealisme Plato sering disebut idealism realitis.
DAFTAR PUSTAKA
Der, Van. 2009. Filsuf-Fiilsuf Besar tentang Manusia. Seri Filsafat Atmajaya.
Flew, Anttony. 1971. Am Introduction To Wastein Philosopy. New York: The Bobs Meril dan Company Inc.
Hatta, Muhammad. 1980. Alam Pemikiran Yunani. Jakarta Pusat : PT Tintamas Indonesia.
Maksum, Ali. 2014. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmoderen. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Maksum, Ali. 2016. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Melling, David. 2000. Jejak Langkah Pemikiran Plato. Yogyakarta: Bentang Budaya.
Munir, Misnal. 2002. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Soyomukti, Nurani. 2017. Filsafat Umum. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Rapar. 1980. Filsafat Politik Plato. Jakarta: CV Rajawali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar