Sabtu, 09 Maret 2019

Makalah Filsafat Ilmu Aristoteles

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Untuk zaman sekarang ini, banyak orang yang tidak mengenal tokoh-tokoh filosof yang dikarenakan mereka sungkan dan enggan mengetahui dan mempelajari ilmu filsafat. Namun untuk tokoh filosof “Aristoteles”, telinga kita tidak asing lagi mendengar namanya yang mana dia adalah seorang filosof yang sangat terkenal. Karena tokoh filosof ini mampu menorehkan sejarah yang berharga dengan pengaruhnya yang sangat besar terhadap perkembangan pemikiran filosofis, yang mana beliau terkenal sebagai Bapak “Logika”.
Yang hingga sampai abad ke-21 sekarang ini, tak seorangpun merasa bosan dengan filsafat Aristoteles, bahkan menjadikannya sebagai landasan filosofis dalam berfikir. Pandangannya lebih realis dari pada pandangan plato, yang didasari pada abstrak. Karena pendekatan yang dilakukan oleh Aristoteles adalah pendekatan Empiris. Itulah sebabnya ia begitu mementingkan penelitian didalam dan mendukung pengembangan ilmu-ilmu khusus.
Paham nominalis berpendapat bahwa objek persepsi indrawi dan pengertian sebenarnya dalam kenyataan tidak ada. Objek persepsi itu hanya nama saja, tetapi tidak sungguh-sungguh ada. Kaum idealis berpendapat bahwa objek itu hanya ada dalam budi. Orang materialis berpendirian bahwa yang ada hanyalah benda materi. Diluar benda materi tidak ada kenyataan lain. Berdampingan dengan nominalisme, idealisme, dan materialisme adalah realisme.
Sebagai aliran filsafat, realisme berpendirian bahwa yang ada ditangkap pancaindra dan yang konsepnya ada dalam budi itu memang nyata ada. Batu yang tersandung dijalan yang baru dialami memang ada. Bunga mawar yang bau harumnya merangsang hidung sungguh-sungguh nyata ada bertengger pada ranting pohonya di ranting bunga. Oleh karena itu, saya akan menyusun sebuah makalah yang membahas tentang realisme aristoteles.
2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dibuatnya makalah ini adalah:
Apa pengertian Filsafat?
Siapa Aristoteles?

Bagaimana paham realisme menurut Aristoteles?
3. Tujuan Tujuan dibuatnya makalah ini adalah:
Untuk mengetahui pengertian filsafat.
Untuk mengetahui siapa Aristoteles.
Untuk mengetahui paham Realisme menurut Aristoteles
BAB II
PEMBAHASAN

1 Pengertian Filsafat
Filsafat adalah pencarian kebenaran melalui alur berpikir yang sistematis, artinya perbincangan mengenai segala sesuatu dilakukan secara teratur mengikuti sistem yang berlaku sehingga tahapan-tahapannya mudah diikuti. Berfikir sistematis tentu tidak loncat-loncat, melainkan mengikuti aturan main yang benar. Arti Etimologi Kata Filsafat berasal dari kata yunani Filosofia, yang berasal dari kata kerja Filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan.
Kata tersebut juga berasal dari kata yunani “Philosophis” yang berasal dari kata kerja “Philein” yang berarti mancintai, atau “Philia” yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata inggris Philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”. Terminologis Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bervariasi. Juhaya S. Pradja (200:2) mengatakan bahwa arti yang sangat formal dari filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi.
Suatu sikap falsafi yang benar adalah sikap yang kritis dan mencari. Sikap itu merupakan sikap toleran dan terbuka dalam melihat persoalan dengan berbagai sudut pandang dan tanpa prasangka. Bersifat tidak hanya berarti membaca dan mengetahui filsafat. Seseorang memerlukan kebolehan berargumentasi, memakai teknik analisis, serta mengetahui sejumlah bahan pengetahuan sehingga ia memikirkan dan merasakan secara falsafi. Filsafat mengantarkan semua yang mempelajarinya ke dalam refleksi pemikiran yang mendalam dan penuh dengan hikmah.
Dengan pengertian-pengertian filsafat diatas, dapat dipahami bahwa filsafat merupakan pengetahuan tentang cara berfikir kritis; pengetahuan tentang kritik yang radikal, artinya sampai ke akar-akarnya, sampai pada konsekuansinya yang terakhir. Radiks artinya akar yang juga disebut rche sebagai ciri khas filosofis. Radikal adalah asumsi yang tidak hanya dibicarakan tetapi dugunakan. Filsafat adalah pengetahuan tentang berfikir kritis sistematis; pengetahuan tentang pemahaman universal terhadap semua persoalan; dan pengetahuan tentang kebenaran perfikir yang tanpa batas dan masalah yang tidak pernah tuntas.


2.2 Aristoteles
Aristoteles Ia dilahirkan di Stageira, Yunani Utara pada tahun 384 SM. Ayahnya seorang dokter pribadi di raja Macedonia Amyntas. Karena hidupnya di lingkungan istana, ia mewarisi keahlian dalam pengetahuan empiris dari ayahnya. Pada usia 17 tahun ia dikirim ke Athena untuk belajar di Academia Plato selama kira-kira 20 tahun hingga Plato meninggal. Beberapa lama ia menjadi pengajar di Akademia Plato Untuk mengajar logika dan retorika.
Setelah plato meninggal dunia, Aristoteles bersama rekannya Xenokrates meninggalkan Athena karena ia tidak setuju dengan pendapat pengganti Plato di akademia tentang filsafat. Ia dan rekannya pergi ke Assos, tiba di Assos, Aristoteles dan rekannya mengajar di sekolah Assos. Di sini Aristoteles menikah dengan Pythias. Di Assos dan Mytilene, Aristoteles mengadakan riset dalam bidang biologi dan zoologi dan dapat menerbitkan satu buku yang bernama “Historia Animalum”.
Pada tahun 342 SM, Aristoteles mendapat kepercayaan dari Raja Phylippos Makedonia untuk menanggung pendidikan anaknya Alexander. Aristoteles berusaha melatih moral dan intelektual Alexander, yang nantinya akan menerima warisan tahta sebagai Alexander Agung. Dengan cara ini secara tidak langsung akan memperluas paham dan cita-cita Aristoteles dalam mencerdaskan manusia dan membentuk negara kota sebagai pusat kehidupan. Setelah kembali ke Athena dengan bantuan dari raja Alexander, Aristoteles mendirikan sekolah yang dinamai Lykeion dan sekaligus membentuk perpustakaan yang mengumpulkan macam-macam manuskrip dan peta bumi. Menurut keterangan Strabo (sejarahwan Yunani-Romawi) bahwa perpustakaan itu merupakan perpustakaan pertama dalam sejarah manusia.
Selanjutnya Aristoteles juga membuka satu museum yang mengumpulkan benda-benda yang cukup menarik perhatian khalayak terutama dalam bidang biologi dan zoologi. Salah satu pengayaan ilmiyah yang diusahakan dalam bidang tersebut dibantu oleh Alexander yang memberi bantuan besar dengan memerintahkan semua pemburu, penangkap unggas, nelayan dalam kerajaannya agar membuat koleksi dan melaporkan kepada Aristoteles semua hasil yang diperoleh.
Pada tahun 323 SM Alexander Agung meninggal dunia. Hal ini menyebabkan suatu gerakan Anti Macedonia oleh kota-kota yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Macedonia, dan salah satunya adalah Athena. Karena kedekatan Aristoteles dengan Raja Alexander Agung, maka ia dituduh durhaka.
Dengan adanya gejolak ini, Aristoteles terpaksa meninggalkan Athena dan menyerahkan Sekolah Lykeion kepada muridnya Theopratos. Selanjutnya Aristoteles melarikan diri ke Khalkis, tempat asal ibunya. Ia tinggal di situ sampai akhirnya jatuh sakit dan meninggal pada usia 62 tahun.
Aristoteles, murid dan juga teman serta guru Plato, adalah orang yang mendapat pendidikan yang baik sebelum menjadi filosof. Keluarganya adalah orang- orang yang tertarik pada ilmu kedokteran. Sifat berpikir saintifik ini pengaruhnya pada Aristoteles. Oleh karena itu, kita menyaksikan filsafat Aristoteles berbeda warnanya dengan filsafat Plato. Sistematis, amat dipengaruhi oleh metode empiris.
Paham Realisme Aristoteles Istilah realisme berasal dari kata latin realis yang berarti “sungguh-sungguh, nyata benar.” Sepanjang sejarah, realisme telah memiliki tema umum yang disebut prinsip atau tesis kemerdekaan. Tema ini menyatakan bahwa realitas, pengetahuan dan nilai yang ada secara independen dari pikiran manusia. Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa obyek indera kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita.
Bagi kelompok realis, alam itu, dan satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah: menjalin hubungan yang baik dengannya. Kelompok realis berusaha untuk melakukan hal ini, bukan untuk menafsirkannya menurut keinginan atau kepercayaan yang belum dicoba kebenarannya. Seorang realis bangsa Inggris, John Macmurray mengatakan: “Kita tidak bisa melepaskan diri dari fakta bahwa terdapat perbedaan antara benda dan ide”. Bagi common sense biasa, ide adalah ide tentang sesuatu benda, suatu fikiran dalam akal kita yang menunjuk suatu benda.
Dalam hal ini benda adalah realitas dan ide adalah “bagaimana benda itu nampak pada kita”. Oleh karena itu, maka fikiran kita harus menyesuaikan diri dengan benda-benda , jika mau menjadi benar, yakni jika kita ingin agar ide kita menjadi benar, jika ide kita cocok dengan bendanya, maka ide itu salah dan tidak berfaedah. Benda tidak menyesuaikan dengan ide kita tentang benda tersebut. Kita harus mengganti ide-ide kita dan terus selalu menggantinya sampai kita mendapatkan ide yang benar.
Cara berpikir common sense semacam itu adalah cara yang realis; cara tersebut adalah realis karena ia menjadikan “benda” adalah bukan “ide” sebagai ukuran kebenaran, pusat arti. Realisme menjadikan benda itu dari real dan ide itu penampakkan benda yang benar atau yang keliru. Realisme menegaskan bahwa sikap Common Sense yang diterima orang secara luas adalah benar. Artinya, bahwa bidang aam atau obyek fisik itu ada, tak bersandar kepada kita, dan bahwa pengalaman kita tidak mengubah watak benda yang kita rasakan.
Kecenderungan berfikir saintifik tampak dari pandangan-pandangan filsafatnya yang sistematis dan banyak menggunakan metode empiris. Jika dibandingkan dengan Plato yang pandangan filsafatnya bersifat abstrak dan idealisme, maka orientasi yang di kemukakan Aristoteles lebih pada hal-hal yang kongkret (empiris). Berbeda dengan Plato tentang persoalan kontradiktif antara tetap dan menjadi, ia menerima yang berubah dan menjadi, yang bermacam-macam bentuknya, yang semua itu berada di dunia pengalaman sebagai realitas yang sesungguhnya.
Itulah sebabnya filsafat Aristoteles disebut sebagai realisme. Meskipun 20 tahun menjadi Plato, Aristoteles menolak ajaran Plato tentang dunia ide. Menurutnya tidak ada ide-ide yang abadi. Pemahaman Plato tidak lain adalah bentuk abstrak yang tertanam dalam realitas inderawi. Menurut Aristoteles, ajaran Plato tentang ide-ide merupakan interpretasi salah terhadap kenyataan bahwa manusia dapat membentuk konsep-konsep universal tentang hal-hal yang empiris. Untuk menjelaskan kemampuan itu tidak perlu menerima alam ide-ide abadi.
Aristoteles menjelaskannya dengan kemampuan akal budi manusia untuk membuat abstraksi, untuk mengangkat bentuk-bentuk universal dari realitas empiris individual. Tidak hanya itu, Aristoteles juga menolak paham Plato tentang ide yang baik dan bahwa hidup yang baik tercapai dengan kontemplasi atau penyatuan dengan ide yang baik tersebut. Ia beranggapan bahwa paham yang baik itu sedikitpun tidak membantu seseorang untuk mengetahui bagaimana ia harus bekerja dengan baik. Apa yang membuat hidup manusia bermutu harus dicari dengan bertolak dari realitas manusia sendiri. Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide (atau bentuk) bisa ada tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk.
Aristoteles menyatakan bahwa setiap bagian materi memiliki sifat universal dan khusus. Sebagai contoh, semua orang berbeda dalam sifat-sifat mereka. Kita semua memiliki berbagai bentuk dan ukuran dan tidak ada dua yang sama. Kami melakukan semua berbagi sesuatu yang universal yang disebut “kemanusiaan.”Kualitas universal ini tentunya nyata karena itu ada secara mandiri dan terlepas dari satu orang. Aristoteles menyebut kualitas bentuk universal (gagasan atau esensi), yang merupakan aspek nonmaterial dari setiap objek materi tunggal yang berhubungan dengan semua benda lain dari grup tersebut.
Pada Aristoteles kita menyaksikan bahwa pemikiran filsafat lebih maju, dasar- dasar sains diletakkan. Tuhan dicapai dengan akal, tetapi ia percaya pada Tuhan. Jasanya dalam menolong Plato dan Socrates memerangi orang sofis ialah karena bukunya yang menjelaskan palsunya logika yang digunakan oleh tokoh-tokoh sofisme. Aristoteles terkenal sebagai Bapak “Logika”.
Itu tidak berarti bahwa sebelum dia, tidak ada logika. Tiap uraian ilmiah berdasarkan logika. Logika tidak lain dari berfikir secara teratur menurut urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab dan akibat. Semua ilmuan dari filosifi sebelum Aristoteles mempergunakan logika sebaik-baiknya. Pada dasarnya, berfikir adalah mempertalikan isi pikiran dalam hubungan yang tepat. Akan tetapi, Aristoteleslah yang pertama kali membentangkan cara berfikir yang teratur dari suatu sistem.
Pada pendapat Aristoteles juga membagi logika dalam tiga bagian, yaitu mempertimbangkan, menarik kesimpulan, dan membuktikan atau menerangkan. Uraian tersebut berpegangan pada filsafat socrates yang menyatakan bahwa buah pikiran itu adalah gambaran dari keadaan yang objektif. Menurut aristoteles, realitas yang objektif tidak tertangkap dengan dengan pengertian, tetapi bertepatan dengan dasar-dasar metafisika dan logika yang tinggi.
Dasar tersebut dibagi menjadi tiga. Pertama, semua yang benar harus sesuai dengan adanya sendiri. Tidak mungkin ada kebenaran kalau di dalamnya ada pertentangan, hal ini terkenal dengan hukum identika. Kedua, dari dua pertanyaan tentang sesuatu, jika satu membenarkan dan yang lain menyalahkan, hanya satu yang benar. Hukum ini disebut juga penyangkalan (kontradikta).
Menurut aristoteles yang paling penting dari segala prinsip. Ketiga, antara dua pernyataan yang bertentangan mengiyakan dan meniadakan, tidak mungkin ada pernyataan yang ketiga. Dasar ini disebut hukum penyikiran yang ketiga. Pada hal ini Aristoteles berpendapat bahwa ketiga hukum itu tidak saja berlaku bagi jalan pikiran, tetapi juga seluruh alam takluk kepadanya. Hal ini menunjukan bahwa membandingkan dan menarik kesimpulan harus mengutamakan yang umum.
Jenis-Jenis Realisme. Realisme adalah suatu istilah yang meliputi bermacam-macam aliran filsafat yang mempunyai dasar-dasar yang sama. Sedikitnya ada tiga aliran dalam realisme modern. Pertama, kecenderungan kepada materialisme dalam bentuknya yang modern. Sebagai contoh, materialisme mekanik adalah realisme tetapi juga materialisme. Kedua, kecenderungan terhadap idealisme. Dasar eksistensi mungkin dianggap sebagai akal atau jiwa yang merupakan. keseluruhan organik. Realisme mengemukakan bahwa bentuk realisme semacam itu, yakni suatu bentuk yang sulit dibedakan dari beberapa jenis realisme obyektif. Ketiga, terdapat kelompok realis yang menganggap bahwa realitas itu pluralistik dan terdiri atas bermacam-macam jenis, jiwa dan materi hanya merupakan dua dari beberapa jenis lainnya.
Apa yang kadang-kadang dinamakan realisme Platonik atau konseptual atau klasik adalah lebih dekat kepada idealisme modern daripada realisme modern. Aristoteles adalah lebih realis, dalam arti modern, dari pada gurunya, Plato. Aristoteles merupakan seorang filosuf pertama. Ia menciptakan cabang pengetahuan itu dengan menganalisis problem-problem tertentu yang timbul dalam hubungannya dengan penjelasan ilmiah. Ajaran Pokok Realisme
a) Kita hidup dalam sebuah dunia yang di dalamnya terdapat banyak hal : manusia, hewan, tumbuhan, benda, dan sebagainya yang eksistensinya benar- benar nyata dan ada dalam dirinya sendiri.
b) Objek-objek kenyataan itu berada tanpa memandang harapan dan keinginan manusia.
c) Manusia dapat menggunakan nalarnya untuk mengetahui tentang obyek ini.
d) Pengetahuan yang diperoleh tentang obyek hukumnya dan hubungannya satu sama lain adalah petunjuk yang paling diandalakan untuk tindakan tindakan manusia.
Proses awal mengetahui adalah dengan sensasi. Sensasi adalah tanggapan indera manusia ketika menangkap objek-objek yang ada. Hasilnya adalah pengalaman indrawi atau data sensori. Kemudian akal atau pikiran menyortir, merangkai, mengklasifikasi, mengabstraksikan hasil tangkapan indera tersebut. Proses abstraksi diartikan sebagai bekerjanya akal pikiran untuk mencari unsur-unsur umum segala obyek yang harus ada dan selalu ditemukan dalam suatu objek. Dan unsur-unsur lain yang bersifat kontingen.
Proses abstraksi ini sangat penting bagi subjek yang ingin mendapatkan pengetahuan yang hakiki tentang objek tertentu. Sebagai contoh, kita melihat segala jenis kuda, ada kuda zebra, kuda australia, kuda sumbawa, kuda poni dan sebagainya. Walaupun kuda poni lebih kecil dibandingkan kuda lainnya tetapi kita tahu bahwa kuda poni termasuk jenis kuda. Sebaliknya, walaupun kita tahu bahwa sapi itu besarnya sama dengan kuda tapi kita tahu bahwa sapi tidak termasuk golongan kuda. Hal ini disebabkan kita mengabstraksikan berbagai hewan yang dilihat yang mempunyai unsur-unsur umum yang dapat digolongkan ke dalam jenis hewan bernama kuda.
Jadi sebenarnya dalam proses abstraksi itu seseorang menangkap bentuk umum suatu objek, sedangkan sensasi menghadirkan materi sebuah obyek. Bagi kaum realis, mengetahui adalah dua buah sisi proses yang melibatkan sensasi dan abstraksi. Proses ini sesuai dengan konsep realis tentang alam raya yang dualistic, tersusun atas materi dan struktur (komponen dan forma). Bila sensasi diperkenalkan dengan obyek dan memberi kita informasi tentang aspek material dari obyek ini dan kemudian data masuk ke dalam pikiran kita seperti data yang masuk kedalam program computer. Sekali masuk kedalam pikiran data sensori ini dipilih-pilih dan digolongkan dan didaftar.
Melalui sesuatu proses asbtraksi, akal sehat merangkai data dalam dua kategori besar, yang satu sebagai sesuatu yang harus ada yang selalu ditemukan dalam sebuah objek dan yang lainnya bersifat kontingen atau kadang-kadang ditemukan dalam sebuah objek. Yang selalu hadir itulah yang harus ada atau esensial bagi objek, disebut juga bentuk atau struktur. Bentuk adalah objek tepat dari abstraksi.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide (atau bentuk) bisa ada tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk. Aristoteles menyatakan bahwa setiap bagian materi memiliki sifat universal dan khusus. Pandangan Aristoteles terbukti lebih realis dari pada gurunya, yaitu plato. Dimana ia lebih mendasarkan pada hal-hal yang konkret. ia bermula dengan mengumpulkan fakta-fakta yang kemudian fakta-fakta itu disusun menurut ragam dan jenis atau sifatnya dalam suatu sistem.
Aristoteles juga terkenal sebagai bapak Logika, dimana logika tidak lain dari berfikir secara teratur menurut urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab dan akibat. Yang Pada dasarnya, berfikir adalah mempertalikan isi pikiran dalam hubungan yang tepat. Akan tetapi, Aristoteleslah yang pertama kali membentangkan cara berfikir yang teratur dari suatu sistem.
Realism mengemukakan bahwa bentuk realisme semacam itu, yakni suatu bentuk yang sulit dibedakan dari beberapa jenis realisme obyektif. Ketiga, terdapat kelompok realis yang menganggap bahwa realitas itu pluralistik dan terdiri atas bermacam-macam jenis; jiwa dan materi hanya merupakan dua dari beberapa jenis lainnya. Apa yang kadang-kadang dinamakan realisme Platonik atau konseptual atau klasik adalah lebih dekat kepada idealisme modern daripada realisme modern.


2. Saran
Dari uraian diatas maka penulis menyadari bahwa banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu pemakalah mohon kritikan dan saran yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan makalah ini

DAFTAR PUSTAKA

Nurnaningsih. 2012. Periodesasi Ketokohan Filsafat. Makassar: Alauddin Univ Press
Abd. Talib, Abdullah. 2013. Pengantar Filsafat. Makassar: Alauddin Univ Press
Russel, Betrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Abdul Hakim, Atang. 2008. Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia.
 https://www.academia.edu/12097647/Filsafat_Umum_Realisme_Aristoteles
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia). hlm. 15
Asmoro, Achmadi. 2014. Filsafat umum, (Jakarta: Rajawali).hlm.1
Saebani, Ahmad. 2008. Filsafat Umum. hlm.16
Tafsir, Ahmad. 2010. Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Jakarta: (PT Remaja Rosdakarya). hlm.59-60.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar