PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Filsafat itu berfikir, namun bukan berfikir asal berfikir.berfikir secara kefilsafatan bersifat metafisis dan metateknis. Berfikir metafisis untuk menentukan hakikat makna kebenaran dibalik fisik yang nampak dan terlihat oleh fisik. Berfikir metateknik adalah berfikir tentang hakikat makna dibalik yang dilakukan, dibalik teknik yang ada.
Filsafat ilmu sangat diperlukan karna kajian keilmuan yang makin spesifik mengakibatkan ilmu pengetahuan tidak bisa memecahkan problem kemanusiaan dan kehidupan yang semakin modern yang menjadi makin kompleks. Problem kemanusiaan dan kehidupan ini bersifat multidimensional yang tidak bisa dipecahkan melalui pendekatan tunggal keilmuaan saja.
Filsafat ilmu merupakan bagian epistemology (filsafat pengetahuan) yang scara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah) atau dengan kata lain filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hungan ilmu dengan segala segi kehidupan manusia.
Filsafat membawa kepada kita kepada pemahaman dan tidakan, dalam filsafat juga ada yang mempelajari tentang aksiologi yang sangat berguna untuk berfilsafat. Keingintahuan menjadi salah satu faktor utama untuk berfilsafat, dan begitu juga dengan keragu-raguan. Filsafat itu sendiri merupakan pemikiran secara rasional.
Jika mempelajari aksiologi maka kita telah mempelajari sebagian cara berfilsafat. Dimana berfilsafat itu sangat penting, dan jika tidak berfilsafat kita tidak akan maju, itu dalam artian berfilsafat itu adlah berfikir secara abstrak. Tujuan pembelajaran pada bab ini menjelaskan tentang aksiologi.
RUMUSAN MASALAH
Apa Pengertian Aksiologi ?
Apa Peran Aksiologi dalam Ilmu Pengetahuan ?
Apa peran Aksiologi dalam Nilai Kegunaan Ilmu?
PEMBAHASAN
Pengertian Aksiologi
Secara Etimologis, aksiologi berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu “aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” berarti teori. Jadi aksiologis, merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai. Dengan kata lain, aksiologi adalah teori nilai.
Suriasumantri (1990) mendefinisikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi dalam kamus bahasa Indonesia (1995) adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut Wibisono yang dikutip Surajiyo (2007), aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.
Kata filsafat yang dalam bahasa arab yang dikenal dengan istillah falsafah dan dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa yunani philosophia. Kata philein yang berarti cinta dan Sophia yang berarti keijaksanaan.
Aksiologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang orientasi atau nilai suatu kehidupan. Aksiologi juga disebut teori nilai, karena ia dapat menjadi sarana orientasi manusia dalam suatu usaha menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental, yakni bagaimana manusia harus hidup dan bertindak ? teori nilai atau aksiologi ini kemudian melahirkan etika dan estetika. Dengan kata lain aksiologi adalah ilmu yang menyoroti masalah nilai dan kegunaan ilmu pengetahuan itu.
Secara moral dapat dilihat apakah nilai dan kegunaan ilmu itu berguna untuk peningkatan kualitas kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia atau tidak. Nilai-nilai bertalian dengan apa yang memuaskan atau kebutuhan seseorang, kualitas dan harga sesuatu. Landasan aksiologi adalah hubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan perkataan lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.
Menurut Bramel aksiologi terbagi menjadi tiga bagian :
Moral Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.
Esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan.
Socio-politcal life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff;1992). Nilai yang dimaksud adalah nilai yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan, aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga bentuk Value and Valuation.
nilai, digunakan seagai kata benda abstrak. Dalam pengertian yang yang lebih sempit, baik, menarik, dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencangkup sebagai tambahan segla bentuk kewajiban, kebenaran, dan kesucian. Teori nilai atu aksiologi adalah bagian dari etika. Lewis menyebutkan sebagai alat untuk mencapai beberapa tujuan, sebagai nilai instrumental atau menjadi baik, atau sesuatu menjadi lebih menarik, sebagai nilai inheren atau kebaikan seperti estetis dari sebuah karya seni sebagai nilai intrinsic atau menjadi baikdalam dirinya sendiri,sebagai nilai kontributor atau nilai yang merupakan pengalaman yang memberikan kontribusi.
Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai, ia sering kali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai dia, dan sistem nilai dia. Kemudian dipakai untuk apa-apa yang memiliki nilai atau bernilai sebagai mana berlawanan dengan apa-apa yang tidak dianggap baik atau bernilai.
Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai, dan dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi ketika hal tersebut secara aktif digunakan untuk menilai perbuatan. Dewey membdakan dua hal tentang menilai, ia bisa berarti menghargai dan mengevaluasi.
Tujuan dasarnya adalah menemukan kebenaran atas fakta “yang ada” atau sedapat mungkin ada kepastian kebenaran ilmiah. Contoh : pada ilmu mekanika dikatakan bahwa kadar air tanah dapat mempengaruhi tingkat kepadatan tanah tersebut. Setelah dilakukan pengujin labolatorium dengan simulasi berbagai variasi kadar air ternyata terbukti bahwa teori itu benar. Ilmu ini bermanfaat meningkatan kesejahteraan masyarakat dalam bidang pertanian.
Peran Aksiologi Terhadap Ilmu Pengetahuan
Sains dan teknologi pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai karena sains dan teknologi sesungguhnya adalah perwujudan dari nilai-nilai itu sendiri. Konsepsi tentang sains dan teknologi bebas nilai ialah sepenuhnya bisa diterima karena dua alasan. Pertama, sains dan teknologi juga mengungkapkan kekayaan nilai-nilai epistemic yang juga berpadu dengan nilai-nilai budaya dalam praktek. Kedua, nilai juga bisa objektif jika memperlukan justifikasi komunal dan harus didasarkan prinsip-prinsip yang diterima. Disamping itu, sains dan teknologi juga mempunyai nilai yang amat penting dalam kehidupan manusia karena melalaui itu manusia menjawab tantangan yang dialami dalam kehidupannya. Tanpa sains dan teknologi manusia akan memenuhi banyak kesulitan. Karena sains dan teknologi dipandang sebagai kesuksesan dan kekuatan sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan keduannya bisa memperoleh otoritas atau nilai. Ada tiga niai yang mendasari perkembangan sains dan teknologi. Pertama, nilai logika yang beraitan dengan nilai kebenaran dan kesalahan yang menjadi subtansi dari perwujudan sains dan teknologi dalam kehidupan manusia. Kedua, niali etika yaitu nilai yang berkaitan dengan kebaikan dan keburukan atas tindakan dan perbuatan manusia. Ketiga, nilai estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai keindahan dan kejelekan yang memberi warna bagi implementasi sains dan teknologi dalam kehidupan manusia. Dimensi estetika memberikan pedoman perwujudan sains dan teknologi bagi kehidupan manusia untuk melestarikan keharmonisan, keseimbangan dan kedamaian dalam kehidupan manusia.
Logika Sains dan Teknologi
Sains dan teknologi harus logis. Sains dan teknologi sesungguhnya mempunyai rasionalitas logikanya sendiiri-sendiri. Rasionalitas logis adalah rasionalitas yang dibangu berdasarkan logika pemikiran atas suatau kebenaran. Sains dan teknologi harus dikembangkan berdasarkan kebenaran logs itu sendiri, yaitu suatu kebenaran yang bisa diterima oleh akal mmanusia. Kebenaran yang logis adalah kebenran yang terjadi secara berulang-ulang dalam kehiduan manusia dan manusia menerimanya sebagai suatu prinsip kebenaran. Logika merupakan landasan pemikiran dimana sains dan teknologi dapat berkembang, sebagai suatu dasar pijakan bagi pengembang sains dan teknologi. Obyek kajian sains dan teknologi adalah obyek yang empiric, terukur dalam ruang dan waktu. Yang jelas sehingga kebenaran sains dan teknologi adalah kebenaran rasional yang bersifat terbatas. Yang disebabkan oleh terbatasnya obyek kajian sains dan teknologi itu sendiri kebenaran yang berlaku dalam sains dan teknologi adalah kebenaran empiris, fisik dan jelas dalam ukuran ruang dan waktu melalui pengukuran, uji coba, pengulangan dan pengambilan kesimpulan. Kebenaran logis adalah kebnaran empiris yang terjadi dalam realitas kehidupan manusia dan manusia menerima kenyataan apa adanya.
Obyek sains dan teknologi adalah obyek yang tidak mempunyai kepentingan apapun, obyek tidak berkehendak, dan tidak juga bertujuan. Obyek teknologi adalah obyek yang tidak mempunyai kehendak, obyek yang mati, dan obyek yang netral. Berbeda dengan subyek sains dan teknologi yang mempunyai kehendak yang kompleksdan kecenderungan tertentu. Subyek yang tidak bebas karena selalu ada kehendak, kepentingan dan tujuan dalam menetap obyek kajian sains dan teknologi.
Logika subyek sains dan teknologi adalah logika yang tidak netral, logika kepentingan subyektif. Sains dan teknologi dipakai untuk memenuhi kehendak dan kepentingan subyeknya. Raionalitas sains teknologi akhirnya akan menjadi rsionalitas kepentingan subyektif dari para penggagasnya yang telah membiayai dan mndanai proses sains dan teknologi. Dalam kepentingan subyek sains dan teknologi, maka kekuatan subyektif itu harus dikontrol oleh moralitas universal dan etika sosial yng kuat agar temuan sains dan teknologi tidak dipakai untuk pentingan subyek yang bertentangan moralitas dan kemanusian universal.
Etika Sains dan Teknologi
Sains dan teknologi sebagai bagian dari Implementasi nilai-nilai daam berbagai aspek kehidupan manusia, maka sains dan teknologi tidak bisa dilepaskan dari etika dan moral. Dalam aksiologi, etika adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan bai dan jahat dari suatu perbuatan atau tindakan manusia. Sains dan teknologi memerlukan danya kebebasan berpikir, sains dan teknologi tidak akan dapat berkembang lebih maju. Kebebasn erpikir dalam konteks sains dan teknologi bersifat fundamental, artinya adalah kebebasan untuk memikirkan apasaja sebagai objek nya disebut sebagai kebebasan yang bersifat mutlak, tetapi aktualitasnya sesungguhnya tidak bebas secara etika.
Dala etika, secara umum ada kesepakatan pada nilai-nilai kemanusian universal, yang bersifat kodrati, dan telah menjadi bawaan kehidupan manusia. Nilai-nilai etika bisa dibentuk dari ajaran agama yang dianutnya, dan juga bisa dibentu dari kearifatan lokal, adat istiadat yangtelah menjadi pedoman hidup bersama sama secara turun-temurun dalam realitas kehidupan komunitas manusia dimanapun. Dampak buruk dari praktek sains dan teknologi tidak bisa dilepaskan dan dibiarkan tanpa landasan moral, etika, kemanusian dan bahkan agama.
Estetika Sains dan Teknologi
Estetika adalah cabang aksiologi yang mencari dan menetapkan standar nilai indah dan buruk dalam perbuatan manusia dan hasil karyanya, merupakan bagian dari trilogi aksiologi. Dalam produk sains dan teknologi selalu mempertimbangkan diemensi estetika, agar produk dalam sains dan teknologi lebih indah, menarik, dan dminati public, maka dalam implementasinya perlu dikemas penuh estetika, sehingga bisa diterima dan dipilih masyarakat dan dapat memuaskan bagi hati manusia untu mengembangkan kehidupan yang lebih etis dan lebih estetis.Estetika sesungguhnya adalah puncak dari logika dan etika daritrilogi aksiologi.
Sains dan Teknlogi dalam Perspektif Nilai
Adalah bagian dari kebudayan, yaitu perwujudan dari cipta, rasa, karya manusia, sebagai jawaban manusia atas tantangan kehidupan yang dihadapinya. Keudayan secara ontologis adalah mmanusia. Secara fundamental adanya dan terbentuknya kebudayan adalah manusia. Selalu berada dalam perubahan, bersifat relative dan tidak mutlak.
Aksiologi dalam Nilai Kegunaan Ilmu
Nilai itu objektif ataukah subjekttif adalah sangat tergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjdi tolak ukur segalanya; atau eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat pesikis ataupun fisis.
Nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas dan hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.
Nilai itu objektif, jika ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Nilai objektif muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang objektifisme. Objektifisme ini beranggapan pada tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, sesuatu yang memiliki kadar secara realitas benar-benar ada.
Kebenaran tidak tergantung pada pendapat individu, melainkan pada objektifitas fakta, kebenaran tidak diperkuat atau diperlemah oleh prosedur-prosedur. Demikian juga dengan nilai. Orang yang berselera rendah tidak mengurangi keindahan sebuah karya seni.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menciptakan berbagai bentuk kemudahan bagi manusia. Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan berkah dn penyelamat bagii manusia, terbebas dari kutuk yang membawa mala petaka dan kesengsaraan. Ilmu pengetahuan yang pada esensinya mempelajari alam sebagai mana adanya, ilmu itu berkaitan erat dengan persoalan nilai-nilai moral. Keterkaitan ilmu dengan niai-niai moal (agama) sebenarnya sudah terbantahkan ketika Copernicus mengemukakan teorinya “bumi yang berputar mengelilingi matahari” sementara ajaran agama menilai sebaliknya, maka timbullah interaksi antara ilmu dengan moral yang berkonotasi metafisik, sedangkan dipihak lain terdapat keinginan agar ilmu mendasarkan kepada penyataan-pernyataan yang terdapat pada ajaran-ajaran diluar bidang keilmuan diantaranya agama.
Setelah ilmu mendapatkan otonomi yang terbebas dari segenap nilai yang bersifat dokmatif, ilmu dengan leluasa dapat mengembangkan dirinya dalam bentuk abstrak maupun konkret seperti teknologi. Teknologi tidak diragukan lagi manfaatnya. Masalah moral dalam ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak, para ilmuwan terbagi kedalam dua golongan. Golongan pertama berpendapat baha ilmu harus bersifat neiral terhadap nilai-nilai baik itu secra ontologis maupun aksiologis. Golongan kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanya terbatas pada metafisik keilmuan, sedangan dalam penggunaanya haruslah berlandaskan nilai-nilai moral. Golongn kedua mendasarkan pendapatnya dalam beberapa hal:
Ilmu secara factual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia, yang dibuktikan dengan adanya dua perang dunia yang mempergunakan teknologi-teknologi keilmuan.
Ilmu telah berkembang dengan pesat dan makin esoteric hingga kaum ilmuan lebih mengetahui tentang ekses-ekses yang mungkin terjadi bila terjadi penyalahgunaan.
Ilmu berkembang sedemikian rupa dimana terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi genetika dan teknik perbuatan manusia.
Dari pendapat golongan diatas kelihatanya netralitas ilmu terletak pada epistemologisnya saja, artinya tanpa berpihak pada siapapun, selai kepada kebenaran yang nyata. Sedangkan secara ontologis dan aksiologis, ilmuan harus mampu menilai mana yang baik dan mana yang buruk, yang mana pada hakikatnya mengharuskan seorang ilmuan mempunyai landasan moral yang kuat. tanpa ini seorang ilmuan akan lebih merupakan seorang momok yang menakutkan.
Etika keilmuan merupakan etika normatifi yang merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Tujuan etika keilmuan adalah agar seorang ilmuan dapat menerapkan prinsip-prinsip moral, yaitu baik dan menghindarkan dari yang buruk kedalam perilaku keilmuanya, sehingga ia dapat menjadi ilmuan yang mempertanggung jawabkan perilaku ilmiahnya.
Aksiologi nilai kegunaan teoritis
Hasil ilmu pendidikan adalah konsep-konsep ilmiah tentang aspek-aspek dan dimensi-dimensi pendidikan sebagai salah satu gejala kehidupan manusia. Konsep tersebut sangat berguna untuk meningkatkan pemahaman tentang berbagai aspek dan dimensi pendidikan. Secara potensial dapat pula membantu meningkatkan wawasan dan keyakinan diri kita, baik sebagai ahli pendidikan atau teoritikus pendidikan maupun sebagai praktisi pendidikan.
Ilmu pendidikan dapat memberikan sumbangan teoritis terhadap perkembangan ilmu-ilmu sosial (social sciences)atau ilmu-ilmu tingkah laku (behavioral sciences). Sumbangan tersebut, antara lain memperluas konsep-konsep ilmiah yang berkenaan dengan kehidupan sosial atau pola tingksh laku manusia. Teori- teori ilmiah tentang kehidupan sosio budaya manusia tidak hanya terbatas pada teori-teori ilmiah dari psikologi sosial, sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi, tetapi dapat pula bersumber pada ilmu pendidikan.
Aksiologi nilai kegunaan praktis.
Pemahaman tenaga kependidikan secara komprehensif dan sistematis turut serta dalam melakukan tugas –tugas profesionalnya. Konsep yang dihasilkan ilmu pendidikan, secara langsung atau tidak langsung dapat berguna bagi upaya peningkatan kelancaran dan keberhasilan praktik pendidikan, baik dalam bentuk kegiatan pendidikan maupun pengelolaan pendidikan. Hasil penelitian Arora Kamla menyatakan bahwa karakteristik pribadi yang sangat berpengaruh terhadap efektifitas guru mengajar adalah :
Kepercayaan diri
Rasa wajib dan tanggung jawab
Suara yang merdu dan khas
Kesehatan yang baik
PENUTUP
Kesimpulan
Aksiologi merupakan suatu teori tentang nilai yang berkaitan dengan bagaimana suatu ilmu digunakan. Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan pengetahuan teknologi harus diperhatikan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ishak. 2008. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Adib, Muhammad.2015. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Anonim,2016, Jurnal Ilmu Komunikasi. http:// Ojs.Unisda.ac.id/ index. Php/ kanal
Anonim, 2013, Makalah Aksiologi. http://Ira Kartika. Wordpress.com.
Asyari, Musa. 2016. Filsafat Ilmu Intergrasi dan Transdensi. Yogyakarta: Lembaga Filsafat Ilmu Islam
Budianto, M. Irmayanti. 2001. Filsafat dan Metedologi Ilmu Pengetahuan; Refleksi Kritis Atas Kerja Ilmiah. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia
Edwards, Paul. 1997, The Enclyclopedia Of Philosophy. New York: Collier Macmillan Publisher.
Frondiz, Risieri. 2001. What Is Value, Alih Bahasa, Cuk Aananta Wijaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Idi, Abdullah, jalaludin. 1997. Filsafat dan Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Purba
Salam, Burhanudin. 1997. Logika Materi; Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Reneka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar