BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang MasalahAbad pertengahan adalah periode sejarah yang terjadi di daratan Eropa yang ditandai sejak bersatunya kembali daerah bekas kekuasaan Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5 M hingga abad ke-15 M.
Abad pertengahan sering diwarnai dengan kesan-kesan yang tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya kalangan yang memberikan stereotipe kepada abad pertengahan sebagai periode buram sejarah Eropa mengingat dominasi kekuatan agama yang begitu besar sehingga menghambat perkembangan ilmu pengetahuan, prinsip-prinsip moralitas yang agung membuat kekuasaan agama menjadi begitu luas dan besar di segala bidang.
Abad pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini agama berkembang dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, sains yang telah berkembang di zaman klasik dipinggirkan dan dianggap sebagai ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari pemikiran ketuhanan.
Eropa dilanda Zaman Kegelapan sebelum tiba Zaman Pembaharuan. Yang dimaksud Zaman Kelam atau Zaman Kegelapan ialah zaman masyarakat Eropa menghadapi kemunduran intelek dan kemunduran ilmu pengetahuan. Menurut Ensikopedia Amerikana, zaman ini berlangsung selama 600 tahun, dan bermula antara zaman kejatuhan Kerajaan Romawi dan berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad ke-15 Masehi.
Gelap juga dianggap sebagai tidak adanya prospek yang jelas bagi masyarakat Eropa. Keadaan ini merupakan wujud kekuasaan agama, yaitu gereja Kristiani yang sangat berpengaruh. Gereja serta para pendeta mengawasi pemikiran masyarakat serta juga politik. Mereka berpendapat hanya gereja saja yang pantas untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu pengetahuan. Akibatnya kaum cendekiawan yang terdiri daripada ahli-ahli sains merasa mereka ditekan dan dikawal ketat. Pemikiran mereka pun ditolak, dan timbul ancaman dari gereja, yaitu siapa yang mengeluarkan teori yang bertentangan dengan pandangan gereja akan ditangkap dan didera, malah ada yang dibunuh.
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai masa Abad Pertengahan ata The Dark Age, pada makalah ini akan di bahas secara mendetail sehingga kita dapat mengetahui bagaimana perkembangan dan pemikiran filsafat serta karakter epistemologi pada masa itu.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu merumuskan masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini, diantaranya :
Apa itu The Dark Age ?
Bagaimana perkembangan epistemologi pada Masa Abad Pertengahan ?
Bagaimana nalar filsafat dan karakter epistemologi pada Abad Pertengahan ?
- BAB II
- ANALISIS MATERI
Zaman Kegelapan (The Dark Age)
Abad pertengahan merupakan sebuah zaman antara runtuhnya Kekaisaran Romawi dan Renaisannce atau munculnya kembali peradaban lama yang berlangsung kurang lebih selama 15 abad, dari sekitar abad ke-1 M sampai abad 15 M.
Masa ini disebut sebagai Era Medieval atau lebih dikenal dengan istilah the dark age (zaman kegelapan) dan dimulai setelah masa Nabi Isa bin Maryam ‘alaihis salam menapakkan kaki di muka Bumi dan berdakwah. Beliau dikenal juga sebagai Isa bin (anak) Maryam, yang dengan sejumlah perkecualian dan catatan perbedaan mendasar adalah hampir dapat dikenal sama juga sebagai Yesus Kristus atau Yesus dari Nazareth dalam khazanah Kristen.
Di masa ini, lahir pula agama Kristen, dan ide-idenya mendominasi relung kehidupan masyarakat Eropa dan pengikutnya, termasuk para pemikirnya dan wajah peradaban Barat pada Abad Pertengahan ini. Oleh sebab itu, filsafat pada masa itu didominasi oleh Filsafat Kristen.
Di saat Zaman Kegelapan, segala keputusan pemerintah dan hukum negara tidak diambil berdasarkan demokrasi di parlemen seperti ketika zaman Kekaisaran Romawi. Keputusan tersebut diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap individu berhak berpendapat, karena pada zaman itu yang berhak mengeluarkan pendapat keputusan adalah para ahli agama.
Gagasan tentang Dark Age berasal dari Petrarch (seorang humanis, cendekiawan dan penyair Italia) pada tahun 1330-an. Dia menulis tentang orang-orang yang hidup sebelum dia. Ia berkata, "Di tengah kesalahan bersinar seorang genius, mata mereka melihat dengan tajam meskipun mereka dikelilingi oleh kegelapan yang sangat pekat ". Para penulis yang beragama Kristen, termasuk Petrarch sendiri telah lama menggunakan kiasan "terang melawan gelap" untuk menggambarkan "kebaikan melawan kejahatan ". Petrarch adalah orang pertama yang menggunakan kiasan dan memberikan makna sekuler dengan membalikkan penerapannya.
Zaman klasik telah lama dianggap sebagai zaman "gelap" karena kurangnya kekristenan yang dilihat oleh Petrarch sebagai zaman "cahaya" karena prestasi dan pencapaian kultural, sedangkan pada zaman Petrarch, diduga kurang prestasi budaya sehingga Petrarch memandangnya sebagai zaman kegelapan (dark age).
Abad pertengahan merupakan zaman dimana Eropa sedang mengalami masa suram. Berbagai kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasi gereja sangat kuat dalam berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat mempengaruhi berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Seolah raja tidak mempunyai kekuasaan, justru malah gereja lah yang mengatur pemerintahan. Berbagai hal diberlakukan demi kepentingan gereja, tetapi hal-hal yang merugikan gereka akan mendapat balasan yang sangat kejam. Contohnya, pembunuhan Copernicus mengenai teori tata surya yang menyebutkan bahwa matahari pusat dari tata surya, tetapi hal ini bertolak belakang dari gereja sehingga Copernicus dibunuhnya.
Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan ini mendapat doktrinasi dari gereja. Hidup seseorang selalu dikaitkan dengan tujuan akhir (ekstologi). Kehidupan manusia pada hakekatnya sudah ditentukan oleh Tuhan. Maka tujuan hidup manusia adalah mencari keselamatan. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan banyak diarahkan kepada theology. Pemikiran filsafat berkembang sehingga lahir filsafat skolastik yaitu suatu pemikiran filsafat yang dilandasi pada agama dan untuk alat pembenaran agama. Oleh karena itu disebut Dark Age atau Zaman Kegelapan.
Abad pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini agama berkembang dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, sains yang telah berkembang di zaman klasik dipinggirkan dan dianggap sebagai ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari pemikiran ketuhanan.
Eropa dilanda Zaman Kegelapan sebelum tiba Zaman Pembaharuan. Yang dimaksud Zaman Kelam atau Zaman Kegelapan ialah zaman masyarakat Eropa menghadapi kemunduran intelektual dan kemunduran ilmu pengetahuan. Menurut Ensikopedia Amerikana, zaman ini berlangsung selama 600 tahun, dan bermula antara zaman kejatuhan Kerajaan Romawi dan berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad ke-15 Masehi.
Gelap juga dianggap sebagai tidak adanya prospek yang jelas bagi masyarakat Eropa. Keadaan ini merupakan wujud kekuasaan agama, yaitu gereja Kristiani yang sangat berpengaruh. Gereja serta para pendeta mengawasi pemikiran masyarakat serta juga politik. Mereka berpendapat hanya gereja saja yang pantas untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu pengetahuan. Akibatnya kaum cendekiawan yang terdiri dari ahli-ahli sains merasa mereka ditekan dan dikawal ketat.
Pemikiran mereka pun ditolak dan timbul ancaman dari gereja, yaitu siapa yang mengeluarkan teori yang bertentangan dengan pandangan gereja akan ditangkap dan didera, malah ada yang dibunuh. Segala keputusan pemerintah dan hukum negara tidak diambil berdasarkan demokrasi di parlemen seperti ketika zaman kekasiaran Roma. Keputusan tersebut diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap individu berhak berpendapat, karena pada zaman itu yang berhak mengeluarkan pendapat-keputusan adalah para ahli agama. Bahkan segala sesuatu yang bertentangan dengan penafsiran dewan gereja merupakan pelanggaran hukum berat.
Perkembangan Epistemologi pada Abad Pertengahan
Periode pertengahan juga merupakan periode kebangkitan Islam (Abad 6-13 M). Pada masa ini dunia Kristen Eropa mengalami kegelapan (the dark age), ada juga yang menyatakan periode ini sebagai pertengahan (medieval). Masa keemasan atau kebangkitan Islam ditandai dengan banyaknya ilmuwan-ilmuwan Islam yang ahli dibidang masing-masing.
Berbagai buku ilmiah diterbitkan.di antara tokoh-tokoh tersebut adalah Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali yang ahli dalam hukum Islam, Al-Farabi ahli astronomi dan matematika, Ibnu Sina ahli kedokteran dengan buku terkenalnya yaitu The Canon of Medicine. Al-Kindi ahli filsafat, Al-Ghazali intelek yang meramu berbagai ilmu sehingga menjadi kesatuan dan kesinambungan dan mensintesiskan antara agama, filsafat, mistik, dan sufisme.
Ibnu Khaldun ahli sosiologi, filsafat sejarah, politik, ekonomi, sosial, dan kenegaraan. Anzahel ahli dan penemu teori peredaran planet. Tetapi setelah perang salib, umat Islam mengalami kemunduruan, umat Islam dalam keadaan porak-poranda oleh beberapa peperangan.
Masa Abad Pertengahan diawali dengan lahirnya filsafat Eropa yang ditandai dengan tampilnya para theolog dalam dunia ilmu pengetahuan dalam belahan bumi Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan maka filsafat atau pemikiran pada abad pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat abad pertengahan didominasi oleh agama. Pemecahan semua persoalan selalu didasarkan atas agama sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris.
Baru pada abad ke-6 Masehi, setelah mendapatkan dukungan dari Karel Agung, didirikanlah sekolah-sekolah yang memberi pelajaran gramatika, dialektika, geometrika, aritmetika, astronomi, dan musik. Di kesempatan lain, belahan bumi Timur, Islam pada abad ke-7 M telah mengalami kemajuan pesat. Pada abad ke-8 M yakni 7 abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus Berjaya, telah didirikan sekolah Kedokteran dan Astronomi di Jundhishapur. Pada masa ini, sumbangan Islam untuk ilmu pengetahun meliputi :
menerjemahkan peninggalan bahasa Yunani dan menyebarluaskan seni rupa sehingga dapat dikenal di dunia Barat;
memperluas pengamatan dalam ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan;
menegaskan sistem decimal dan dasar-dasar aljabar.
Pada masa ini, kemajuan ilmu matematika yang membangun metode matematika dan memperkenalkan sistem desimal. Filsuf Muslim Al-Khawarizmi yang mengembangkan trigonometri dengan memperkenalkan teori sinus dan cosines, tangent, dan cotangent. Ilmu fisika menampilkan Fisikawan asal Bagdad Musa Ibn Sakir yang mengarang Kitab Al-Hiyal yang menggambarkan hukum-hukum mekanika dan problem stabilitas.
Ibn Al-Haytun dengan Kitab Al-Munadhir yang membuktikan hukum refleksi cahaya. Bidang kedokteran, Ibn Siena mengarang buku teks dalam bidang medis berjudul Al-Qanun yang menjadi buku standar selama 500 tahun di dunia Islam dan Eropa. Ia juga meneliti masalah Astronomi, kesehatan anak, Ginaecology.
Dalam dunia geografi, dikembangkan jarum magnetik untuk dipergunakan dalam navigasi dan menemuan kompas. Jasa jarum magnetik ini, pulau-pulau baru dan rute laut lingkar Asia, Afrika, dan Eropa berhasil ditemukan. Para petualang muslim menjelajahi Cina, Jepang, India, Asia Tenggara, dan Samudra India, Eropa, Skandinavia, Irlandia, Jerman, Perancis, dan Rusia.
Keadaan perkembangan pemikiran filsafat pada abad ke-13 yang ditandai berdirinya universitas-universitas dan ordo-ordo. Dalam ordo inilah mereka mengabdikan dirinya untuk kemajuan ilmu dan agam, seperti Anselmus (1033-1109), Abaelardus (1079-1143), dan Thomas Aquinas (1225-1274). Di kalangan para ahli pikir Islam (periode filsafat Skolastik Islam), muncul al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd. Periode Skolastik Islam ini berlangsung tahun 850-1200. Pada masa itulah kejayaan Islam berlangsung dan ilmu pegetahuan berkembang dengan pesat.
Akan tetapi, setelah jatuhnya Kerajaan Islam di Granada, Spanyol tahun 1492 mulailah kekuasaan politik barat menjarah ke timur. Suatu prestasi yang paling besar dalam kegiatan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang filsafat. Di sini mereka merupakan mata rantai yang mentransfer filsafat Yunani , sebagaimana yang dilakukan oleh sarjana- sarajan Islam di timur terhadap Eropa dengan menambah pikiran-pikiran Islam sendiri. Para filsuf Islam sendiri sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles adalah benar, Plato dan Al-Qur’an adalah benar, mereka mengadakan perpaduan serta sinkretisme antar agama dan filsafat.
Kemudian pikiran-pikiran ini masuk ke Eropa yang merupakan sumbangan Islam paling besar, yang besar pengaruhnya terhadap ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat, terutama dalam bidang teologi dan ilmu pengetahuan alam. Peralihan dari abad pertengahan ke abad modern dalam sejarah filsafat disebut sebagai masa peralihan (masa transisi), yaitu munculnya Renaissance dan Humanisme yang berlangsung pada abad 15-16.
Munculnya Renaissance dan humanisme inilah yang mengawali masa abad modern. Mulai zaman modern ini peranan ilmu alam kodrat sangat menonjol sehingga akibatnya pemikiran filsafat semakin dianggap sebagai pelayan dari teologi, yaitu sebagai suatu sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan yang dapat dicapai oleh akal manusia.
Melacak Nalar Filsafat dan Karakter Epistemologi pada Abad Pertengahan
Zaman Pertengahan ini berlangsung selama kurang lebih 11 abad, sejak abad ke 4 sampai abad ke 15 Masehi. Zaman pertengahan memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan karakter filsafat di zaman klasik, coraknya yang paling menonjol adalah teosentris. Corak ini lebih mengutamakan Tuhan sebagai pusat eksistensinya.
Dalam perjalanan pemikirannya, karakter zaman ini lebih condong menggunakan metode intuitif (irfani) dengan objek yang sifatnya abstrak. Terbukti dari tokoh-tokoh zaman ini yang menyajikan ilmu secara metafisik serta berkaitan dengan sifat-sifat ketuhanan. Filsafat Abad Pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru di tengah-tengah suatu perkumpulan bangsa yang baru, yaitu bangsa Eropa Barat.
Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad pertengahan, adalah:
Cara berfilsafatnya dipimpin gereja.
Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.
Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Ciri khas filsafat abad pertengahan ini terletak pada rumusan terkenal yang dikemukakan oleh Anselmus, yaitu “Fides quarens intellectum” atau iman berusaha untuk mengerti dan “Credo Ut Intelligam” yang artinya agama/iman lebih dahulu, setelah itu mengerti. Pandangan-pandangan teologi Anselmus mempunyai pengaruh yang besar dalam teologi gereja pada Abad Pertengahan. Gagasan yang dikembangkan Anselmus merupakan pemikiran dialektika yang bisa membuat orang menjadi yakin dan percaya.
Anselmus merumuskan hubungan antara iman dan ilmu pengetahuan dengan rumusan “Fides quarens intellectum” atau iman berusaha untuk mengerti. Menurutnya, iman merupakan dasar memahami segala sesuatu di atas akal / rasio. Dengan semboyan “Credo ut intelligam” (saya percaya supaya saya mengerti), Anselmus bermaksud, melalui kepercayaan Kristiani orang dapat mencapai pengertian lebih mendalam tentang Allah, manusia, dan dunia.
Ungkapan tersebut juga menggambarkan bahwa Anselmus mendahulukan iman daripada akal. Ia pun mengatakan wahyu harus diterima dulu sebelum kita mulai berfikir. Anselmus memberikan suatu arah baru bagi pemikiran filsafat terutama bagi pandangan agama kristen. Orang yang percaya akan agama memiliki pengertian tentang Tuhan, manusia, dan dunia secara mendalam. Agama menolong manusia untuk sampai kepada kebenaran itu. Anselmus mempertahankan kemampuan budi sebagai jalan untuk mencapai kebenaran. Anselmus yakin akan adanya akal, sehingga ia memohonkan rahmat illahi untuk menemukan titik terang yang meyakinkan akal (ratio) yakni percaya dengan hati (fides).
Pada zaman pertengahan, kecenderungan teosentris tersebut secara lebih spesifik dapat diklasifikasi menjadi dua periode, yaitu:
Periode Filsafat Patristik
Periode ini sebagai jembatan sejarah yang menghubungkan zaman klasik dan zaman pertengahan. Periode patristik ini berada pada penghujung zaman klasik atau menandai berakhirnya zaman klasik, yang sekaligus juga merupakan permulaan zaman pertengahan. Pada masa ini ajaran-ajaran dikembangkan denga sintesis antara agama dan filsafat.
Sebagaimana halnya para ilmuwan di zaman ini secara umum terpengaruh dengan ajaran yang dipadukan dan disesuaikan dengan ajaran agama mereka guna mempertahankan ajaran agama, tokoh-tokoh zaman ini mayoritas adalah para teolog seperti Justinus Martir yang pokok ajarannya berkisar pada persoalan apologetic (pembelaan) terhadap ajaran agama, Clemens yang menitikberatkan ilmu teologinya pada iman dan gnosis (ilmu yang mendalam).
Selain itu juga terdapat beberapa tokoh lain yang berperan dalam perjalanan ilmu di zaman pertengahan, Gregorius yang berasal dari Nazianze dengan konsep kependudukan akalnya, Basilus yang berbicara mengenai eksistensi alam, dan Gregoris dan Nizza yang menelaah tentang eksistensi manusia yang ditinjau dari segi jasmani dan rohani.
Periode Filsafat Skolastik
Sebagai periode terakhir tradisi di zaman pertengahan sekaligus sebagai puncak kemajuan zaman pertengahan. Pada zaman Skolastik, masa kejayaannya dicapai pada abad ke 13 yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti didirikannya berbagai universitas, ordo biara, karya-karya filsafat yang ditemukan mulai digunakan dalam pengejaran filsafat. Namun filsafat skolastik ini tidak hanya didominasi oleh pemikiran Kristen, tetapi pada masa periode ini pula menjadi tonggak awal kelahiran dan perkembangan serta puncak kemajuan dalam Islam.
Dalam perjalanan ilmu dan juga filsafat di dunia Islam, pada dasarnya terdapat pula rekonsiliasi dalam arti mendekatkan dan mempertemukan dua pandangan yang berbeda, bahkan sering kali ekstrim antar filsafat Yunani, seperti filsafat Plato dan Aristoteles, dengan pandangan keagamaan Islam yang sering kali menimbulkan benturan-benturan. Sebagai contoh konkrit dapat disebutkan bahwa Plato dan Aristoteles telah memberikan pengaruh besar pada mazhab-mazhab Islam, khususnya mazhab Eklektisme.
Pada masa ini didapati pusat-pusat ilmu pengetahun seperti Ariokh, Ephasus, dan Iskandariah, dimana buku-buku Yunani purba masih dibaca dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, terutama Siriani, bahkan setelah pusat-pusat itu ditaklukkan oleh umat Islam. Pada masa ini terdapat tokoh Kristen bernama Nestorius, yang melakukan deskonstruksi atas paham teologi kalangan Kristen konservatif ortodoks, setelah ia terpengaruh oleh alam pikiran Yunani tersebut.
Sejak awal Islam kajian-kajian dalam bidang teologi sudah berkembang, meskipun masih berbentuk embrio. Embrio inilah yang pada masa kemudian Islam. Dapat kita ketahui bahwasanya pada awal Islam pengaruh Helenisme dan filsafat Yunani edisi keilmuan, Islam sudah sedemikian kental itu pun terus mewarnai perkembangan ilmu pada masa-masa berikutnya.
Secara sepintas tentang informasi ilmu dari dunia Islam ke barat. Terjadinya transformasi kebudayaannya dan khususnya ilmu dari dunia Barat disebabkan paling tidak oleh dua alasan. Pertama, kontak pribadi. Terjadinya kontak pribadi ini juga disebabkan karena Byzantium secara geografis berdekatan dengan dunia Islam. Dari sinilah kemudian gagasan-gagasan dari dunia Islam masuk ke Barat. Khususnya setelah perang salib.
Alasan kedua, adanya kegiatan penerjemah. Tidak dapat dipungkiri kebudayaan Islamiah yang mendorong Latin melakukan penerjemahan. Setelah mengenal berbagai khazanah kebudayaan Islam mereka lalu memperkaya pengetahuan mereka tentangnya. Mereka pernah mencoba menerjemahkan Al-Qur’an pada abad ke 10 Masehi. Namun gerakan penerjemahan yang sesungguhnya baru bermula pada abad ke 12. Toledo dan Palermo adalah dua pusat penerjemahan terbesar saat itu yang banyak mengoleksi sumber-sumber Arab berkat perantaraan orang Yahudidan hubungan mereka dengan orang-orang Kristen dan Islam.
Abad ke 18 dalam sejarah Islam adalah abad yang paling menyedihkan bagi umat Islam dan memperoleh catatan buruk bagi peradaban Islam secara universal. Dalam bukunya, The Reconstruction of Religious Thougt in Islam Iqbal menyatakan bahwa salah satu penyebab utama kematian semangat ilmiah di kalangan umat Islam adalah diterimanya paham Yunani mengenai realitas yang pada pokoknya bersifat statis, sementara jiwa Islam adalah dinamis dan berkembang. Sebab lain yang menyebabkan kehancuran tradisi keilmuan Islam adalah persepsi yang keliru dalam memahami pemikiran Al-Ghazali karena ia menolak filsafat seperti yang ia tulis dalam Tahaful Al-Falasifah.
Pada masa filsafat skolastik Kristen mencapai puncak kemajuan karena didirikannya universitas-universitas di Eropa, lahirnya ordo-ordo Fransiskan dan ordo Domonikan, serta penemuan baru karya-karya filsuf Yunani. Selain itu mereka juga menerjemahkan karya-karya para filsuf Arab Islam ke dalam bahasa mereka. Beberapa tokoh ilmuwan mereka yang terkenal antara lainJonannes Scotus Eriugena dengan telaahnya mengenai perpaduan antara filsafat dan agama. Anselmus yang pojok ajarannya berkisar persoalan pembuktian adanya Tuhan, Petrus Abaelardus mengenai iman dan akal, Bonaventura tentang penciptaan dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
SimpulanDari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa:
Zaman Kegelapan (The Dark Age) adalah zaman dimana Eropa mengelami masa-masa kemunduran intelektual dan ilmu pengetahuan. Hal ini disebabkan karena pemikiran manusia pada Abad Pertengahan ini mendapat doktrinasi dari gereja. Siapa yang mengeluarkan teori yang bertentangan dengan pandangan gereja akan ditangkap dan didera, bahkan dibunuh.
Periode pertengahan merupakan periode kebangkitan Islam (Abad 6-13 M). Masa kebangkitan Islam ditandai dengan banyaknya ilmuwan-ilmuwan Islam yang ahli dibidang masing-masing.
Zaman pertengahan memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan karakter filsafat di zaman klasik, coraknya yang paling menonjol adalah teosentris. Corak ini lebih mengutamakan Tuhan sebagai pusat eksistensinya.
Ciri khas filsafat abad pertengahan ini terletak pada rumusan terkenal yang dikemukakan oleh Anselmus, yaitu “Fides quarens intellectum” atau iman berusaha untuk mengerti dan “Credo Ut Intelligam” yang artinya agama/iman lebih dahulu, setelah itu mengerti.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, Mohammad. 2015. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sauedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Press.
Zar, Sirajuddin. 2007. Filsafat Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Supena, Ilyas. 2015. Rekonstruksi Epistemologi Ilmu-Ilmu Keislaman. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Nata, Abuddin. 1995. Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Muzairi, Muzairi. 2015. Filsafat Umum.Yogyakarta: Teras.
Gazalba, Sidi. 1991. Sistematika Filsafat.Jakarta: Bulan Bintang.
Yusuf, Kadar M. 2015. Konstruksi Ilmu Dan Pendidikan. Jakarta: Amzah.
Hardiman, Budi F. 2009.Kritik Ideologi, Menyingkap Pertautan Pengetahuan dan Kepentingan Bersama Jurgen Habermas.Yogyakarta: Kanisius.
Hambali, Hambali.2017. Filsafat Ilmu Islam dan Barat.Bandung:Alfabeta.
Jamin, Ahmad.2016.Filsafat Ilmu Telaah Pengetahuan, Ilmu, dan Sain dalam Studi Islam. Bandung:Alfabeta.
Ashadi, Ashadi. 2016. Zaman Pertengahan Byzantium Kekristenan Arab dan Islam. Jakarta: UMJ Press.
http://billargon.blogspot.com/2017/02/zaman-kegelapan-eropa-dark-age.html?m=1, di akses 15 Februari 2019 pukul 12.37 WIB.
http://sumainis.blogspot.com/2015/06/zaman-kegelapan.html?m=1, di akses 18 Februari 2019 pukul 17.13 WIB.
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/anselmus-dari-centerbury-filpspf-abad-pertengahan/amp/, diakses 23 Februari 2019 pukul 19.08 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar