Sabtu, 09 Maret 2019

Makalah Filsafat Ilmu Socrates

MENGENAL SEJARAH, DAN PEMIKIRAN FILSAFAT ILMU MASA YUNANI KUNO
BELAJAR PADA SOCRATES
Latar belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap. Oleh karena itu, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu kita harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik, karena secara periodik menampilkan cirri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan.Periodesasi perkembangan ilmu yang disusun mulai dari peradaban Yunani kemudian diakhiri pada pertemuan- pertemuan pada zaman kontemporer. 
Salah satunya yaitu menurut Filosof Athena yang bernama Socrates. Periode filsafat Yunani merupakan periode yang sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena pada masa ini terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitosentris  menjadi logosentris. Pola pikir mitosentris adalah pola pikiran masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti  gempa  bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak di anggap fenomena alam biasa, tetapi dewa bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenoma alam tersebut tidak lagi di anggap sebagai aktivias dewa. Tetapi aktivitas alam yang terjadi secara kuasalitas.
Rumusan Masalah :
Bagaimana riwayat hidup Socrates ?
Bagaimana pemikiran filosof yunani Socrates ?
Bagaimana metode Socrates ?
Bagaimana etik Socrates ?
Siapa saja murid Socrates ?
Riwayat hidup
Socrates diperkirakan lahir pada tanggal 4 Juni 470 SM dari ayah yang berprofesi sebagai seorang pemahat patung dari batu (stone mason) bernama Sophroniskos. Ibunya bernama Phainarete berprofesi sebagai seorang bidan, dari sinilah Socrates menamakan metodenya berfilsafat dengan metode kebidanan nantinya. Setelah ayahnya meninggal dunia, Socrates menggantikan ayahnya sebagai pemahat, Hingga akhirnya ia berhenti dari pekerjaan itu dan bekerja dalam lapangan filsafat dengan di belanjai oleh seorang penduduk Athena yang kaya.
Socrates beristri seorang perempuan bernama Xantippe dan dikaruniai tiga orang anak. Di masa mudanya Socrates mendapat pendidikan normal dibidang sains, musik dan gimnastik. Semua ini merupakan subjek pelajaran yang berlaku umum dalam priode Yunani kuno. Dia dikenal juga sebagai pematung dan beberapa karyanya pernah ditampilkan disalah satu tempat di jalan menuju ke Acropolis di Athena.
Socrates mempunyai kepribadian yang sabar, rendah hati, yang selalu menyatakan dirinya bodoh. Meskipun dia orang yang berilmu, tapi dia dalam memilih orang yang jadi istri bukan dari golongan orang baik-baik dan pandai. Socrates Xantippe menikah dan memiliki tiga orang anak: Lamprocles, Sophroniscos dan Menexene. Selama hidupnya dia mengambil bagian pada tiga kampanye militer: pada awal perang Peloponesis, antara 432-429 SM, di 424 SM dalam pertempuran di Delion dan di 422 dalam ekspedisi Amphipolis.
Secara historis, filsafat Socrates mengandung pertanyaan karena Socrates sediri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran Socrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya. Yang paling terkenal diantaranya adalah penggambaran Socrates dalam dialog-dialog yang ditulis oleh Plato. Dalam karya-karyanya, Plato selalu menggunakan nama gurunya sebagai tokoh utama sehingga sangat sulit memisahkan gagasan Socrates yang sesungguhnya dengan gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Sorates. Nama Plato sendiri hanya muncul tiga kali dalam karya-karyanya sendiri yaitu dua kali dalam Apologi dan sekali dalam Phaedrus.
Socrates dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas kaki dan berkelilingi mendatangi masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Pada tahun 399 M, usia 37 tahun dia diadili di pengadilan Athena dan dituntut hukuman mati dengan tuduhan dia telah meracuni pikiran-pikiran kaum muda dengan ajaran-ajarannya serta ketidak percayaannya pada ketuhanan (dewa-dewa), oleh para penuntutnya : Meletos, Anytos, dan Lycon. Socrates menolak Lysias, pengacara dan membela dirinya. Dia telah tinggal di penjara selama 30 hari dan selama waktu ini menerima kunjungan dari teman-temannya. Mereka mengusulkan dia rencana melarikan diri, tetapi Socrates menolaknya. Tidak sedikitpun Socrates takut dengan hukuman yang diterimanya, bahkan seorang temannya, muridnya maupun tentara yunani saat itu, meminta Socrates untuk menarik kata-kata dan pemikirannya. Namun ternyata Socrates justru memilih mati daripada mengkhianati kebenaran yang sudah diyakininya karena Bagi Socrates, mati dalam keyakninan lebih bernilai daripada mengorbankan keyakninan itu sendiri. Socrates berdedikasi jam terakhir hidupnya untuk percakapan dengan teman-temannya pada tema keabadian jiwa. Dia telah mandi dan sebelum matahari terbenam ia minum cangkir dengan racun dan kata-kata terakhirnya adalah: “Criton, aku berutang Asclepios satu ayam, jangan lupa untuk memberikannya”. Socrates meninggal pada tanggal 7 Mei 399 SM.







Pemikiran Filosof Yunani Klasik Socrates

Pemikiran para filsuf sebelum era Socrates lebih diarahkan pada masalah kosmologi atau ilmu tentang alam semesta (perbintangan), sedangkan Socrates lebih memfokuskan diri pada masalah kemanusiaan. Hal ini berdasarkan sikapnya yang berlawanan dari sofis pada saat itu yang memungut biaya ketika mengajarkan pengetahuan kepada manusia. Dari pergaulannya dengan masyarakat setempat, ia pun menaruh perhatian khusus pada manusia.
Bagi Socrates, filosifi bukanlah isi, bukan hasil, dan bukan juga ajaran yang berdasarkan dogma yang tidak bisa dibantah, melainkan fungsi yang hidup.Socrates memahami kebenaran ada yang bersifat obyektif dan ada yang bersifat relatif. Kebenaran obyektif adalah kebenaran yang memang sudah ada yang tidak bergantung pada siapa yang berpendapat. Ia berusaha untuk mengungkapkan sifat semu yang terdapat dalam pengetahuan agar diketahui sumber pengetahuan yang sebenarnya.
Para filsuf Barat selalu menganggap Socrates sebagai pahlawan mereka. Ia selalu dianggap sebgai anutan filosofis kita yang pantang menyerah dalam mencari kebenaran, yang benar- benar tak terkalahkan dalam perdebatan, dan orang yang pada akhirnya mati demi ideal- idealnya. Ia sama sekali bukan filsuf yang murni, tidak memihak, tidak berpamrih, dan secara sosial, seorang professor yang acuh tak acuh, yang belajar kenal dan memuji atau mengejek. Ia dalah seorang laki- laki dengan satu misi yaitu yang paling penting ialah bias jadi “menyelamatkan jiwanya”. Ia juga mempunyai misi politik yaitu perlawanannya terhadap demokrasi, namun tampaknya ia menentang segala bentuk pemerintahan yang diatur oleh orang yang tidak “ahli” dalam pemerintahan.

Menurut Plato, setidaknya, Sokrates meramalkan masa depan ideal dari Negara sempurna, suatu “republik” yang diperintah oleh para filsuf. Sesungguhnya, orang Athena yang dikenal Sokrates jauh dari ideal. Kota telah diperintah oleh “Tiga Puluh Tiran”, yang secara sistematis mengeksekusi revan warga kota dalam pemerintahan yang penuh dengan teror. Pemimpin dari tiga puluh Tiran itu ialah Critias, salah seorang dari murid Sokrates. Sokrates dituduh “tidak percaya pada dewa- dewa Athena dan merusak generasi muda”. Tuduhan itu tampak dibuat- buat dan tak masuk akal, tetapi kan terlihat demikian selagi kita gagal memperhatikan gambar politisi yang lebih besar.

Metode Socrates

Socrates tidak memungut biaya bagi pengajarannya. Kecuali itu maksud dan tujuan ajaran- ajarannya bukan untuk meyakinkan orang lain supaya mengikuti dia, tetapi untuk mendorong orang supaya mengetahui dan menyadari sendiri.
Dengan menggunakan metode dialektika, Socrates berusaha mengajarkan orang lain untuk mencari kebenaran. Setiap hari ia berjalan berkeliling kota untuk mempelajari kebiasaan manusia, ia berbicara dengan berbagai macam orang, bertanya tentang pekerjaan dan keseharian mereka sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Dari tanya-jawab ini, Socrates membuka pikiran masyarakat tentang pengetahuan yang mereka miliki serta menambah pengetahuan yang ia miliki.
Dalam sejarah umat manusia Socrates merupakan contoh istimewa selaku filsuf yang jujur dan berani. Socrates menciptakan metode ilmu kebidanan yang dikenal dengan “ Maicutika Telenhe” yaitu suatu metode dialektika untuk melahirkan kebenaran. Socrates berpendapat bahwa ajaran  dan kehidupan adalah satu dan tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Oleh karena itu, dasar dari segala penelitian dan pembahasan adalah pengujian diri sendiri. Semboyan yang paling digemarinya adalah apa yang tertulis  pada Kuil Delphi, yaitu ; “Kenalilah dirimu sendiri“.Dalam mencari kebenaran selalu dilakukan dengan berdialog, dengan cara Tanya jawab. Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan yang merupakan lawan bicaranya. Ia tidak mengajarkan, melainkan menolong seseorang mengeluarkan apa yang tersimpan dalam hatinya. Sebab itu,metodenya disebut maieutik, menguraikan.
Kata ironi berasal dari bahasa yunani yang bermakna bersikap pura-pura, cara seseorang berbicara, pura-pura menyetujui apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya, tetapi dengan senyuman, mimik dan sebagainya menyangkal pendapat orang itu. Oleh Socrates dipergunakan untuk membimbing lawan bicaanya kepada kebenaran.
Socrates seringkali berpura-pura bertanya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sengaja dimaksudkan untuk membingungkan orang-orang terutama para kaum sofis. Karena jawaban-jawaban atas pertanyaan itu menjadi saling bertentangan, sehingga para penjawab ditertawakan orang banyak.
Segi positif dari metode ironi ini terletak dalam usahanya untuk mengupas kebenaran dari kulit “pengetahuan semu” orang-orang  tersebut.
Dengan cara bekerja yang demikian itu Socrates menemukan suatu cara berpikir yang disebut induksi, yaitu: menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal yang khusus. Untuk mengetahui apakah “ keutamaan “ pada umumnya, semua sifat khusus keutamaan- keutamaan yang bermacam- macam itu harus disingkirkan. Tinggallah keutamaan yang sifatnya umum. Demikianlah dengan induksi itu sekaligus ditemukan apa yang disebut definisi umum. Definisi umum ini pada waktu itu belum dikenal. Socrateslah yang menemukannya yang ternyata penting sekali artinya bagi ilmu pengetahuan.
Menurut Socrates, alat untuk mencapai eudaimonia atau kebahagiaan ialah kebajikan atau keutamaan (arĂȘte). Akan tetapi kebajikan atau keutamaan disini tidak diartikan secara moral, melainkan secara yang lebih luas daripada itu. Pendirian Socrates yang terkenal adalah : “ keutamaan adalah pengetahuan “. Keutamaan dibidang hidup baik tentu menjadikan orang dapat hidup bail. Hidup baik berarti : mempratekkan pengetahuannya tentang hidup baik itu. Jadi baik dan jahat dikaitkan dengan soal pengetahuan, bukan dengan kemauan manusia.
Sokrates tidak pernah menuliskan filosofinya. Jika ditilik benar- benar, ia malahan tidak mengajarkan filosofi, melainkan hidup berfilosofi. Bagi dia filosofi bukan isi, bukan hasil, bukan ajaran yang bersandarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup. Oleh karena Sokrates tidak menuliskna filosofinya, maka sulit sekali mengetahui dengan sahih apa sebenarnya ajarannya. Ajarannya itu hanya dikenal dari catatan- catatan murid- muridnya, terutama Xenephon dan Plato. Catatan Xenephon kurang kebenarannya, karena ia sendiri bukan seorang filosof. Untuk mengetahui ajaran Sokrates, orang banyak bersandar kepada Plato. Tetapi kesukarannya ialah bahwa Plato dalam tulisannya banyak menuangkan pendapat- pendapatnya sendiri kedalam mulut Sokrates. Dalam uraian- uraiannya, yang kebanyakan berbentuk dialog, hampir selalu Sokrates yang dikemukakannya. Ia memikir, tetapi keluar seolah- olah Sokrates yang berkata.
Model mencari kebenaran dengan cara berdialog atau Tanya jawab tersebut, tercapai pula tujuan yang lain, yaitu membentuk karakter. Oleh karena itu Sokrates mengatakan bahwa Budi adalah Tahu, maksudnya budi baik timbul dengan pengetahuan. Manusia yang dirusak oleh ajaran sofisme mau dibentuknya kembali.

Etik Sokrates
Etika (Etimologik), berasal dari kata Yunani “Ethos” yang berarti kesusilaan atau adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata Latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga Adat atau Cara hidup.
Etika juga dapat disebut dengan filsafat moral.
Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan Etika dipakai untuk mengkaji sistem nilai-nilai yang ada.
Pandangan Socrates mengenai kebijakan, yakni apa yang benar dan apa yang baik, bisa dinamakan filsafat moral rasionalistik. Filsafat moral rasionalistik merupakan pandangan yang menganggap pemikiran atau rasionalitas sebagai factor eksekutif atau domain dalam tingkah laku bermoral.
Budi ialah tahu, kata Sokrates. Inilah intisari daripada etiknya. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Paham etiknya itu kelanjutan daripada metodenya. Imduksi dan definisi menuju kepada pengetahuan yang berdasarkan pengertian. Dari mengetahui beserta keinsafan moril tidak boleh tidak mesti timbul budi.
Dari ucapan itu nyatalah, bahwa ajaran etik Sokrates intelektuil sifatnya. Selain dari itu juga rasionil. Apabila budi adalah tahu, maka tak ada orang yang sengaja, atas maunya sendiri, berbuat jahat. Kedua- duanya, budi dan tahu, bersangkut- paut. Apabila budi adalah tahu, berdasarkan timbangan yang benar, maka “ jahat” hanya datang dari orang yang tidak mengetahui, orang yang mempunyai pertimbangan atau penglihatan yang benar. Orang yang kesasar adalah kurban daripada kekhilafannya sendiri. Kesasar bukanlah perbuatan yang disengaja. Tidak ada orang yang khilaf atas maunya sendiri.
Oleh karena budi adalah tahu, maka siapa yang tahu akan kebaikan dengan sendirinya terpaksa berbuat baik. Untuk itu perlulah orang pandai menguasai diri dalam segala keadaan. Dalam suka maupun duka. Dan apa yang pada hakekatnya baik, adalah juga baik bagi kita sendiri. Jadinya, menuju kebaikan adalah jalan yang sebaik- baiknya untuk mencapai kesenangan hidup.
Dari pandangan etik yang rasionil itu Sokrates sampai kepada sikap hidup, yang penuh dengan rasa keagamaan. Menurut keyakinannya, menderita kezaliman lebih baik dari berbuat zalim. Sikap itu diperlihatkannya, dengan kata perbuatan, dalam pembelaannya dimuka hakim. Sokrates adalah orang yang percaya kepada Tuhan. Alam teratur susunannya menurut wujud tertentu. Itu, katanya, adalah tanda perbuatan Tuhan.sering pula dikemukakannya, bahwa Tuhan dirasai sebagai suara dari dalam, yang menjadi bimbingan baginya dalam segala perbuatannya. Itulah yang disebut daimonio.
Juga dalam segi pandangan Sokrates yang berisi keagamaan, terdapat pengaruh paham rasionalisme. Semuanya itu menunjukkan kebulatan ajarannya, yang menjadikan ia seorang filosof yang terutama seluruh masa. 

Murid- Murid Sokrates
Diantara murid- murid Sokrates tiga orang yang mengaku menruskan pelajarannya, yaitu Eeuklides, Antisthenes dan Aristippos. Sebenarnya mereka itu hanya mengemukakan satu seginya saja dari ajaran Sokrates. Itupun diajarkan menurut paham mereka sendiri dan di campur pula dengan pandangan filsafat lain yang sudah merka pelajari lebih dahulu.
EUKLIDES mengajarkan filosofinya di kota Megara. Sebelum ia belajar pada Sokrates ia telah mempelajari filosofi Elea, terutama ajaran Permenides yang mengatakan, bahwa yang Ada itu ada, satu, tidak berubah- ubah. Menurut ajarannya Yang satu itu baik.
Cara Euklides mempertahankan pendapatnya banyak sekali menyerupai dalil- dalil yang dikemukakan oleh Zeno, dari filosofi Elea. Filosof Euklides ini tidak sama dengan Euklides ahli matematik, yang hidup kira- kira 100 tahun kemudian.
ANTISTHENES mula-mula murid guru sofis Gorgias. Kemudian dia menjadi pengikut Sokrates. Sesudah Sokrates meninggal ia membuka sekolah filosofi di Athena dan diberinya nama Gymnasium Kynosarges. Sebab itu ajarannya sering disebut filosofi dari Mazhab Kyna.menurut anajarannya Budi adalah satu-satunya yang baik.
ARISTIPPOS mengajarkan filosofinya di Kyrena. Mula- mula ia belajar pada guru- guru sofis dan kemudian menjadi mrid Sokrates. Dalam ajarannya ia sangat jauh menyimpang dari Sokrates. Menurut pendapatnya kesenangan hidup harus menjadi tujuan. Sebab itu ajarannya disebut hedonisme.



Kesimpulan
Socrates merupakan seorang filsuf Yunani kuno yang lahir di Athena pada tahun 470 SM yang merupakan tokoh paling penting dalam filosofis negara barat. Dia adalah orang yang sederhana, yang selalu berpakaian tua dan kumal serta tidak pernah memakai alas kaki. Dia adalah orang yang baik, jujur dan adil. Ayah Socrates adalah soorang pemahat patung dan ibu Socrates adalah seorang bidan yang kemudian dengan pekerjaan ibunya itu dia mendapat inspirasi tentang pemikiran yang dilakukan oleh seorang bidan. Filsafat Pra Sokrates hanya membahas tentang Obyek alam, sedangkan Sokrates disamping membahas alam juga membahas manusia, jiwa, dan yang lainya.
Dari hal tersebut timbullah pemikiran-pemikiran yang sangat bermanfaat sampai sekarang ini. Adapun pemikiran-pemikirannya adalah sebagai berikut:
Pemikiran tentang adanya kebenaran umum, karena Socrates berfikir bahwa tidak semua kebenaran itu bersifat relatif atau disebut juga cara berfikir induksi, yaitu menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal yang bersifat khusus.
Metode dialektika, yang cara kerjanya adalah seperti nama metodenya yaitu dengan cara bertanya-jawab atau berdialog. Metode ini juga disebut dengan maieutika atau seni kebidanan.
Pemikiran tentang “keutamaan adalah pengetahuan” jadi semua hal dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada. Bahkan Socrates telah menjelaskan bahwa baik dan jahat dalam kehidupan manusia dikaitkan dengan pengetahuan, bukan dengan kemauan manusia.
Pemikiran tentang “ Budi adalah Tahu “ maksudnya budi baik timbul dengan pengetahuan. Manusia yang dirusak oleh ajaran sofisme mau dibentuknya kembali.


Daftar Pustaka
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131862252/pendidikan/PEMIKIRAN+FILOSOF+YUNANI+KLASIK.pdf
Hatta,M.1980.Alam Pikiran Yunani.Jakarta:P.T. Tintamas Indonesia
Solomon, RC, Higgins, KM.2002.Sejarah Filsafat,penerjemah.Yogyakarta(ID):Saut Pasaribu. Terjemahan dari: A short History of Philosophy.
Hadiwijono,DR,H.1998.Sari Sejarah Filsafat Barat 1.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Dewi Dianawati.2013.Socrates dan Pemikirannya. https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/socrates-dan-pemikirannya/ (di akses 20 Februari jam 21.35)
Andri Dwi Handoko.2013. Filsafat Socrates. https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/filsafat-socrates/ (di akses 14 Februari jam 22.10)
Sean Ochan.2014. Pemikiran Filsafat Yunani Kuno. https://seanochan.wordpress.com/2014/06/09/pemikiran-filsafat-yunani-kuno/ ( di akses 14 Februari jam 22.15)
Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Socrates (diakses 14 Februari jam 22.15)
Athari Isep Hanani.2013. Filsafat Masa Yunani Kuno. https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/24/filsafat-masa-yunani-kuno/ ( di akses 14 Februari jam 18.20)
Bagus Junaedy.2012. Filsafat Socrates. http://bikhoirblogjun.blogspot.com/2012/06/filsafat-socrates.html (di akses 14 Februari jam 22.15)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar