Sabtu, 09 Maret 2019

Makalah Sistem Ekonomi Ala Barat

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem perekonomian adalah sistem yang dipakai oleh sebuah negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dikuasainya baik untuk perorangan ataupun instansi di negara itu. Perbedaan utama antara satu sistem ekonomi dengan sistem ekonomi yang lain yaitu bagaimana cara sistem itu mengelola faktor produksinya. Dalam beberapa sistem, seorang individu diizinkan memiliki seluruh faktor produksi. Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut dikuasai oleh pemerintah.
Sistem ekonomi juga merupakan suatu aturan dan tata cara untuk mengatur perilaku masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi untuk meraih suatu tujuan. Sistem perekonomian di setiap negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara  lain ideologi  bangsa, sifat dan jati diri bangsa, dan struktur ekonomi.
Pada makalah ini kita akan membahas sistem perekonomian ala barat, yaitu : sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis, dan sistem ekonomi campuran.
B. RUMUAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini ,yaitu :
Bagaimana perkembangan sistem ekonomi kapitalis,sosialis, dan campuran?
Bagaimana perbandingan antara sistem ekonomi kapitalis, sosialis, campuran, dan islam ?
C. MANFAAT DAN TUJUAN PENULISAN
Adapun manfaat dan tujuan penulisan makalah ini, yaitu :
 Untuk mengetahui tentang perkembangan sistem ekonomi kapitalis,sosialis, dan campuran
Untuk mengetahui tentang perbandingan antara sistem ekonomi kapitalis, sosialis, campuran, dan islam ?






BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM EKONOMI KAPITALIS
   1. Pengertian
Kapitalis/ liberal adalah sistim ekonomi dimana persdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan memperoleh keuntungan ekonomi pasar.
   2. Ciri – Ciri
Sistem ekonomi kapitalis:

Menerapkan sistem persaingan bebas
Kedaulatan konnsumen dan kebebasan dalam konsumsi
Peran pemerintah dibatasi
Perana modal sangat penting

   3. Kemunculan Sistem Ekonomi Kapitalis
Kapitalisme muncul pada akhir abad ke-15 tahun 1492 tepatnya di Eropa Barat. Dalam sejarah eropa ada dua tongak yang menjadi lahirnya sistem ekonoli kapitalis, pertama munculnys buku Adam Smith yang berjudul the wealth of the nations. Buku ini  mereupakan kumpulan ide dan gagasan pokok pemikiran dari ekonomi. Dari buku ini dapat disimpulkan bahwa keserakahan dan kepentingan pribadi akan menimbulkan persaingan bebas (laissez-faire). Persainagn bebas ini akan mencegah penindasan oleh invisibel hand karena setiap pemilik modal akan berusaha agar para pekerja tidak pindah ke lain majikan. sehingga keserakahan dan kepentingan pribadi akan menguntungkan orang banyak. Kedua, revolusi Perancis 1789 yang merupakan revolusi kaum borjuis pertama yang menjadi lambang keruntuhan sistem feodal di Eropa. Lalu masuklah sistem kapitalis yang membuat sistem keserakahan menjadi hal yang wajar dan keserakahan dijadikan motor pembangunan ekonomi.
Yang mendasari tumbuhnya kapitalisme adalah liberalisme. Liberalisme ini menandai adanya suatu perubahan yang revolusioner dalam pemikiran ekonomi. Pada masa sebelumnya terutama masa merkantilis, intervensi negara sangat tinggi atas individu.

   4. Kelebihan dan Kekurangan
    Kelebihan :
Setiap individu berhak memiliki alat produksi sendiri
Kegiatan ekonomi lebih cepat maju karena adanya persaingan
Produksi didasarkan kebutuhan masyarakat
Kualitas barang lebih terjamin
Kekurangan:
Sulitnya pemerataan pendapatan
Rentan terhadap krisis ekonomi
Menimbulkan monopoli
Adanya eksploitasi


B. SISTEM EKONOMI SOSIALIS
   1. Pengertian
Sosialisme adalah sistem ekonomi yang mana ekonominya diatur oleh negara, dalam sistem ini ekonomi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah  bisa memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
   2. Ciri - Ciri
Sistem ekonomi sosialis:
Hak milik individu tidak diakui
Seluruh sumber daya dikuasai negara
Semua masyarakat adalah karyawan bagi negara
Kebijakan ekonomi disusun dan dilaksanakan pemerintah
   3.  Kemunculan  Sistem Ekonomi Sosialis
Sejak awal abad ke-19. Dalam bahasa Inggris, istilah ini digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut Robert Owen pada tahun 1827. Di Perancis, istilah ini mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon pada tahun 1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux dan J. Regnaud dalam l'Encyclopédie Nouvelle Penggunaan istilah sosialisme sering digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir semua sepakat bahwa istilah ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan masyarakat egalitarian yang dengan sistem ekonomi menurut mereka dapat melayani masyarakat banyak daripada hanya segelintir elite.
Karl Marx dan Friedrich Engels berpendapat bahwa sosialisme akan muncul dari keharusan sejarah kapitalisme yang diberikan sendiri sudah usang dan tidak berkelanjutan akibat dari meningkatnya kontradiksi internal yang muncul dari perkembangan kekuatan produktif dan teknologi. Itu menjadi kemajuan dalam kekuatan produktif yang dikombinasikan dengan hubungan sosial lama dengan produksi kapitalisme yang akan menghasilkan kontradiksi, dan kemudian mengarah ke kesadaran kelas pekerjaan. 
Marx dan Engels berpandangan bahwa kesadaran orang-orang yang memperoleh upah atau gaji (kelas pekerja dalam arti Marxis luas) akan dibentuk oleh kondisi mereka yang menjadi budakan upah, yang mengarah ke kecenderungan untuk mencari kebebasan atau emansipasi mereka dengan menggulingkan kepemilikan alat-alat produksi oleh kapitalis, dan akibatnya, menggulingkan negara yang menjunjung tinggi tata ekonomi kapitalis ini. Bagi Marx dan Engels, kondisi ini menentukan kesadaran dan mengakhiri peran kelas kapitalis yang pada akhirnya mengarah ke masyarakat tanpa kelas di mana negara akan melenyap.
Konsepsi sosialisme Marxis adalah bahwa fase sejarah tertentu yang akan menggantikan kapitalisme dan didahului dengan komunisme. Karakteristik utama dari sosialisme (terutama yang dipahami oleh Marx dan Engels setelah Komune Paris 1871) adalah bahwa kaum proletar akan mengontrol alat-alat produksi melalui negara buruh yang didirikan oleh para pekerja di kepentingan mereka. Kegiatan ekonomi masih akan diatur melalui penggunaan sistem insentif dan kelas sosial masih akan ada, tetapi untuk tingkat yang lebih rendah dan berkurang di bawah kapitalisme.
   4. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
Pemerintah lebih mudah ikut campur dalam pembentukan harga.
Kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi secara merata.
Pelaksanaan pembangunan lebih cepat.
Pemerintah bebes menentukan produksi sesuai kebutuhan masyarakat.
Kekurangan:
Individu tidak mempunyai kebebasan dalam berusaha.
Tidak ada kebebasan untuk memiliki sumber daya.
Potensi dan kreativitas masyarakat tidak berkembang.
Sulit melakukan transaksi dalam hal tawar-menawar.
C. SISTEM EKONOMI CAMPURAN
   1. Pengertian
Sistem ekonomi campuran adalah sistem ekonomi gabungan dari ekonomi kapital dan sosialis, yang artinya sistem ekonomi ini menerapkan kerjasama antara pihak pemerintah dan swasta, baik pemerintah maupun swasta diakui keberadaanya saat terjadi kegiatan ekonomi.
   2. Ciri – Ciri
Jenis dan jumlah barang diproduksi ditentukan oleh mekanisme pasar
Hak milik swasta atas alat produksi diakui, asalkan pengunaanya tidak merugikan kepentingan umum
Pemerintah bertanggung jawab atas jaminan sosial dan pemerataan pendapatan
Ada persaingan, tetapi masih ada kontrol dari pemerintah
   3. Kemunculan Sistem Ekonomi Campuran
Munculnya proses ekonomi campuran dimulai karena ada bertentanagn keras antara pemegang ideologi kapitalisme yang menggunakan proses ekonomi pasar bersama dengan pemegang ideologi komunis yang menggunakan prose eonomi komando karena banyaknya konflik diantrara keuda grup tersebut. Para ahli megusahakan untuk membangun proses ekonomi bersama dentga langkah memadukan ciri dasar antara kedua ideologi tersebut dengan myita unsur terbauik dari keduanyan. Salah satu teori yang digunakan didalam pembentukan proses ekonomi campuran yairu teori yang dinyatakan oleh Hegeel. Hegeel menyebutkan bahwa pertumbuhan sebuah pemikiran dapat menggapai wujud terbaiknya melalui proses diatlik atau komunikasi menuju suatu sintesqa. Kemudian negara yang menampik ideologi liberalisme dan komunisme mulai diskusi mengenai ideologi yang mampu diterapkan di ngearanya sehingga digunakanlah ideologi campuran terhitung mendasari munculnya proses ekonomi campuran ini.
   4. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan :
Kestabilan ekinomi terjamin
Pemerintah dapat memfokuskan perhatian untuk memajukan sektor usaha menengah dan kecil
Adanya kebebasan berusaha dapat mendorong kreativitas individu
Kekurangan :
Sulit menentukan batasantara kegiatan ekonomi yang seharysnya dilakukan pemerintah dan swasta
Sulit menentukan batas antara sumber produksi yang dapat dikuasai oleh pemerintah dan swasta.

D. SISTEM EKONOMI ISLAM
   1. Pengertian
Sistem ekonomi islam adalah sustu sistem ekonomi yang dijalankan berdasarkan syariat islam atau aturan-aturan Allah. Jadi, segala bentruk kegiatan ekonomi mengikuti aturan yang ada di Al-Qur’am dan Al-Hadist ,agar benar-benar dengan syariat islam .
   2. Ciri – Ciri
Berlakunya sistem kepemilikan ganda ,yakni mengakui bermacxam-macam kepemilikan baik kepemilikan individu, swasta, maupun  negara.
Setiap muslim bebs malakukan perdagangan, asalkan aktivitas yang dilakukan tidan merusak dan mengandung riba, gahar(ketidakpastian) ,masyir(perjudian) ,dan penipuan
Menjalankan bisnis harus atas dasar suka sama suka atau tidak saling mendzalimi
   3. Perkembangan Sistem Ekonomi Islam
Beberapa tahun belakang ini , lembaga-lembaga ekonomi yang berbasis syariah semakin marak di panggung perekonomian nasional. Sejak berdirinya Bank Muamalat sebagai pelopor bank yang menggunakan sistem syariah pada tahun 1999, kini banyak bermunculan abnk-bank syariah . sejarah perkembangan syariah di Indinonesia secara formal dimulai dengan lokal karya MUI mengenai perbankan pada tahun 1990 yang selanjutnya diikuti dengan UU No.7/1992 Tentang perbankan yang mengakomodai kegiatan bank dengan prinsip mudharabah. Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang menggunakan pola mudaharabah pada tahun 1992 menandakan dimulainya era sistem perbankan ganda (dualbankingsystem) di Indonesia.
   4. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan :
Adanya kebebasan bagi setiap individu untuk mebuat keputusan
Adanya pengakuan terhadap hak kepemilikan individu terhadap harta dan hak untuk memiliki harta
Adanya ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar
Adanya jaminan sosial dan hak untuk hidup bagi individu dalam sebuah negara
Adanya distribusi kekayaan islam
Kekurangan :
Lambatnya perkembangan literatur ekonomi islam
Lebih dikenalnya praktek ekonomi konvensional
Kurangnya pengetahuan sejarah tentang ekonomi islam
Pendidikan masyarakat yang masih mengedepankan materialisme
Tidak adanya reprentasi ideal negara yang menggunakan sistem ekonomi islam









E. PERBANDINGAN ANTARA SISTEM EKONOMI KAPITALIS, SOSIALIS, CAMPURAN, DAN ISLAM
No.
Perbandingan
Kapitalis
Sosialis
Campuran
Islam

1
Sumber kekayaan
Sumber kekayaan sangat langka
(scarcity of resources)
Sumber kekayaan sangat langka
(scarcity of resources
Sumberdaya alam dari Pemerintah dan swasta
Sumber kekayaan alam semesta dari ALLAH SWT

2
kepemilikan
Setiap pribadi dibebaskan untuk memiliki semua kekayaan yang di perolehnya
Sumber kekayaan didapat dari pemberdaya
Tenaga kerja (buruh)
Berasal dari pihak Swasta asalkan diakui oleh pemerintah
Sumber kekayaan yang kita miliki adalah titipan dari ALLAH SWT

3
Tujuan gaya hidup
Kepuasan pribadi
Kesetaraan penghasilan diantara kaum buruh
Untuk mensejahterakan rakyat
Untuk mencapai kemakmuran /sucess (al-falah), di dunia dan akhirat






















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Sistem ekonomi kapitalis adalah sistem ekonomi dimana ekonomi diatur oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran). Kapitalisme muncul pada akhir adab ke-15 tepatnya pada tahun1492. Dalam sejarah eropa barat ada dua kejadian sejarah yang merupakan tonggak bagi lahirnya sistim kapitalisme, yaitu pertama munculnya buku adam smith yang berjudul the weatles of the nations.
Sistem ekonomi sosialis merupakan sistem ekonomi dimana ekonomi diatur negara. Istilah sosaialme mulai digunakans sejak awal abad ke-19. Karel marx dan frinedrich engels berpendapat bahwa soialisme akan muncul dari keharusan akan sejarah kapitalisme yang diberikan sendiri sudah usang dan tidak berkelanjutan kibat dari meningkatnya kontradiksi internal yang muncul dari kekuatan produktif dan teknologi.
Sistemekonomi ekonomi campuran merupakan campueran atau perpaduan antara sistem ekonomi liberal dengan sistem ekonomi sosial. Sistem ini hendak dibangun dengan usaha untuk meninggalkan unsur-unsur lemah dari dua bentuk sistem ekonomi politik tersebut. Sejarah pertentangan yang keras bahkan tidak harmonis dari kapitalisme dan sosialisme terla menstimulasi pemikiran-pemikiran untuk mencari bngunan ekonomi dengan ciri dasar yang merupakan gabuingan unsur-unsur terbauik dari keduannya.
Sistem ekonomi islam adalah sustu sistem ekonomi yang dijalankan berdasarkan syariat islam atau aturan-aturan Allah. Jadi, segala bentruk kegiatan ekonomi mengikuti aturan yang ada di Al-Qur’am dan Al-Hadist ,agar benar-benar dengan syariat islam .
B. SARAN
Sistem ekonomi islam merupakan perwujudan dari paradigma islam. Pengembanganm sistem ekonomi islam bukan untuk menyaingi sistem ekonomi kjapitalis atau sistem ekonomi sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi  yang mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari sitrem ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan kemuka bumi ini diamksudkan untuk mengatur hidup manusia guna mewujudkan kekentraman hidup dan kebahagian umat di dunia dan di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi. Umat disini tidak semata-mat umat muslim, tetapi suluruh umat yang ada di muka bumi. Kekentraman hidup tidak hanya sekedar dapat menuhi kenutuhan hidup secara secara limpah ruah di dunia, tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan sebagai bekal di akhiurat nanti. Jadi, haruis ada keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan di dunia maupun di akhurat nanti. 


DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/78879204/sistem-ekonomi-islam-dan-barat
https://www.google.co.id/amp/s/ejajufri.wordpress.com/2009/04/28/sistem-ekonomi-barat-dunia-islam/amp/
https://umam30.blogspot.com/2015/10/makalah-sistem-ekonomi-islam-dan html=1

Makalah Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi (Homo Economicus)

PENDAHULUAN
Dalam perkembangan pengetahuan manusia mengenai dirinya sendiri telah banyak menimbulkan spekulasi  mengenai apa dan siapa manusia itu? Mulai dari pemahaman sederhana bahwa manusia itu adalah makhluk yang berakal atau homo sapiens  dan kemudian masih banyak lagi yang istilah yang muncul untuk menjelaskan apa itu manusia. Beberapa istilah tersebut  berasal dari bahasa latin yang kemudian menjadi rujukan untuk memahami keseluruhan apa yang ada pada manusia itu sendiri.
Namun di sini saya akan menjelaskan salah satu bagian dari pengetahuan mengenai manusia, manusia sebagai Homo economicus. Selain di kenal sebagai makhluk sosial (homo socius ) dan juga sebagai makhluk berakal (homo spiens ) manusia juga di kenal sebagai makhluk homo economicus, yaitu makhluk yang selalu berupaya sebisa mungkin untuk memenuhi segala jenis kebutuhannya, baik kebutuhan yang sifatnya materi ataupun kebutuhan yang sifatnya nonmateri, memang sudah menjadi bagian yang kodrati bagi manusia untuk menjadi makhluk yang homo economicus karena pada dasarnya manusia akan selalu mengedepankan pribadinya untuk bisa memenuhi segala kebutuhannya, bahkan cara yang di gunakan untuk memenuhi kebutuhannya tersebut dapat beraneka ragam caranya mulai daricara yang baik hingga cara yang dapat di kategorikan sebagai suatu tindakan yang tidak bermoral.

PEMBAHASAN
Penjelasan yang paling sederhana mengenai apa itu homo economicus adalah, bahwa sesungguhnya manusia sangat membutuhkan dan bergantung pada apa yang di katakan sebagai alat pemuas kebutuhan, sederhananya kebutuhan manusia terbagi manjadi 3 yaitu :


Kebutuhan yang sifatnya utama (primer)
Kebutuhan ini sangat di utamakan bagi manusia karena kebutuhan ini tidak terpenuhi maka hasilnya manusia akan sulit atau bahkan tidak bisa melanjutkan kehidupannya. Kebutuhan itu menyangkut pangan (makan), sandang (pakaian), papan (rumah sebagai tempat tinggal).  Semua itu harus terpenuhi tanpa terkecuali.
Kebutuhan pendukung (sekunder)
Kebutuhan ini adalah pelengkap bagi kebutuhan primer, kebutuhan ini adalah kebutuhan yang jika tidak di penuhi manusia masih tetap bisa untuk melanjutkan kehidupannya meski hanya mengandalkan kebutuhan yang bersifat primer, kebutuhan sekunder ini  terealisasi dari apapun  jenis kebutuhan yang yang menyangkut langsung dengan kebutuhan inti seperti jika dalam kebutuhan inti ada pangan, seperti nasi, sayur, ikan dan lain sebagainya maka kebutuhan yang menjadi kebutuhan sekundernya adalah piring dan gelas, karena orang makan tidak harus menjadikan piring dan gelas sebagai alat bantunya, bisa juga menggunakan daun dan batok kelapa sebagai pengganti piring dan gelas.  Namun alangkah baiknya jika menggunakan pirinig dan gelas sebagai alat yang membantu dalam kegiatan pangan. Sama halnya juga dengan kebutuhan lain seperti  sandang yang di lengkapi dengan lemari sebagai pelengkapnya.
Kebutuhan tersier (tambahan)
kebutuhan ini adalah kebutuhan yang  sifatnya adalah tambahan. Yang di maksud dengan tambaha adalah sebagai pemuas keinginan memiliki manusia. Sebagai contohnya adalah mobil dan kendaraan lainnya, mrngapa di katakan sebagai kebutuhan tersier karena tanpa ada mobil pun manusia dapat terus melanjutkan kehidupannya dengan menggunakan kendaaraan umum sebagai  alat transportasi. Contoh lainnya adalah Gadget atau  alat komunikasi sejenisnya, biasanya Gadget di gunakan seseorang selain sebagai alat komunikasi juga berfungsi sebagai tolak ukur strata dalam masyarakat, mengapa demikian karena disini  Gadget juga berfungsi sebagai sebuah trendseter dalam dunia remaja. Meski kesemua contoh tersebut dalam realitasnya tidak dapat di penuhi , manusia masih tetap dapat menuruskan kehidupannya.
Itu mengapa manusia di katakan sebagai Homo economicus , bisa di katakan dari 3 kebutuhan di atas, manusia dapat dikatakan sebagai makhluk yang kompleks kebutuhannya karena  di mulai dari yang paling penting hingga kebutuhan yang tidak penting, kesemuannya di miliki manusia, menjadikan manusia sebagai makhluk yang  homo economicus tingkat tinggi.
Sebagai makhluk ekonomi manusia memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dirinya dengan makhluk lainnya yang non economis di antarnya :
Sikap tidak pernah puas.
Banyak keinginan dan kebutuhan.
Cenderung melakukan tindakan ekonomi atas kepentinagn sendiri.
Cenderung melakukan tindakan ekonomi secara efisien.
Cenderung melakukan kegiatan yang dekat dengan pencapaian tujan.
Selau berpikir rasional berkaitan dengan pengorbanan yang di keluarkan dengan hasil yang di dapat
Selain karakter tersebut manusia sebagai makhluk ekonomi atau homo economics, ada beberpa faktor yang mempengaruhi  suatu kebutuhan manusia  diantara lain adalah :
A. Tempat tinggal.
B. Pendidikan.
C. Usia.
D. Kemajuan ilmu pengtahuan dan teknologi.
E. Tingkat pendapatan.
F. Status social.
G. Perbedaan Selera.
H. Sumber Daya Alam Dan Sumber Daya Manusia Yang Tersedia.

5 Ciri- Ciri Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi Yang Bermoral

Ciri- ciri manusia sebagai makhluk ekonomi selain sebagai makhluk sosial, manusia dikenal makhluk ekonomi juga melekat pada diri kita. Hakikat makhluk sosial, seperti yang kita tahu sekarang, menandakan kehidupan seorang manusia yang tidak bisa lepas dari sosialisasi dengan orang lain. Manusia tidak bisa hidup sendiri dan harus berdampingan dengan orang lain karena manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Definisi yang cukup jelas mengenai hakikat makhluk sosial. Namun bagaimana dengan titel makhluk ekonomi? Manusia yang juga dikenal sebagai makhluk ekonomi bermoral ini kemudian menimbulkan pertanyaan, “Apa maksud dari hakikat makhluk ekonomi ini?”

Perkembangan wilayah Indonesia pada dasarnya, kehidupan manusia disokong oleh berbagai kegiatan yang intinya adalah memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia: papan (tempat tinggal), pangan (makanan), dan sandang (pakaian). Manusia memiliki naluri untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kebutuhan ini, manusia bisa bertahan hidup. Beberapa poin terkait dengan aktivitas sehari-hari manusia untuk bertahan hidup adalah:
Dalam kehidupan sesungguhnya, kita tidak bisa mendapatkan segala kebutuhan dan keinginan tanpa adanya pengorbanan. Untuk mendapatkan sesuatu, kita harus menukarkan sejumlah barang dengan nilai yang sepadan.
Selain itu, perasaan tidak pernah puas untuk merasa cukup ketika kebutuhan berhasil dipenuhi akhirnya melahirkan kesepakatan di antara manusia untuk bekerja, mendapatkan uang, yang akhirnya digunakan untuk membeli segala keperluan.
Selalu ada peningkatan pemenuhan kebutuhan yang merupakan bagian dari tindakan rasional seorang manusia. Inilah hakikat dari titel makhluk ekonomi yang lekat pada manusia.
Ciri-ciri Manusia adalah Makhluk Sebagai Ekonomi yang Bermoral
ads
Ciri- ciri manusia mebagai makhluk ekonomi pada dasarnya, semua manusia berhakikat sebagai makhluk ekonomi. Hal ini tercermin dari ciri-ciri yang melekat pada diri setiap orang dan menjadi sebagai kondisi penduduk Indonesia dengan memiliki ciri-ciri manusia dikenal makhluk ekonomi bermoral antara lain:
1. Tindakannya rasional. Semua orang berkehendak memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka semaksimal mungkin. Kalau bisa, semua itu didapatkan dengan pengorbanan yang relatif minim.
2. Tindakan pemenuhan kebutuhan tersebut berfokus pada pemenuhan kebutuhan diri sendiri. Manusia mencoba memikirkan dan memenuhi kebutuhan diri sendiri lebih dulu dibandingkan memikirkan kebutuhan orang lain.
3. Keputusan yang diambil seseorang sesuai dengan tujuan. Dalam arti, manusia mampu bertindak karena keputusan yang diambil bertujuan memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk hidup (bekerja, mendapatkan uang, digunakan untuk membeli makanan, memenuhi kebutuhan dasar hidup).
4. Sulitnya mencapai rasa puas yang paling tinggi. Manusia bahkan dikenal tidak pernah memiliki rasa puas. Setiap kali telah berhasil mencapai di titik tertentu, manusia selalu ingin untuk mencapai lebih baik lagi. Siklus ini berjalan terus-menerus tanpa putus.
5. Aktivitas yang dipilih cenderung dekat dengan preferensi pribadi. Bisa dikatakan, apapun yang dilakukan manusia harus memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Manusia sebagai Makhluk Ekonomi yang Bermoral
Ada banyak faktor yang membedakan kebutuhan manusia yang satu dengan manusia yang lain, dan juga ada faktor yang dikenal sama yaitu faktor perubahan sosial. Beberapa faktor pembeda tersebut kami jabarkan secara ringkas dan informatif sebagai berikut.
1. Tempat Tinggal. Berbeda tempat tinggal, berbeda pula kebutuhan dasar manusia.
Misalkan individu yang tinggal di negara tropis seperti Indonesia tidak akan membutuhkan pakaian tebal untuk menghangatkan diri di kala musim salju seperti masyarakat di negara 4 musim.
Hal ini dikarenakan kondisi geografis Indonesia tidak terdiri dari 4 musim berbeda yang silih berganti seperti negara lain seperti Australia, Jepang, Rusia, atau pun Amerika Serikat.
2. Pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, tingkat kebutuhan dirinya cenderung lebih tinggi dibandingkan mereka dengan tingkat pendidikan rendah. Dengan mengikuti pendidikan akan terjalin adanya suatu proses interaksi sosial, kepada semua masing-masing murid.
Orang yang berpendidikan tinggi mungkin memiliki standar pakaian khusus, baik untuk bekerja, bersosialisasi, atau bersantai bersama keluarga.
Standar pakaian tersebut mungkin muncul akibat relasi dengan rekan yang seolah mematok standar berpakaian tertentu untuk saling menghargai satu sama lain.
Berbeda dengan standar pakaian orang dengan pendidikan yang lebih rendah, yang menganggap pakaian sopan sudah cukup untuk berbagai pertemuan.
3. Usia. Orang tua dan dewasa muda yang hidup di tahun 2000-an ini mungkin dihadapkan pada tren yang sama, tetapi preferensi kebutuhan mereka bisa berbeda.
Orang tua cukup bahagia ketika kebutuhan mereka berhasil dipenuhi, misalkan berpakaian yang cukup rapi, tidak harus selalu baru, enak dipakai, dan masih layak digunakan.
Sedangkan dewasa muda cenderung lebih terlihat ingin terus-menerus memuaskan diri sendiri dengan pemenuhan kebutuhan yang jauh lebih tinggi dari kata cukup. Misalkan, menginginkan produk yang terbaru, bahan yang halus dan mencerminkan aura yang memakainya.
4.  Kemajuan IPTEK. Generasi milenial cenderung memiliki pemikiran untuk mempunyai produk-produk kemajuan IPTEK terbaru dan mengetahui berita terkini alias tidak boleh kudet. Dengan kemajuan IPTEK ini juga salah satu faktor dari bentuk penyimpangan sosial yang biasa terjadi dimasyarakat.
Anak sekolah yang sudah dibekali dengan smartphone berspesifikasi tinggi meski tak semua komponen keras dan lunaknya dioptimalkan penggunaannya. Hal ini didapatkannya untuk mengatrol gengsi.
Generasi yang lebih tua sudah merasa lebih cukup dengan smartphone yang bisa melakukan fungsi standar di zaman modern: mengirim pesan, telepon, browsing, mudah menangkap sinyal, baterai awet, dan berbagai pertimbangan lain

5. Tingkat Pendapatan. Orang dengan pendapatan lebih tinggi cenderung memiliki kebutuhan yang lebih banyak dibandingkan orang berpendapatan lebih rendah.
Kebutuhan orang berpendapatan tinggi bisa jadi karena kondisi sosialnya yang memengaruhi kebutuhan tersebut. Contoh kebutuhan untuk mobil berspesifikasi tinggi dan memastikan keamanan supir dan penumpang.
Berbeda dengan orang berpendapatan rendah yang cenderung sudah puas dengan mobil kualifikasi standar. Asalkan harga jual kembali tidak anjlok, konsumsi bahan bakar tidak boros, dan kantor service banyak atau mudah ditemukan, produk ini sudah cukup memenuhi kebutuhan mereka.
6. Status Sosial. Orang yang dikenal memiliki status sosial tinggi cenderung memiliki kebutuhan yang didominasi oleh keinginan.
Kebutuhan wanita dengan status sosial tinggi untuk mengenakan perhiasan seelite mungkin guna mendongkrak eksistensi di kalangan rekan-rekan sesama perempuan sosialita.
Berbeda dengan perempuan tanpa status sosial yang tinggi, mereka cenderung lebih mudah puas hanya dengan menggunakan satu atau dua jenis perhiasan guna menghiasi tubuh tanpa terkesan berlebihan.
7. Perbedaan Selera. Satu orang dengan orang lain memiliki selera yang berbeda dan memengaruhi preferensi kebutuhan masing-masing.
Perempuan yang tergolong tomboy akan cenderung mencari produk yang bersifat kelaki-lakian dan membuat tampilan diri menjadi lebih macho.
Berbeda dengan perempuan yang feminin, yang akan cenderung mencari produk-produk yang manis, seperti baju dress, anting, cat kuku, alat kosmetik, dan lain sebagainya.
Demikian informasi yang bisa kami berikan terkait dengan pengetahuan umum tentang manusia sebagai makhluk ekonomi yang bermoral. Semoga informasi umum ini bisa memberikan gambaran yang lebih baik tentang hakikat manusia sebagai makhluk ekonomi, yang bukan sekadar memenuhi kebutuhan diri sendiri tetapi juga bagaimana interaksinya dengan lingkungan sosial sekitarnya.

Penutup

Jadi pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang sangatlah kompleks kebutuhan disini  sangat varian karena kita tahu bahwa manusia memiliki beberapa perbedaan antara satu sama lain baik dari ras, agama, kebiasaan, tata cara hidup dan lain sebagaianya  sehingga ini melatar belakangi perbedaan kebutuhan antara satu sama lain. Itulah yang menjadikan bahwa manusialah yang paling Homo Economicus di antara semua makluk yang ada di bumi ini dan juga ini yang menjadikan eksistensi manusia lebih mendominasi dibandingkan makhluk yang lain.

Referensi
Nashir, Haedar, 1997, Agama dan Krisis Manusia Modern, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Maharani, Septiana Dwiputri, 2008, Filsafat Manusia Unsur-Unsur dan Problematikanya, Kepel Press, Yogyakarta.
Leenhouwers, P, 1988, Manusia dan Lingkungannya Refleksi Filsafat Tentang Manusia, PT.Gramedia, Jakarta.
Griffin, David R, 2005, Tuhan dan Agama dalam Dunia Postmodern, Kanisius, Yogyakarta.


https://www.academia.edu/13116537/Tugas_Akhir_filsafat_Manusia_Manusia_sebagai_Homo_Economicus_?auto=download
https://materiips.com/ciri-ciri-manusia-sebagai-makhluk-ekonomi

Makalah Filsafat Islam Neoplatonisme

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang diberikan akal dan hati oleh Allah SWT. Oleh karena itu, manusia memiliki rasa ingin tahu dan mempelajari  terhadap fenomena yang ada dan terjadi di alam semesta ini. Manusia ingin selalu tahu sebab-sebab dari kejadian yang telah disaksikannya. Manusia tidak pernah menganggap bahwa sesuatu yang ada terjadi dengan sendirinya secara kebetulan saja, atau tanpa sebab. Oleh sebab itu munculah ilmu filsafat.
Filsafat merupakan ilmu yang pertama kali muncul sebagai pengetahuan dalam mengungkap segala fenomena yang ada yang meliputi tuhan, manusia, dan alam semesta. Filsafat disebut juga sebagai induk pengetahuan, karena memang filsafatlah yang telah melahirkan segala ilmu pengetahuan yang ada. Kehadiran filsafat di sepanjang peradaban manusia telah memberi kesaksian betapa pentingnya fisafat bagi manusia. Filsafat disebut sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat eksistensial, artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari.
Dalam perkembangan fisafat, seringkali melahirkan filsof-filsof hebat yang memberikan warna tersendiri dalam dunia pemikiran manusia. Dari sekian banyak filsuf terkenal, salah satunya adalah Plotinus.  Plotinus adalah filsof yang berasal dari Mesir. Plotinus terkenal dengan ajaranya tentang jiwa, penciptaan alam semesta atau lebih sering disebut Teori Emanasi.
Akan tetapi pemikiran Plotinus bukan hanya itu, dia juga mengemukakan pemikiran tentang etika. Secara umum ajaran Plotinus ini sering disebut dengan Platonisme atau Neoplatonisme. Jadi, dalam ajaran Plotinus ini masih ada kaitanya dengan Plato. Plotinus ingin mengembangkan filsafat Plato tentang ide kebaikan. Karena menurut Plotinus ide yang baik hanya dimiliki oleh Tuhan Yang Maha Esa, sehingga menjadi sumber timbulnya dari segala sesuatu yang baik.


Justifikasi Masalah
Bagaimana perintisan filsafat neoplatonisme?
Apa pokok-pokok pemikiran Plotinus ?
Apa tahap-tahap wujud Plotinus?
Siapakah filsuf islam yang mengembangkan pemikiran Plotinus?


BAB II
PEMBAHASAN

Perintis Filsafat Neoplatonisme
Kata neoplatonisme berasal dari kata neo yang berarti berarti baru, plato yang merujuk pada seorang filsof yang mencetuskan konsep realitas idea dalam teori filsafatnya, dan isme memiliki arti faham. Jadi jika dirangkai memiliki pengertian ide-ide baru yang muncul dari ide-ide filsafat yang telah dimunculkan oleh Plato. Faham ini bertujuan untuk menghidupkan kembali filsafat yang telah dikemukakan oleh Plato. Meskipun begitu tidak berarti bahwa pengikut-pengikutnya tidak terpengaruh dengan ajaran selain plato. Sebenarnya ajaran ini merupakan semacam sintesis dari semua aliran filsafat sampai saat itu, dimana Plato diberi tempat istimewa.
Tokoh neoplatonisme yang dianggap representatif adalah Plotinus, murid dari Ammonius Saccas. Plotinus lahir di Lycopolis, Mesir, pada tahun 204 dan meninggal di Campania pada tahun 270 M. Plotinus berguru pada Saccas selama 11 tahun. Ia mempelajari falsafah Yunani sejak berusia 27 tahun, terutama karya-karya Plato. Ia datang ke Roma sekitar tahun 244 M dan mengajar falsafah sekitar 25 tahun. Plotinus yang berupaya memadukan ajaran Aristoteles dan Plato, hanya saja pada praktiknya, ia lebih condong pada ajaran-ajaran Plato. Aliran baru yang dirintisnya mencakup berbagai pemikiran dari berbagai negara dan menjadi pusat bagi peminat falsafah, ilmu, dan sastra.
Plotinus juga mendalami ajaran-ajaran mistik India dan Persia, yang saat itu sedang popular.  Plotinus dikenal sebagai guru yang sangat dihormati, bahkan di antara murid-murid Plotinus ada yang mendewakannya. Meski demikian, ia tetap bersikap rendah hati. Plotinus tidak berniat mendirikan aliran falsafah sendiri, ia hanya ingin mendalami filosofi Plato, sehingga filosofinya dinamakan neoplatonisme.  Plotinus tidak menuliskan ajarannya hingga ia berusia 50 tahun. Sebelum Plotinus meninggal, ia mewariskan 54 karangan yang dikumpulkan dan diedit oleh salah satu muridnya, Porphyry dalam enam kelompok yang dikenal dengan Enneads. Plotinus percaya bahwa ciptaan melimpah (atau mengalir) dari Yang Esa yang adalah Yang Baik. Segala sesuatu yang ada pasti baik, atau memuat kebaikan, kalau tidak ia tidak dapat ada sama sekali.
Aliran filsafat neoplatonisme ini banyak memberikan kecenderungan neoplatonik dalam pemikiran filsafat dan filsof muslim. Tokoh terkemuka yang memiliki kecenderungan neoplatonik yang sangat menonjol muncul dalam pemikiran al-Farabi dan Ibnu Sina, yang keduanya dikenal sebagai the great muslim philosophers.
Penjelasan pertama yang sistemik tentang neoplatonisme dalam bahasa Arab, tidak salah lagi adalah karya seorang ahli logika dan metafisika Islam pertama yang terkenal, Muhammad bin Muhammad bin Tarkhanal-Farabi, yang lebih dikenal dengan sumber-sumber klasik dan di kalangan orang-orang Latin abad tengah sebagai Abu Nashr.
Neoplatonisme merupakan rangkaian terakhir dari fase Helenisme Romawi, yaitu suatu fase pengulangan ajaran Yunani yang lama, jadi aliran ini masih berkisar pada filsafat Yunani, yang teramu dalam mistik (tasawuf Timur). Akibatnya, di dalamnya kadang terjadi tabrakan antara filsafat Yunani dengan agama-agama samawi. Neoplatonisme ini terdapat unsur-unsur Platonisme, Phytagoras, Aristoteles, Stoa, dan mistik Timur, jadi, berpadu antara unsur-unsur kemanusiaan, keagamaan dan mistik.


Pokok-pokok pemikiran Plotinus
Seluruh sistem filsafat Plotinus berkisar pada konsep kesatuan, yang disebutnya dengan nama “Yang Esa”, dan semua yang ada berhasrat untuk kembali kepada “Yang Esa”. Oleh karenanya, dalam realitas seluruhnya terdapat gerakan dua arah, yaitu:
Dialektika menurun (a way down, al-jadal al nazil)
Dialektika menurun digunakan untuk menjelaskan “Wujud Tertinggi” dan cara keluarnya alam dari-Nya. Penjelasannya terhadap wujud tertinggi itu, terkenal dengan teorinya “Yang Esa”, atau (Esanya Plotinus). Semua yang wujud, termasuk di dalamnya wujud pertama (Yang Esa), merupakan rangkaian mata rantai yang kuat dan erat, dan kemudian dalam studi kegamaan dikenal dengan istilah “kesatuan wujud”.
Plotinus sangat mementingkan kesatuan. Semua makhluk yang ada, bersama-sama merupakan keseluruhan yang tersusun sebagai suatu hierarki. Pada puncak hierarki terdapat “Yang Esa” (bahasa Yunani: to hen). Setiap taraf dalam hierarki berasal dari taraf lebih tinggi yang paling berdekatan dengannya. Taraf satu berasal dari taraf lain melalui jalan pengeluaran atau “emanasi”. Dengan istilah “emanasi” ditunjukkan bahwa pengeluaran itu secara mutlak perlu, seperti air sungai secara mutlak perlu memancar dari sumbernya. Taraf lebih tinggi tidak bebas dalam mengeluarkan taraf berikutnya, tetapi dalam proses pengeluaran ini taraf yang lebih tinggi tidak berubah dan kesempurnaannya tidak hilang sedikit pun. Proses pengeluaran digambarkan Plotinus sebagai berikut: dari “Yang Esa” dikeluarkan Akal (Nous). Akal ini sama dengan ide-ide Plato yang dianggap Plotinus sebagai suatu intelek yang memikirkan dirinya sendiri. Jadi, akal sudah tidak satu lagi, karena di sini terdapat dualitas: pemikiran dan apa yang dipikirkan. Dari akal itu, jiwa (psykhe) berasal, dan akhirnya dari jiwa dikeluarkan materi (hyle), yang bersama jiwa merupakan jagad raya. Selaku taraf yang paling rendah dalam seluruh hierarki, materi adalah makhluk yang paling kurang kesempurnaannya dan sumber segala kejahatan.
Dialektika menaik (a way up, al-jadal, al shaid)
Dialektika menaik digunakan untuk menjelaskan soal-soal akhlak dan jiwa, dengan maksud untuk menentukan kebahagiaan manusia.
Setiap taraf hierarki mempunyai tujuan untuk kembali kepada taraf lebih tinggi yang paling dekat dan kerena itu secara tidak langsung menuju ke “Yang Esa”. Karena hanya manusia mempunyai hubungan dengan semua taraf hierarki, ialah yang dapat melaksanakan pengembalian kepada “Yang Esa”. Hal ini dapat dicapai melalui tiga langkah. Langkah pertama adalah penyucian, di mana manusia melepaskan diri dari materi dengan laku tapa. Langkah kedua adalah penerangan, dimana ia diterangi dengan pengetahuan tentang Idea-idea akal budi. Akhirnya, langkah ketiga adalah penyatuan dengan “Yang Esa” yang melebihi segala pengetahuan. Langkah terakhir ini ditunjukkan Plotinus dengan nama “ekstase” (ecstacy). Porphyry menceritakan bahwa selama 6 tahun ia bersama Plotinus, empat kali ia menyaksikan gurunya mengalami ekstase tersebut.
Dua dialektika itu, oleh Plotinus dikembangkan teori tentang asal usul alam semesta yang tampaknya juga merupakan gabungan dari teori-teori Plato dan Aristoteles, yang kemudian dikenal sebagai sistem emanasi. Dunia tidak lagi dipandang sebagai suatu wujud yang diciptakan dari materi yang ada sejak sebelumnya, yang mana dia itu sendiri, kekal bersama-sama “Yang Baik” (menurut Plato), dan juga bukan dipandang sebagai wujud yang keseluruhan dan kesempurnaannya kekal bersama-sama “Yang Esa” (menurut Aristoteles); sekarang dia dipandang sebagai wujud yang dihasilkan atau dipancarkan dari hakikat kesejatian “Yang Esa” secara kekal, jadi pandangan yang baru ini berusaha menafsirkan kepercayaan kepada penciptaan alam dari tiada sebagai suatu tindak penciptaan dunia yang melibatkan waktu dari hakikat “Yang Esa”.

Tahap-tahap wujud Plotinus
Salah satu persoalan dasar paling pokok dalam ajaran neoplatonisme adalah bagaimana mendamaikan dua macam hal, yakni “Yang Esa” dan segala macam wujud yang fana, sementara mereka sama-sama tidak mempunyai apa pun yang serupa antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk itu model emanasi, dirancang untuk menjelaskan bagaimana segala sesuatu yang tidak memiliki unsur kesamaan antara satu dengan yang lain, pada saat yang sama, juga benar-benar saling berhubungan. Dengan teori emanasi itulah, akhirnya terdapat apa yang disebut unity of being, kesatuan wujud.
Aristoteles dalam metafisikanya juga hendak menghubungkan kedua alam itu, sambil berupaya menghindarkan kekurangan-kekurangan yang ada dalam sistem filsafat Plato. Aristoteles menggunakan teori form dan matter, dan kadang teori potensial being dan actual being. Ia mengatakan bahwa form murni (pure form) diambil dari “matter murni” (pure matter). Atau penggambaran “wujud yang ajaib” diambil dari “wujud yang mungkin”. Jadi form murni (zat yang ada dengan sendirinya) menjadi sumber bagi “benda murni” atau “wujud yang mungkin” (yakni alam yang bisa disaksikan). Dengan begitu, maka Aristoteles telah mencoba menghubungkan kedua macam wujud yang ada, yaitu wujud sempurna yang berdiri sendiri dengan alam lain yang membutuhkannya. Aristoteles juga menekankan bahwa yang sempurna (form murni) menarik “yang tidak sempurna” (alam benda). Alam yang terakhir ini bergerak menuju ke arah wujud Yang Esa, karena ingin menjadi sempurna juga. Jadi menurut Aristoteles, Yang Esa bersifat menggerakkan, dan dengan begitu ia tidak bergerak.
Plotinus yang datang kemudian, juga mencoba menyempurnakan ajaran keterhubungan antara dua wujud tersebut. Hanya saja cara yang ditempuhnya lain. Ia menggunakan pokok pikiran bahwa di antara semua wujud ini, ada wujud tertinggi, yang disebut “Yang Esa” atau “Wujud Tertinggi”, dan ada pula wujud yang terendah, yaitu alam materi. Sementara di antara kedua wujud tersebut, terdapat wujud-wujud yang lain. Menurut Plotinus, wujud keseluruhannya ada empat, yaitu:
Yang Esa (To Hen)
Menurut filosofi Plotinus, alam semesta bukanlah ciptaan “Yang Esa”, melainkan limpahan dari “Yang Esa” melalui proses emanasi. Tujuan akhir dari semua wujud adalah terserap kembali ke dalam “Yang Esa”, tempat asalnya. Sifat “Yang Esa” adalah di luar jangkauan pemahaman manusia.
Menurut ajaran Plotinus, ada tiga tahap proses emanasi dan reabsorsi yang berbeda. Reabsorsi atau remanasi sendiri merupakan tujuan setiap jiwa. Menurut Plotinus, ada tiga tahap penyatuan kembali manusia dengan “Yang Esa”: pertama melakukan amal saleh; kedua, berfilsafat; dan ketiga, dengan jalan mistik.
Selain persoalan teologis dan kosmologis, Plotinus juga mengembangkan ajaran tentang etika. Ajaran Plotinus terfokus dalam tiga kajian inti, yakni “Yang Esa” (The One), akal (intellect), dan jiwa (soul). “Yang Esa”adalah sumber wujud melalui emanasi. Dia merupakan object yang tak terpahami dan semuanya bergerak menuju kepada-Nya. “Yang Esa” dan materi adalah dua kutub utama alam semesta. “Yang Esa” sebagai kekuatan aktif dan alam sebagai penerima pasif. Materi tidak mempunyai realitas hakiki dengan sendirinya, dan hanya ada satu prinsip tertinggi, yaitu “Yang Esa” (waajib al wujuud). “Yang Esa” tidak dapat dibagi-bagi. Yang Esa adalah sumber segala wujud yang ada, tetapi bukan merupakan bagian.
“Yang Esa” tidak memiliki kehendak dan intelegen, sebab Dia tidak dibatasi oleh kebodohan dan hasrat. “Yang Esa” tidak bebas ataupun terikat. Menyifati “Yang Esa” dengan sifat-sifat tertentu tidak mudah. Dia transeden pada semua wujud yang terbatas. Tuhan melebihi manusia dalam berpikir. Berpikir adalah sesuatu yang tidak terelakkan sebagai wahana untuk sampai ke pintu gerbang penyucian. Berpikir juga merupakan awal menuju dunia mistik dan menyatu dengan “Yang Esa”. Alam semesta merupakan emanasi “Yang Esa”, seperti tungku dan cahaya yang memancar dari pusat api: semakin dekat ke api, semakin terang cahaya dan sinarnya, dan sebaliknya, semakin jauh dari sumber api maka cahaya dan sinarnya, dan sebaliknya, semakin jauh dari sumber api maka cahaya dan sinarnya menjadi kurang. Bahkan jika jarak dari api semakin jauh dan menjauh maka panas dan cahaya pun akan hilang sama sekali.
Akal (Nous)
Akal keluar langsung dari “Yang Esa” dengan kedudukan sebagai asal pertama. Keesaan “Yang Esa” dari segala segi, menjadi berbilang dengan akal, sebab dengan adanya akal, maka ada lagi yang menjadi objek pemikiran (ma’qul). Akal keluar dari “Yang Esa” bukan dalam proses waktu, sebagaimana dengan wujud abstrak lainnya. Akal keluar dari “Yang Esa” tidak mempengaruhi kesempurnaan-Nya, demikian pula keluarnya yang kurang sempurna dari yang lebih sempurna. Kesempurnaan ini tidak terpengaruh, sebab apa yang keluar daripada-Nya hanya berarti ikut pada-Nya, dan kepada-nya pula tergantung adanya. Seperti halnya dengan bilangan eka (satu) yang menjadi sebab adanya bilangan-bilangan yang lain, yang keluarnya tidak mempengaruhi keesaan bilangan itu. Akal keluar dari “Yang Esa” dengan sendirinya, tidak perlu mengandung paksaan atau perubahan pada-Nya, sebab penetapan kehendak berarti merusak keesaan-Nya, sebab dengan sendirinya ada yang dikehendaki. Dengan alasan “keluar dengan sendirinya”, maka keesaan “Yang Esa” teteap terpelihara tanpa menimbulkan bilangan. Dalam hal ini, Plotinus mengiaskan “Yang Esa” dengan matahari, yang menyinari alam sekelilingnya tanpa mempengaruhi keadannya sendiri.
Kedudukan akal di antara semua wujud ialah sebagai pembuat alam (shani’ al-alam). Akal ini juga mengandung ide-ide dari Plato. Menurut plotinus, kalau alam abstrak, yaitu alam itu tidak terdapat di dalam akal, maka akal tidak mempunyai hakikat, tetapi hanya gambaran dari hakikat. Dan ini suatu tanda ketidaksempurnaan, sedangkan seharusnya akal ini sempurna. Dengan jalan menjadi “Yang Esa”, sama dengan idea of God dari Plato, maka Plotinus telah mengambil ide Plato seluruhnya, dan dipakainya untuk menafsirkan wujud pertama dan urut-urutan wujud lainnya.
Jiwa (Psykhe)
Jiwa memandang akal sebagai yang menciptakannya dan jiwa tersebut memberi sinar pada alam indrawi (sensual world) dengan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya. Kedudukan jiwa adalah sesudah akal, dan merupakan akhir wujud alam abstrak, serta menjadi penghubung, antara alam indrawi dan dunia gaib, atau alam ketuhanan.
Karena kedudukannya itu, maka jiwa alam dari satu segi terbagi, dan dan dari segi lain tidak terbagi. Ia tidak terbagi, karena jiwa adalah sesuatu yang abstrak. Ia tidak terbagi menurut banyaknya tempat, tetapi terbagi karena ia masuk alam indrawi dan terdapat dimana-mana meskipun wujud tersebut adalah wujud keseluruhan tanpa dibagi-bagi sebagai wujud yang menggerakkan dan sebagi kekuatan pemeliharaan. Karena tabiatnya itu, yaitu bisa dibagi dan bisa tidak terbagi, maka Plotinus tidak menganggap jiwa tergolong dalam alam azali yang supersensual sama sekali. Ia juga tidak menggolongkan dalam alam materi sama sekali, tetapi hanya mengatakan bahwa itu terdapat padanya. Adanya tingkatan-tingkatan wujud ini menyebabkan Plotinus mengatakan adanya dua macam jiwa, yaitu:
Jiwa yang tidak berhubungan langsung dengan alam indrawi, yaitu jiwa yang dekat dengan akal.
Jiwa yang merupakan wakil jiwa Yang Esa, yang menjadikan alam indrawi dan disebut tabiat alam ini.
Nama-nama ini dipilihnya untuk menghindari adanya suatu jiwa yang mempunyai dua arah: arah ke atas, yaitu kepada akal, dan arah ke bawah, yaitu ke arah alam materi. Jiwa adalah wakil akal dalam memelihara dan mempengaruhi alam di bawahnya, dan sebagaimana akal itu sendiri menjadi wakil “Yang Esa”. Karenanya, Plotinus mengharuskan alam materi ini mensyukuri akal, bukan mensyukuri jiwa atas nikmat wujud yang diberikan kepadanya. Plato sebelumnya juga telah mengharuskan alam materi ini mensyukuri alam ide, dengan alasan yang sama. Ide Plato ini sudah dimasukkan oleh Plotinus ke dalam akal, maka Plato dan Plotinus sependapat bahwa yang mempunyai kekuatan untuk mewujudkan dan memelihara adalah wujud kedua, yaitu “ide” menurut Plato, atau “akal” menurut Plotinus. Persamaan pendapat ini bukan karena kebetulan, tetapi memang karena Plotinus mengikuti Plato.
Materi (Hyle)
Alam materi adalah sesudah alam jiwa, dan menjadi asal (sumber) bagi alam lahir ini. Atau dengan kata lain, alam ini adalah refleksinya, sebab materi tersebut adalah di luar hakikat (reality), disebabkan oleh ketidaksempurnaannya, sedangkan alam abstrak semuanya adalah hakikat. Demikian pula halnya dengan alam ini, ia tidak mempunyai hakikat dan tidak sempurna. Hakikat dan kesempurnaan yang ada padanya hanyalah bayangan belaka, atau salinan dari alam abstrak. Materi menjadi sebab ketidaksempurnaan dan kekurangan. Karenanya, ia merupakan mata rantai tertinggi dan puncaknya. Sinar yang keluar dari “Yang Esa” ini, dengan melalui akal dan jiwa, kemudian berangsur-angsur menjadi kegelapan pada alam materi. Hakikat yang ada pada pada “Yang Esa” berangsur-angsur juga menjadi ketiadaan hakikat (irreality). Demikian pula kebaikan “Yang Esa” berangsur-angsur menjadi keburukan. Maka, alam materi ini adalah kumpulan kegelapan, keburukan, dan ketiadaan hakikat. Pikiran Plotinus terhadap materi tersebut bertemu dengan pikiran Plato. Pada bukunya Timaeus, Plato mengatakan bahwa materi sebagai pihak yang berhadapan dengan akal, merupakan faktor kedua dalam kejadian alam ini. Materi ini menerima pengaruh dan menjadi tempat segala pengaruh. Bagi Plato, materi ini menjadi penjara bagi jiwa.
Plotinus menganggap ada materi lain yang terdapat di dalam alam abstrak, sedangkan alam lahir ini merupakan cermin (gambaran) dari alam abstrak. Maka, yang akhir ini pun materi pula, hanya saja materi terakhir ini tidak mengandung keburukan dan ketidakhakikatan, seperti yang terdapat dalam alam lahir. Pikiran Plotinus ini juga tidak terlepas dari Plato yang mengatakan bahwa alam lahir ini adalah gambaran (salinan) dari alam logos atau dari alam nonmateri.


Filsuf islam yang mengembangkan ajaran Plotinus
Al-Farabi
Al-Farabi adalah filsuf Muslim yang pertama kali mengembangkan sistem pemikiran filosofis yang komprehensif. Para ahli pun memberikan pujian yang setinggi-tingginya kepada Al-Farabi sebagai ahli logika yang masyhur. Karya-karyanya lebih banyak memaparkan dan mengulas pemikiran Plato dan Aristoteles. Karya-karya itu tidak hanya sekedar komentar, Farabi mencoba merukunkan Plato dengan Aristoteles dan membuat ajaran keduanya relevan bagi tradisinya sendiri.
Definisi ilmu filsafat menurut al-Farabi adalah al-‘ilm bi al-maujudat bima hia al-maujudat. Ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnya dari segala yang ada ini. Maka, jika dilihat dari keseluruhannya al-Farabi lebih condong kepada filsafat Plato daripada filsafat Aristoteles. Al-Farabi sependapat dengan Plato bahwa alam ini ialah “baru” dan terjadi dari tidak ada. Pendapat al-Farabi ini sebagai pendapat seorang muslim tidak begitu mengherankan, karena alam idea Plato mirip denggan pengertian alam akhirat dalam dunia islam.
Dalam soal terjadinya alam bagaimana hubungan Khaliq dengan makhluk, al-Farabi menyetujui teori emanasi neoplatonisme. Al-Farabi lebih merinci lagi teori emanasi yang dinamakan nadzariat al-faidh itu dengan penguraiannya sendiri.
Mula pertama al-Farabi menerima prinsip Aristoteles yang mengatakan bahwa Tuhan itu ialah Akal Yang Berfikir. Al-Farabi menamakannya Akal Murni, namun prinsip Aristoteles itu lalu diisi oleh al-Farabi degan teori emanasi neoplatonisme dari Plotinus.
Neoplatonisme mengakui akan ke-esaan Tuhan, zat pertama yang tunggal dan sebenar-benarnya. Oleh karena itu, dengan filsafat tersebut filsof yunani tidak mempunyai pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan islam selama mereka mengakui akan ke-esaan Tuhan meskipun terkadang, filsafat mereka bertentangan satu sama lain.
Neoplatonisme mengandung unsur-unsur kemanusiaan (usaha pemikiran manusia), keagamaan, dan keberhasilan (bukan agama langit). Neoplatonisme dengan unsur-unsur tersebut datang dan bersatu dengan kaum muslimin melalui aliran Masehi,karena filsafat al-Farabi dan neoplatonisme itu sama yaitu bersifat Tuhan itu yang Maha Tertinggi dan Esa.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Filsafat Neoplatonisme merupakan pemikiran atau ide-ide baru yang muncul dari ide-ide filsafat yang telah dimunculkan oleh Plato. Pada dasarnya, Plotinus hanya menjelaskan secara implisit hal-hal yang sudah yang sudah ditemukan Plato. Namun selain itu Plotinus juga mengajukan teori emanasi..
Filsuf muslim yang mengembangkan ajaran Plotinus adalah al-Farabi. Beliau mengemukakan bahwa filsafatnya dengan neoplatonisme itu sama yaitu bersifat Tuhan itu yang Maha Tertinggi dan Esa. Jadi, Neoplatonisme mengandung unsur-unsur kemanusiaan (baik pemikiran manusia), keagamaan, dan keberhasilan.


Daftar Pustaka

Drajat, Dr. M.A. Amroeni (2005). Kritik Falsafah Peripatetik. Jogjakarta: LKiS.
Smith, Linda (2000). Ide-ide Filsafat dan Agama. Jogjakarta: Penerbit Kanisius.
Sholikhin, KH. Muhammad (2008). Filsafat dan Metafisika dalam Islam. Jogjakarta: Penerbit Naras.
Syadali, Ahmad(2004). filsafat umum. Bandung:CV Pustaka Setia.
Rohmadi, M.Ag, Syamsul Huda (2013). Filsafat Umum. Surakarta: Fataba press. Zar, Prof. Dra, H. Sirajuddin. Filsafat islam. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada
Muzairi. Filsafat umum, Yogyakarta : teras, 2009
Hatta, mohammad. Alam pikiran Yunani, Jakarta: Tintamas, 1986, cet 3.
Russell, Bertrand. Sejarah filsafat barat: dan kaitannya dengan kondisi sosial-politik zaman kuno hngga sekarang, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004, cet 2.
http://agungsyaiful.blogspot.com/2012/04/neo-platonisme.html?m=1,diakses pada 25 Februari 2019 pukul 12.45



Makalah Filsafat Islam

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Filsafat ilmu adalah salah satu ilmu yang telah dipelajari sejak zaman dahulu dan dianggap sebagai akar dari ilmu yang saat ini banyak dipelajari di dunia. Ilmu filsafat diketahui berasal dari budaya bangsa Yunani dan sebagian besar dari kita mengenal sosok filsuf atau tokoh filosofi dari Yunani seperti Socrates, Aristoteles dan lain sebagainya. Setelah itu kemudian muncul tokoh-tokoh filosofi yang mendalami ilmu filsafat Islam. Meskipun ilmu filosofi Islam diadaptasi dari ilmu filsafat bangsa Yunani, ada beberapa hal yang muncul dari pemikiran para filsuf Islam itu sendiri. Untuk mengetahui apa sebenarnya ilmu filsafat Islam dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan, simak sedikit penjelasan berikut ini. 


Rumusan Masalah
Apa yang di maksud filsafat Islam ?
Bagaimana sejarah lahirnya filsafat Islam ?
Siapa saja tokoh-tokoh filsafat Islam ?

Tujuan
Untuk mengetahui lebih dalam pengertian filsafat Islam
Untuk memahami lebih dalam sejarah lahirnya filsafat Islam
Untuk memahami lebih dalam tokoh-tokoh filsafat Islam


D. Manfaat
Supaya kami semua dan para pembaca memahami ilmu-ilmu yang berhubungan dengan filsafat ilmu khususnya mengenai rancang bangun filsafat ilmu dalam filsafat Islam serta mampu mengenal dan menjelaskan tentang aspek mengenai kasus tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Islam

Filsafat mempunyai definisi yang beragam, karena ia mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Walaupun memiliki definisi yang beragam, sebenarnya ada aspek pokok yang sama dari semua definisi yang ada, yaitu pada pokok yang sama dari semua definisi yang ada, yaitu pada pokok pembicaranya. Pokok pembicaraan filsafat mencakup tiga hal, yaitu Tuhan, manusia, dan alam. Dengan demikian, jika dikatakan filsafat Islam maka sebetulnya adalah pemikiran rasional, kritis, sistematis, dan radikal tentang seluruh ajaran Islam mengenai Tuhan, manusia, dan alam.
Meskipun diadaptasi dari nilai-bilai budaya barat atau Yunani, ilmu filsafat Islam tetap memiliki kaidah tersendiri. Hal yang biasanya dipikirkan atau dibahas dalam filsafat Islam adalah mengenai ketauhidan atau ketuhanan, kerasulan, kitab, hubungan manusia dan sesamanya, lingkungan dan  juga mencakup ilmu tasawuf atau kebatinan.


B. Sejarah Filsafat Islam
Telah disebutkan sebelumnya bahwa ilmu filsafat Islam berkembang dari adaptasi ilmu filsafat bangsa Yunani yang berasal dari benua Eropa. Timbulnya ilmu filsafat Islam juga tidak jauh berkaitan dengan perkembangan Islam di Eropa tersebut.


Awal Mula Perkembangan Filsafat
Sejarah filsafat Islam dimulai ketika Raja Iskandar Zulkarnain melakukan ekspansi militer ke beberapa Negara dibenua Eropa dan Afrika dan termasuk menguasai kota Iskandariah di Mesir. Dikota tersebut yakni sekitar abad ke 3 Masehi, Raja Ptolemaeus di Mesir membangun Universitas Iskandaria dan dari situlah para ilmuwan barat memperkenalkan ilmu filsafat termasuk diantaranya para cendekiawan atau pemikir dari Yunani. Selanjutnya budaya bangsa Yunani tersebut mulai mengalami berpaduan dengan budaya baru bangsa Arab dan kemudian dikenal ilmu filsafat dalam Islam.

Perkembangan Filsafat Dikota Harran
Selain kota Iskandariyah, pengaruh budaya falsafah bangsa barat juga berkembang dikota Harran yang terletak disebelah utara negeri Syiria atau yang saat itu dikenal dengan sebutan Syam. Kota Harran tersebut kemudian jatuh ketangan bangsa Arab dan selanjutnya menjadi lebih terbuka dengan falsafah dan kebudayaan bangsa barat khususnya bangsa Yunani. Ilmu pengetahuan dan falsafah saat itu kemudian banyak diterjemahkan kedalam bahasa Arab sehingga bangsa Arab dapat dengan mudah mempelajarinya.

Perkembangan Filsafat Di Baghdad
Baghdad, ibukota Negara Iraq juga merupakan salah satu pusat perkembangan ilmu filsafat pada jaman dahulu. Setelah Baghdad mengalami perkembangan pesat, pusat studi ilmu dan filsafat berpindah dari Harran ke Baghdad dan selanjutnya para ahli yang menguasai filsafat juga turut berpindah ke kota tersebut.
Kemajuan pesat ilmu filsafat saat itu memang didukung oleh para guru dan penterjemah sehingga tidak hanya kota dan kebudayaannya saja yang berkembang, dizaman itu juga lahirlah sosok pemikir Islam yakni Al Farabi dan Al Kindi.
Saling mengklaim antar ilmuwan Barat dan Islam menjadi lembaran panjang dalam perjalanan filsafat, misalnya Oliver Leaman yang berpendapat bahwa “filsafat Yunani sebenarnya pertama kali diperkenalkan kepada dunia lewat karya-karya terjemahan berbahasa Arab, lalu kedalam bahasa Yahudi, dan baru kemudian kedalam bahasa Latin atau langsung dari bahasa Arab ke bahasa Latin”.
Sedangkan Al-Farabi yang berpendapat bahwa “filsafat berasal dari Irak terus Mesir dan ke Yunani, kemudian diteruskan ke Syiria dan sampai ketangan orang-orang Arab.”
Sesudah abad ke-3 SM (sesudah masa Plato dan Aristoteles) tidak muncul pemikiran yang benar-benar baru dalam filsafat Yunani, sampai akhirnya tampil kaum Neo Platonis pada kurun abad ke-3 M.
Jika membuka ulang sejarah peradaban dunia, masa setelah Aristoteles adalah masa kejayaan Alexander Agung (Raja Iskandar Zulkarnain), kaisar Romawi yang pernah menjadi murid Aristoteles. Alexander menaklukan Asia kecil, Syiria, Mesir, Babilonia, Persia, Samarkand, dan Punjab. Tiap kali berhasil memenangkan ekspansi militer, Alexander mendirikan kota-kota yang bercita rasa Yunani. Namun ketika kekuasaannya semakin meluas, Alexander terpaksa menganjurkan pembaruan antara budaya Yunani dan budaya bangsa jajahan. Inilah Hellenisme, yaitu suatu peristiwa menyatunya kebudayaan Yunani disegala bangsa jajahan Romawi.
Setelah Alexander meninggal, kerajaannya yang besar itu terbagi tiga: Macedonia di eropa, kerajaan Ptolemaeus di mesir, dan kerajaan Seleucid di asia. Ptolemaeus dan seleucus berusaha meneruskan politk alexander untuk menyatukan peradaban yunani dan iran namun usaha itu tak berhasil, kebudayaan dan peradaban yunani meninggalkan bekas besar di daerah-daerah ini. Bahasa administrasi yang di pakai di sana ialah bahasa yunani. Di mesir dan syiria bahasa ini tetap di pakai sesudah mauknya Islam kedalam dua daerah itu dan hanya baru ditukar dengan bahasa arab di abad ke 7 M oleh khalifah bani umayah Malik Ibnu Marwan (685-705M) khalifah ke 5 dari bani umayah. Alexanderia, Antiocah, dan Bactra kemudian menjadi pusat ilmu pengetahuan dan filsafat yunani.
Harun al-Rasyid menjadi khalifah ditahun 786 M, dan sebelumnya ia belajar di Persia dibawah asuhan Yahya ibnu Khalid ibnu Barmak dan dengan demikian banyak dipengaruhi oleh kegemaran keluarga barmak pada ilmu pengetahuan dan falsafat. Keluarga Barmak dikenal sebagai keluarga yang gemar pada ilmu pengetahuan serta falsafat dan condong pada paham Muktazilah. Dibawah pemerintahan Harun al-rasyid, penerjemahan buku-buku ilmu pengertahuan Yunani kedalam bahasa Arab pun dimulai. Pada mulanya yang dipentingkan ialah buku-buku mengenai kedokteran, tetapi kemudian juga mengenai ilmu pengetahuan lain dan falsafat. Buku-buku itu diterjemahkan terlebih dahulu kedalam bahasa siria, bahasa ilmu pengetahuan di Mesopotamia di waktu itu, kemudian baru kedalam bahasa Arab.
Dengan kegiatan penerjemahan inilah sebagian besar dari karangan-karangan Aristoteles, Plato, Galen, serta karangan-karangan mengenai neoplatonisme dan ilmu kedokteran dan juga karangan-karangan mengenai ilmu pengetahuan Yunani lainnya dapatlah dibaca oleh alim ulama Islam. Karangan-karangan tentang filsafat banyak menarik perhatian kaum Muktazilah, sehingga banyak dipengaruhi oleh pemujaan daya akal yang terdapat dalam filsafat yunani. Abu al-Huzail al-Allaf, Ibrahim al-Nazzam, Bisr ibnu al-Mu’tamir dan lain-lain banyak membaca buku-buku falsafat. Dalam pembahasan mereka mengenai teologi Islam, daya akal atau logika yang mereka jumpai dalam filsafat Yunani banyak mereka pakai. Tidak mengherankan kalau teologi kaum Muktazilah mempunyai corak rasional dan liberal.

Tokoh-tokoh filsafat Islam

Tidak lama kemudian timbullah dikalangan umat Islam sendiri filosof-filosof dan ahli-ahli ilmu pengetahuan, seperti:
a.      Al-Kindi (801-866).
b.      Al-Razi (864-926).
c.      Al-Farabi (870-950).
d.      Ibn Sina (980-1037).
e.      Ibn Maskawaih (W. 1030).
f.      Al-Ghazali (1058-1111).
g.      Ibn Bajjah (w. 1138).
h.      Ibn Tufail (1110-1185).
i.       Ibn Rasyd (1126-1198).

Dalam ilmu pengetahuan dikenal beberapa ahli seperti :
1.      Abu Abbas al-Syarkasyi pada abad ke 9 M dibidang kedokteran.
2.      Muhammad, Ahmad dan Hasan dibidang Matematika.
3.      Al-Asma (740-828 M) dibidang Ilmu alam.
4.      Jabir dibidang Kimia.
5.      Al-Biruni dibidang Astronomi, sejarah, geografi dan Matematika.
6.      Ibnu Haitam dibidang Optika.

Al-Kindi
Al-Kindi atau  Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Ash-Shabah bin Imran bin Ismail bin Al-Asy’ats bin Qays Al-Kindi  dikenal sebagai sosok muslim pertama yang memunculkan gagasan tentang filsafat dan ia jugalah yang berpendapat bahwa ajaran agama Islam sebenarnya tidak berbeda jauh dengan ilmu filsafat atau falsafah sehingga keduanya bukanlah dua hal yang bertentangan. Tidak hanya cerdas sebagai filsuf atau pemikir Islam yang diakui oleh bangsa barat, Al kindi juga menghasilkan banyak karya dalam bidang ilmu pengetahuan lainnya seperti aritmatika dan musik


2. Al-Farabi

Al Farabi atau  Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi‘ adalah seorang tokoh ilmuwan sekaligus filsuf muslim yang  berusaha memadukan beberapa aliran filsafat antara lain aliran falsafah al taufiqhiyah yang berkembang sebelumnya dari hasil pe mikiran filsuf Yunani seperti Plato, Aristoteles, Plotinus.
Al farabi juga berpandapat bahwa pada hakikatnya filsafat itu mmeiliki satu tujuan yakni untuk mencari kebenaran dari suatu hal.

3. Ibnu Rusyd

Abu Walid Muhammad bin Rusyd atau yang dikenal dengan nama ibnu rusyid adalah salah satu tokoh ilmuwan muslim yang cukup dikenal. Ia juga merupakan salah seorang filsuf yang dikenal dnegan aliran rasionalnya. Sebagai seorang filsuf dan pemikir, Ibnu Rusyid menjunjung tinggi akal dan peranananya dalam kehidupan. Ibnu rusyid juga berpendapat bahwa akal fikiran bekerja dengan didasari oleh pengertian umum atau maj’ani kulliyah dandidalamnya tercakup hal-hal yang bersifat partial atau disebut juz’iyah.

4. Ibnu Sina

ibnu sina yang terkenal sebagai ilmuwan dalam bidnag kedokteran juga dikenal sebagai seorang sosok filsuf muslim. Ia berpendapat bahwa semua intelenji atau akal berasal dari Tuhan dan segala hal yang menyangkut dasar semua ilmu juga berasal dari Tuhan. Ibnu sina jugalah yang menyatakan bahwa esensi berada dalam akal dan  wujud  berada diluarakal. Ia juga banyak membahas mengenai    metafisika dan  filsafah tentang jiwa.

5. Al-Ghazali

Muhammad bin Ahmad, Al-Imamul Jalil, Abu Hamid Ath Thusi Al-Ghazali atau yang lebih dikenal sebagai Al Ghazali adalah salah seorang filsuf ternama yang berasal dari daerah Thusi yang merupakan bagian dari Negara Persia. Al ghazali banyak menghasilkan karya dibidang filsafat dan ia pada mulanya berpendapat bahwa ilmu pengetahuan sebenarnya tidak bisa ditangkan dengan menggunakan panca indera manusia. Al ghazali lebih cenderung percaya terhadap akal daripada kelima panca indera. Dizamannya, ia pernah menjadi guru besar di Nidzamiyah, Baghdad selama empat tahun.beberapa kitab karangan Al ghazali yang terkenal antara lain  Ihya Ulum Ad-Din,  Tahafut al-Falasifah dan Al-Munqidz min adh-Dhalal.











BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Lahir dan berkembangnya pemikiran filosofis dalam Islam merupakan sebuah realitas historis yang niscaya karena adanya interaksi yang terbangun antar bangsa Arab Muslim dengan daerah-daerah yang ditaklukan (bangsa non-Muslim), yakni bangsa Persia, India dan terutama sekali adalah bangsa Yunani, sehingga filsafat Islam dikatakan banyak mengandung unsur Hellenisme. Hasil dari proses interaksi itulah kemudian melahirkan semangat intelektual untuk melakukan penerjemahan terhadap berbagai karya-karya; baik Yunani, Persia, maupun India kedalam bahasa Arab. Gerakan penerjemahan berkembang pesat karena mendapat dukungan penguasa (khalifah). Dari hasil penerjemahan tersebut, lahirlah pemikiran-pemikiran filosofis dalam Islam. Dalam pengembangan selanjutnya pemikiran-pemikiran para filosof non-Muslim itu dikembangkan sesuai dengan akidah dan ajaran-ajaran Islam, agar tidak bertentangan.

B.     Saran
Dengan berakhirnya makalah yang kami buat ini, kami menyadari bahwa dalam pnulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi para pemakalah. Sebagai seorang mahasiswa yang peka akan perkembangan peradaban yang semakin modern dan serba canggih, dalam berfikir tidaklah hanya melihatnya dengan satu sisi akan tetapi melihat dari segi atau sisi yang lain dimana terdapat pandangan yang berbeda dalam berfikir.







DAFTAR PUSTAKA
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2010
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam filosof dan filsafatnya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010
Hasan Basri & Zaenal Mufti, Filsafat Islam sejak Klasik hingga Modern, C.V. Insan Mandiri, Bandung, 2008
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1989

Ayat Al-Qur`an dan Hadits

Makalah Filsafat Ilmu Aristoteles

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Untuk zaman sekarang ini, banyak orang yang tidak mengenal tokoh-tokoh filosof yang dikarenakan mereka sungkan dan enggan mengetahui dan mempelajari ilmu filsafat. Namun untuk tokoh filosof “Aristoteles”, telinga kita tidak asing lagi mendengar namanya yang mana dia adalah seorang filosof yang sangat terkenal. Karena tokoh filosof ini mampu menorehkan sejarah yang berharga dengan pengaruhnya yang sangat besar terhadap perkembangan pemikiran filosofis, yang mana beliau terkenal sebagai Bapak “Logika”.
Yang hingga sampai abad ke-21 sekarang ini, tak seorangpun merasa bosan dengan filsafat Aristoteles, bahkan menjadikannya sebagai landasan filosofis dalam berfikir. Pandangannya lebih realis dari pada pandangan plato, yang didasari pada abstrak. Karena pendekatan yang dilakukan oleh Aristoteles adalah pendekatan Empiris. Itulah sebabnya ia begitu mementingkan penelitian didalam dan mendukung pengembangan ilmu-ilmu khusus.
Paham nominalis berpendapat bahwa objek persepsi indrawi dan pengertian sebenarnya dalam kenyataan tidak ada. Objek persepsi itu hanya nama saja, tetapi tidak sungguh-sungguh ada. Kaum idealis berpendapat bahwa objek itu hanya ada dalam budi. Orang materialis berpendirian bahwa yang ada hanyalah benda materi. Diluar benda materi tidak ada kenyataan lain. Berdampingan dengan nominalisme, idealisme, dan materialisme adalah realisme.
Sebagai aliran filsafat, realisme berpendirian bahwa yang ada ditangkap pancaindra dan yang konsepnya ada dalam budi itu memang nyata ada. Batu yang tersandung dijalan yang baru dialami memang ada. Bunga mawar yang bau harumnya merangsang hidung sungguh-sungguh nyata ada bertengger pada ranting pohonya di ranting bunga. Oleh karena itu, saya akan menyusun sebuah makalah yang membahas tentang realisme aristoteles.
2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dibuatnya makalah ini adalah:
Apa pengertian Filsafat?
Siapa Aristoteles?

Bagaimana paham realisme menurut Aristoteles?
3. Tujuan Tujuan dibuatnya makalah ini adalah:
Untuk mengetahui pengertian filsafat.
Untuk mengetahui siapa Aristoteles.
Untuk mengetahui paham Realisme menurut Aristoteles
BAB II
PEMBAHASAN

1 Pengertian Filsafat
Filsafat adalah pencarian kebenaran melalui alur berpikir yang sistematis, artinya perbincangan mengenai segala sesuatu dilakukan secara teratur mengikuti sistem yang berlaku sehingga tahapan-tahapannya mudah diikuti. Berfikir sistematis tentu tidak loncat-loncat, melainkan mengikuti aturan main yang benar. Arti Etimologi Kata Filsafat berasal dari kata yunani Filosofia, yang berasal dari kata kerja Filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan.
Kata tersebut juga berasal dari kata yunani “Philosophis” yang berasal dari kata kerja “Philein” yang berarti mancintai, atau “Philia” yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata inggris Philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”. Terminologis Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bervariasi. Juhaya S. Pradja (200:2) mengatakan bahwa arti yang sangat formal dari filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi.
Suatu sikap falsafi yang benar adalah sikap yang kritis dan mencari. Sikap itu merupakan sikap toleran dan terbuka dalam melihat persoalan dengan berbagai sudut pandang dan tanpa prasangka. Bersifat tidak hanya berarti membaca dan mengetahui filsafat. Seseorang memerlukan kebolehan berargumentasi, memakai teknik analisis, serta mengetahui sejumlah bahan pengetahuan sehingga ia memikirkan dan merasakan secara falsafi. Filsafat mengantarkan semua yang mempelajarinya ke dalam refleksi pemikiran yang mendalam dan penuh dengan hikmah.
Dengan pengertian-pengertian filsafat diatas, dapat dipahami bahwa filsafat merupakan pengetahuan tentang cara berfikir kritis; pengetahuan tentang kritik yang radikal, artinya sampai ke akar-akarnya, sampai pada konsekuansinya yang terakhir. Radiks artinya akar yang juga disebut rche sebagai ciri khas filosofis. Radikal adalah asumsi yang tidak hanya dibicarakan tetapi dugunakan. Filsafat adalah pengetahuan tentang berfikir kritis sistematis; pengetahuan tentang pemahaman universal terhadap semua persoalan; dan pengetahuan tentang kebenaran perfikir yang tanpa batas dan masalah yang tidak pernah tuntas.


2.2 Aristoteles
Aristoteles Ia dilahirkan di Stageira, Yunani Utara pada tahun 384 SM. Ayahnya seorang dokter pribadi di raja Macedonia Amyntas. Karena hidupnya di lingkungan istana, ia mewarisi keahlian dalam pengetahuan empiris dari ayahnya. Pada usia 17 tahun ia dikirim ke Athena untuk belajar di Academia Plato selama kira-kira 20 tahun hingga Plato meninggal. Beberapa lama ia menjadi pengajar di Akademia Plato Untuk mengajar logika dan retorika.
Setelah plato meninggal dunia, Aristoteles bersama rekannya Xenokrates meninggalkan Athena karena ia tidak setuju dengan pendapat pengganti Plato di akademia tentang filsafat. Ia dan rekannya pergi ke Assos, tiba di Assos, Aristoteles dan rekannya mengajar di sekolah Assos. Di sini Aristoteles menikah dengan Pythias. Di Assos dan Mytilene, Aristoteles mengadakan riset dalam bidang biologi dan zoologi dan dapat menerbitkan satu buku yang bernama “Historia Animalum”.
Pada tahun 342 SM, Aristoteles mendapat kepercayaan dari Raja Phylippos Makedonia untuk menanggung pendidikan anaknya Alexander. Aristoteles berusaha melatih moral dan intelektual Alexander, yang nantinya akan menerima warisan tahta sebagai Alexander Agung. Dengan cara ini secara tidak langsung akan memperluas paham dan cita-cita Aristoteles dalam mencerdaskan manusia dan membentuk negara kota sebagai pusat kehidupan. Setelah kembali ke Athena dengan bantuan dari raja Alexander, Aristoteles mendirikan sekolah yang dinamai Lykeion dan sekaligus membentuk perpustakaan yang mengumpulkan macam-macam manuskrip dan peta bumi. Menurut keterangan Strabo (sejarahwan Yunani-Romawi) bahwa perpustakaan itu merupakan perpustakaan pertama dalam sejarah manusia.
Selanjutnya Aristoteles juga membuka satu museum yang mengumpulkan benda-benda yang cukup menarik perhatian khalayak terutama dalam bidang biologi dan zoologi. Salah satu pengayaan ilmiyah yang diusahakan dalam bidang tersebut dibantu oleh Alexander yang memberi bantuan besar dengan memerintahkan semua pemburu, penangkap unggas, nelayan dalam kerajaannya agar membuat koleksi dan melaporkan kepada Aristoteles semua hasil yang diperoleh.
Pada tahun 323 SM Alexander Agung meninggal dunia. Hal ini menyebabkan suatu gerakan Anti Macedonia oleh kota-kota yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Macedonia, dan salah satunya adalah Athena. Karena kedekatan Aristoteles dengan Raja Alexander Agung, maka ia dituduh durhaka.
Dengan adanya gejolak ini, Aristoteles terpaksa meninggalkan Athena dan menyerahkan Sekolah Lykeion kepada muridnya Theopratos. Selanjutnya Aristoteles melarikan diri ke Khalkis, tempat asal ibunya. Ia tinggal di situ sampai akhirnya jatuh sakit dan meninggal pada usia 62 tahun.
Aristoteles, murid dan juga teman serta guru Plato, adalah orang yang mendapat pendidikan yang baik sebelum menjadi filosof. Keluarganya adalah orang- orang yang tertarik pada ilmu kedokteran. Sifat berpikir saintifik ini pengaruhnya pada Aristoteles. Oleh karena itu, kita menyaksikan filsafat Aristoteles berbeda warnanya dengan filsafat Plato. Sistematis, amat dipengaruhi oleh metode empiris.
Paham Realisme Aristoteles Istilah realisme berasal dari kata latin realis yang berarti “sungguh-sungguh, nyata benar.” Sepanjang sejarah, realisme telah memiliki tema umum yang disebut prinsip atau tesis kemerdekaan. Tema ini menyatakan bahwa realitas, pengetahuan dan nilai yang ada secara independen dari pikiran manusia. Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa obyek indera kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita.
Bagi kelompok realis, alam itu, dan satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah: menjalin hubungan yang baik dengannya. Kelompok realis berusaha untuk melakukan hal ini, bukan untuk menafsirkannya menurut keinginan atau kepercayaan yang belum dicoba kebenarannya. Seorang realis bangsa Inggris, John Macmurray mengatakan: “Kita tidak bisa melepaskan diri dari fakta bahwa terdapat perbedaan antara benda dan ide”. Bagi common sense biasa, ide adalah ide tentang sesuatu benda, suatu fikiran dalam akal kita yang menunjuk suatu benda.
Dalam hal ini benda adalah realitas dan ide adalah “bagaimana benda itu nampak pada kita”. Oleh karena itu, maka fikiran kita harus menyesuaikan diri dengan benda-benda , jika mau menjadi benar, yakni jika kita ingin agar ide kita menjadi benar, jika ide kita cocok dengan bendanya, maka ide itu salah dan tidak berfaedah. Benda tidak menyesuaikan dengan ide kita tentang benda tersebut. Kita harus mengganti ide-ide kita dan terus selalu menggantinya sampai kita mendapatkan ide yang benar.
Cara berpikir common sense semacam itu adalah cara yang realis; cara tersebut adalah realis karena ia menjadikan “benda” adalah bukan “ide” sebagai ukuran kebenaran, pusat arti. Realisme menjadikan benda itu dari real dan ide itu penampakkan benda yang benar atau yang keliru. Realisme menegaskan bahwa sikap Common Sense yang diterima orang secara luas adalah benar. Artinya, bahwa bidang aam atau obyek fisik itu ada, tak bersandar kepada kita, dan bahwa pengalaman kita tidak mengubah watak benda yang kita rasakan.
Kecenderungan berfikir saintifik tampak dari pandangan-pandangan filsafatnya yang sistematis dan banyak menggunakan metode empiris. Jika dibandingkan dengan Plato yang pandangan filsafatnya bersifat abstrak dan idealisme, maka orientasi yang di kemukakan Aristoteles lebih pada hal-hal yang kongkret (empiris). Berbeda dengan Plato tentang persoalan kontradiktif antara tetap dan menjadi, ia menerima yang berubah dan menjadi, yang bermacam-macam bentuknya, yang semua itu berada di dunia pengalaman sebagai realitas yang sesungguhnya.
Itulah sebabnya filsafat Aristoteles disebut sebagai realisme. Meskipun 20 tahun menjadi Plato, Aristoteles menolak ajaran Plato tentang dunia ide. Menurutnya tidak ada ide-ide yang abadi. Pemahaman Plato tidak lain adalah bentuk abstrak yang tertanam dalam realitas inderawi. Menurut Aristoteles, ajaran Plato tentang ide-ide merupakan interpretasi salah terhadap kenyataan bahwa manusia dapat membentuk konsep-konsep universal tentang hal-hal yang empiris. Untuk menjelaskan kemampuan itu tidak perlu menerima alam ide-ide abadi.
Aristoteles menjelaskannya dengan kemampuan akal budi manusia untuk membuat abstraksi, untuk mengangkat bentuk-bentuk universal dari realitas empiris individual. Tidak hanya itu, Aristoteles juga menolak paham Plato tentang ide yang baik dan bahwa hidup yang baik tercapai dengan kontemplasi atau penyatuan dengan ide yang baik tersebut. Ia beranggapan bahwa paham yang baik itu sedikitpun tidak membantu seseorang untuk mengetahui bagaimana ia harus bekerja dengan baik. Apa yang membuat hidup manusia bermutu harus dicari dengan bertolak dari realitas manusia sendiri. Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide (atau bentuk) bisa ada tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk.
Aristoteles menyatakan bahwa setiap bagian materi memiliki sifat universal dan khusus. Sebagai contoh, semua orang berbeda dalam sifat-sifat mereka. Kita semua memiliki berbagai bentuk dan ukuran dan tidak ada dua yang sama. Kami melakukan semua berbagi sesuatu yang universal yang disebut “kemanusiaan.”Kualitas universal ini tentunya nyata karena itu ada secara mandiri dan terlepas dari satu orang. Aristoteles menyebut kualitas bentuk universal (gagasan atau esensi), yang merupakan aspek nonmaterial dari setiap objek materi tunggal yang berhubungan dengan semua benda lain dari grup tersebut.
Pada Aristoteles kita menyaksikan bahwa pemikiran filsafat lebih maju, dasar- dasar sains diletakkan. Tuhan dicapai dengan akal, tetapi ia percaya pada Tuhan. Jasanya dalam menolong Plato dan Socrates memerangi orang sofis ialah karena bukunya yang menjelaskan palsunya logika yang digunakan oleh tokoh-tokoh sofisme. Aristoteles terkenal sebagai Bapak “Logika”.
Itu tidak berarti bahwa sebelum dia, tidak ada logika. Tiap uraian ilmiah berdasarkan logika. Logika tidak lain dari berfikir secara teratur menurut urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab dan akibat. Semua ilmuan dari filosifi sebelum Aristoteles mempergunakan logika sebaik-baiknya. Pada dasarnya, berfikir adalah mempertalikan isi pikiran dalam hubungan yang tepat. Akan tetapi, Aristoteleslah yang pertama kali membentangkan cara berfikir yang teratur dari suatu sistem.
Pada pendapat Aristoteles juga membagi logika dalam tiga bagian, yaitu mempertimbangkan, menarik kesimpulan, dan membuktikan atau menerangkan. Uraian tersebut berpegangan pada filsafat socrates yang menyatakan bahwa buah pikiran itu adalah gambaran dari keadaan yang objektif. Menurut aristoteles, realitas yang objektif tidak tertangkap dengan dengan pengertian, tetapi bertepatan dengan dasar-dasar metafisika dan logika yang tinggi.
Dasar tersebut dibagi menjadi tiga. Pertama, semua yang benar harus sesuai dengan adanya sendiri. Tidak mungkin ada kebenaran kalau di dalamnya ada pertentangan, hal ini terkenal dengan hukum identika. Kedua, dari dua pertanyaan tentang sesuatu, jika satu membenarkan dan yang lain menyalahkan, hanya satu yang benar. Hukum ini disebut juga penyangkalan (kontradikta).
Menurut aristoteles yang paling penting dari segala prinsip. Ketiga, antara dua pernyataan yang bertentangan mengiyakan dan meniadakan, tidak mungkin ada pernyataan yang ketiga. Dasar ini disebut hukum penyikiran yang ketiga. Pada hal ini Aristoteles berpendapat bahwa ketiga hukum itu tidak saja berlaku bagi jalan pikiran, tetapi juga seluruh alam takluk kepadanya. Hal ini menunjukan bahwa membandingkan dan menarik kesimpulan harus mengutamakan yang umum.
Jenis-Jenis Realisme. Realisme adalah suatu istilah yang meliputi bermacam-macam aliran filsafat yang mempunyai dasar-dasar yang sama. Sedikitnya ada tiga aliran dalam realisme modern. Pertama, kecenderungan kepada materialisme dalam bentuknya yang modern. Sebagai contoh, materialisme mekanik adalah realisme tetapi juga materialisme. Kedua, kecenderungan terhadap idealisme. Dasar eksistensi mungkin dianggap sebagai akal atau jiwa yang merupakan. keseluruhan organik. Realisme mengemukakan bahwa bentuk realisme semacam itu, yakni suatu bentuk yang sulit dibedakan dari beberapa jenis realisme obyektif. Ketiga, terdapat kelompok realis yang menganggap bahwa realitas itu pluralistik dan terdiri atas bermacam-macam jenis, jiwa dan materi hanya merupakan dua dari beberapa jenis lainnya.
Apa yang kadang-kadang dinamakan realisme Platonik atau konseptual atau klasik adalah lebih dekat kepada idealisme modern daripada realisme modern. Aristoteles adalah lebih realis, dalam arti modern, dari pada gurunya, Plato. Aristoteles merupakan seorang filosuf pertama. Ia menciptakan cabang pengetahuan itu dengan menganalisis problem-problem tertentu yang timbul dalam hubungannya dengan penjelasan ilmiah. Ajaran Pokok Realisme
a) Kita hidup dalam sebuah dunia yang di dalamnya terdapat banyak hal : manusia, hewan, tumbuhan, benda, dan sebagainya yang eksistensinya benar- benar nyata dan ada dalam dirinya sendiri.
b) Objek-objek kenyataan itu berada tanpa memandang harapan dan keinginan manusia.
c) Manusia dapat menggunakan nalarnya untuk mengetahui tentang obyek ini.
d) Pengetahuan yang diperoleh tentang obyek hukumnya dan hubungannya satu sama lain adalah petunjuk yang paling diandalakan untuk tindakan tindakan manusia.
Proses awal mengetahui adalah dengan sensasi. Sensasi adalah tanggapan indera manusia ketika menangkap objek-objek yang ada. Hasilnya adalah pengalaman indrawi atau data sensori. Kemudian akal atau pikiran menyortir, merangkai, mengklasifikasi, mengabstraksikan hasil tangkapan indera tersebut. Proses abstraksi diartikan sebagai bekerjanya akal pikiran untuk mencari unsur-unsur umum segala obyek yang harus ada dan selalu ditemukan dalam suatu objek. Dan unsur-unsur lain yang bersifat kontingen.
Proses abstraksi ini sangat penting bagi subjek yang ingin mendapatkan pengetahuan yang hakiki tentang objek tertentu. Sebagai contoh, kita melihat segala jenis kuda, ada kuda zebra, kuda australia, kuda sumbawa, kuda poni dan sebagainya. Walaupun kuda poni lebih kecil dibandingkan kuda lainnya tetapi kita tahu bahwa kuda poni termasuk jenis kuda. Sebaliknya, walaupun kita tahu bahwa sapi itu besarnya sama dengan kuda tapi kita tahu bahwa sapi tidak termasuk golongan kuda. Hal ini disebabkan kita mengabstraksikan berbagai hewan yang dilihat yang mempunyai unsur-unsur umum yang dapat digolongkan ke dalam jenis hewan bernama kuda.
Jadi sebenarnya dalam proses abstraksi itu seseorang menangkap bentuk umum suatu objek, sedangkan sensasi menghadirkan materi sebuah obyek. Bagi kaum realis, mengetahui adalah dua buah sisi proses yang melibatkan sensasi dan abstraksi. Proses ini sesuai dengan konsep realis tentang alam raya yang dualistic, tersusun atas materi dan struktur (komponen dan forma). Bila sensasi diperkenalkan dengan obyek dan memberi kita informasi tentang aspek material dari obyek ini dan kemudian data masuk ke dalam pikiran kita seperti data yang masuk kedalam program computer. Sekali masuk kedalam pikiran data sensori ini dipilih-pilih dan digolongkan dan didaftar.
Melalui sesuatu proses asbtraksi, akal sehat merangkai data dalam dua kategori besar, yang satu sebagai sesuatu yang harus ada yang selalu ditemukan dalam sebuah objek dan yang lainnya bersifat kontingen atau kadang-kadang ditemukan dalam sebuah objek. Yang selalu hadir itulah yang harus ada atau esensial bagi objek, disebut juga bentuk atau struktur. Bentuk adalah objek tepat dari abstraksi.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide (atau bentuk) bisa ada tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk. Aristoteles menyatakan bahwa setiap bagian materi memiliki sifat universal dan khusus. Pandangan Aristoteles terbukti lebih realis dari pada gurunya, yaitu plato. Dimana ia lebih mendasarkan pada hal-hal yang konkret. ia bermula dengan mengumpulkan fakta-fakta yang kemudian fakta-fakta itu disusun menurut ragam dan jenis atau sifatnya dalam suatu sistem.
Aristoteles juga terkenal sebagai bapak Logika, dimana logika tidak lain dari berfikir secara teratur menurut urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab dan akibat. Yang Pada dasarnya, berfikir adalah mempertalikan isi pikiran dalam hubungan yang tepat. Akan tetapi, Aristoteleslah yang pertama kali membentangkan cara berfikir yang teratur dari suatu sistem.
Realism mengemukakan bahwa bentuk realisme semacam itu, yakni suatu bentuk yang sulit dibedakan dari beberapa jenis realisme obyektif. Ketiga, terdapat kelompok realis yang menganggap bahwa realitas itu pluralistik dan terdiri atas bermacam-macam jenis; jiwa dan materi hanya merupakan dua dari beberapa jenis lainnya. Apa yang kadang-kadang dinamakan realisme Platonik atau konseptual atau klasik adalah lebih dekat kepada idealisme modern daripada realisme modern.


2. Saran
Dari uraian diatas maka penulis menyadari bahwa banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu pemakalah mohon kritikan dan saran yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan makalah ini

DAFTAR PUSTAKA

Nurnaningsih. 2012. Periodesasi Ketokohan Filsafat. Makassar: Alauddin Univ Press
Abd. Talib, Abdullah. 2013. Pengantar Filsafat. Makassar: Alauddin Univ Press
Russel, Betrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Abdul Hakim, Atang. 2008. Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia.
 https://www.academia.edu/12097647/Filsafat_Umum_Realisme_Aristoteles
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia). hlm. 15
Asmoro, Achmadi. 2014. Filsafat umum, (Jakarta: Rajawali).hlm.1
Saebani, Ahmad. 2008. Filsafat Umum. hlm.16
Tafsir, Ahmad. 2010. Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Jakarta: (PT Remaja Rosdakarya). hlm.59-60.

Makalah Filsafat Ilmu Idealisme Plato

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelahiran pemkiran filsafat barat diawali pada abad ke-6 sebelum masehi yang ditandai oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam. Manusia pada waktu melalui mite-mite mencari keterangan tentan asal-usul alam semesta dan tentang kejadian yang berlangsun didalamnya. Ada dua bentuk mite yang berkembang pada waktu itu, yaitu mite kosmogonis, yang mencari tentang asal-usul alam semesta dan mite kosmologis, berusaha mencari ketarangan tentang asal-usul serta sifat kejadian alam semesta. Mitologi Yunani meskipun memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang alam semesta, sayangnya jawaban tersebut diberikan dalam bentuk mite yang lolos dari kontrol akal. Cara berfikir ini berlangsung sampai abad ke-6 sebelum masehi. Sedangkan sejak abad ke-6 sebelum masehe orang mulai mencari jawaban mengenai asal-usul dan kejadian alam semesta.
Ciri yang menonjol dari filsafat Yunani Kuno di awal kelahiranya adalah ditunjukkannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtisar guna menemukan sesuatu asal mula (arche) yang merupakan unsur awwal terjadinya segala gejala. Thales (640-550 SM) menyimpulkan bahwa air merupakan arche( asal mula) dari segala sesuatu, pendapatnya ini didukung oleh kenyataan bahwa air meresapi seluruh benda-benda dijagad raya ini. Kemudian Anaximander (588-524 SM) mengatakan bahwa asal mula segala sesuatu itu adalah udara, kenyakinannya ini didukung oleh kenyataan bahwa udara merupakan usul vital kehidupan. Pythagoras (580-500 SM) mengatakan bahwa asas segala sesuatu dapat diterangkan atas dasar bilangan-bilangan, ia terkenal karena dalil tentang segi tiga siku-siku yang dikemukakannya dan masih berlaku sampai saat ini. Diskusi kefilsafatan Pada zaman Yunani Kuno menjadi semakin semarak dengan tampilnya dua filosof (pemikir), yaitu Herakleitos (540-475 SM) dan Prademenides (540-475 SM).
Filsafat Yunani telah behasil mematahkan berbagai mitos tentng kejadian asal-usul dalam semesta, dan itu brarti dimulainya tahap rasionalisasi pemikiran manusia tentang alam semesta. Pada Jaman Yunani Kuno ini terdapat berbagai filsafat diantaranya Socrates, Plato dan Aritoletes.
Filsafat Yunani mencapai puncaknya pada murid Plato yang bernama Aritoletes. Ia mengatakan bahwa tugas utama ilmu pengetahuan ialah penyebab-penyebab objek yang diselidiki.

B. Justifikasi Masalah

Bagaimana sejarah Plato?
Apa saja sumber filsafat Plato?
Bagaiman Idealisme Plato?
Apa Ajaran idea Plato?
Apa itu perumpamaan Gua?














BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Plato
Plato dilahirkan di Atena pada tahun 427 SM dan meninggal disana pada tahun 347 SM, dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun temurun memegang peranan penting dalam politik Atena. Ia pun bercita-cita sejak mudanya untuk menjadi orang negara. Tetapi perkembangan politik di masanyan tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diingikannya itu.
Pelajaran yang diperoleh dimasa kecilnya, selain dari pelajaran umum, ia menggambar dan melukis di sambung dengan belajar bermain musik dan puisi. Sebelum dia didewas sudah pandai membuat karangan yang bersajak. Sebagaimana biasanya dengan anak orang baik-baik di masa itu Plato mendapat didikan dari guru-guru filosofi. Pelajaran filosofi mula-mula diperolehnya dari Kratylo. Kratylos dahulunya murid Heraklitos yang mengajarkan “ semuanya berlalu ” seperti air. Rupanya ajaran semacam itu tidak dianggap didalamk kalbu anak aristokrat yang terpengaruh oleh tradisi keluarganya.
Sejak berumur 20 tahun Plato mengikuti pelajaran Sokrates. Pelajaran itulah yang memiliki kepuasan baginya. Pengaruh Sokrates makin hari makin mendalam padanya, ia menjadi murid baru Sokrates yang setia sampai akhirnya hidupnya Sokrates tetap menjadi pujuannya. Dalam segala karangannya yang selalu berbentuk dialog, bersoal-jawab, Sokrates didudukannya sebagai pujangga yang menuntun. Dengan cara begitu ajaran Plato tergambar keluar melalui mulut Sokrates.
Plato memiliki keddukan yang istimewa sebagai seorang filosofis. Ia pandai menyatukan puisi dan ilmu, seni, dan filosofi. Pandangan yang dalam dan abstrak sekalipun dapat dilukisnya dengan gaya bahasa yang indah.


Hukuman yang ditimpakan itu dipandangnya suatu perbuatan yang zalim-meminum racun besar seekali yang berpengaruh pada hidup Plato.
Tidak lama kemudian Sokrates meninggal dunia (399 SM) menjadi awal pengembaraan Plato yang cukup lama. Segera sesudah ia meninggalkan Athena, ia berangkat ke Megara dan menetap di situ, dirumah sahabatnya yang bernama Euklides. Setelah beberap waktu disana Plato  melanjutkan pengembaraannya ke Kyrene, di sana ia belajar ilmu pasti dari Theodoros. Dari Kyrene Plao berangkat ke Mesir  dan untuk beberapa waktu mengembara di Afrika Utara, kemudian ia ke Italia Selatan, Sisilia, lalu kembali ke Athena.
Setelah kembali ke Athena, Plato mendirikan sekolah yang dinamakan AKADEMIA, karena berdekatan dengan kuil Akademos seorang pahlawan Athena. Ia memimpin sekolah tersebut selama 40 tahun. Ia memberikan pengajaran secara baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat,terutama bagi orang-orang yang akan menjadi politikus. Cara Plato mengajar ialah berjalan-jalan dikebun, juga dalam mengajar diterapkan system dialog.
Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah gagasannya mengenai ide. Meskipun begitu, bukan berarti yang lain tidak penting". Sebab gagasan ide berkait berkelindan dengan gagasan-gagasan Plato lainnya. Menurutnya, dunia fana ini tidak lain hanyalah refleksi atau bayangan dari pada dunia ideal. Di dunia Ideal semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai “kebijakan” dan “ kebenaran”. Salah satu perumpaan Plato yang termasyur adalah perumpamaan orang yang ada di Gua.
B. Sumber Filsafat Plato
Guru filsafat yang amat di kagumi, di hormati, dan dicintai Plato adalah Socrates. Bagi Plato, Soctres adalah guru sekaligus sahabat. Karena itu, hampir seluruh karya filsafat Plato menggunakan " metode sokratik", yaitu metode yang dikembangkan Socrates yang dikenal dengan nama metode dialektis.
Plato mengenal norma-norma kesusilaan menjadi norma dalam diri dan kehidupan manusia dan etika lewat filasafat, untuk mengetahui segala sesuatu dan menetapkan hakikat dari segala sesuatu itu. Plato secara individu tertarik pada lembaga politik. Secara tidak langsung warisannya pada filsafat ada tiga: tegaknya pengujian realitas, formulasi doktrin bahwa kebaikan adalah pengetahuan, dan ajarannya bahwa ada tahanan intelektyal dan moral yang bisa ditemukan manusia. Plato juga di pengaruhi oleh filsuf sebelumnya yang dikenal dengan filsuf pra Socrates. Selain itu filsafat Plati di pengaruhi oleh ajaran para sophis.

C. Idealisme Plato
Sebagai filsafat, idealisme ialah pandangan yang menganggap atau memandang ide itu primer dan materi adalah sekunder dengan kata lain menganggap materi berasal dari ide atau diciptakan oleh ide. Idealisme kuno ada sejak zaman Yunani mengacu pada pemikiran yang bernama Anthiphonn.
Kemudian, muncullah Plato, yang paling dikenal sebagai filsuf idealis dan bapak Idealisme kuno. Plato merupakan pemikir idealis pertama setelah yunani awalnya berangkat dari filsafat yang materialis, seperti Thales (600-550 SM), Heraclitus, dan Parmenides. Pembalikan dari filsafat materialisme menuju idealisme ini tak lepas dari upaya manusia untuk coba menggapai suatu kebenaran dari sisi yang” ideal”.

  Seluruh Filsfat Plato bertumpu pada ajarannya tentang ide. Plato percaya bahwa ide adalah realitas yang sebenarnya dari segala sesuatu yang dapat dikenal lewat panca indera. Pohon, bunga, mausia, dan hewan sebagainya akan mati dan berubah, teatapi ide pohon, bunga, manusia, dan hewan , tidak akan pernah berubah. Karena ide adalah realitas yang sebenarnya atau keberadaan ada yang ssesumgguhnya, maka bagi Plato ide bukankah sekedar gagasan atau gambaran yang hanya berada dalam pemikiran atau gambaran yang hanya berada didalam pemikiran manusia. Ide bukanlah sesuatu yang subjektif yang tercipta oleh daya fikir manusia dan oleh sebab itu keberadaan ide bergantung pada daya fikir manusia. Sebagai realitas  yang sebenarnya, bagi plato ide bersifat objektif. Keberadaan ide tidak bergatuntung pada daya fikir manusia. Ide itu mandiri, sempurna, abadi, dan tidak berubah-ubah.
Idea menurut Paham Plato tidak saja pengertian jenis, tetapi juga bentuk dari pada keadaan yang sebenarnya. Ide bukan suatu pikiran melainkan suatu realita. Pendapat Plato tentang dunia yang tidak bertubuh merupai pendapat Parmenides tentang adanya satu, kekal dan tidak bisa berubah. Tetapi yang baru dalam ajaran Plato ialah tentang suatu dunia yang imateril, dunia yang tidak berubah. Filosofi Grik sebelum dia tidak mengenal gambaran dunia semacam itu. Juga ada dalam pikiran Parmenides, yang mengisi ruang sepenuhnya sehingga di sebelah tidak ada lagi tempat kosong.
Apabila ide merupakan realitas sebenarnya, lalu bagaimanakah dengan alam fisik yang dikenal manusia lewat panca indera?. Kenyataannya menunjukkan bahwa alam inderawi itu senantiasa berada dalam perubahan, tidak tetap, tidak sempurna, tidak abadi, tidak majemuk, dan beragam. Bagi Plato, kenyataan yang demikian itu membuktikan bahwa dunia inderawi bukanlah realitas yang sebenarnya. Dunia Inderawi itu hanyalah banyangan atau gaambaran yang tidak lengkap atau gambaran yang tidak sempurna dari dunia ide.

Plato mengakui bahwa dunia inderawi yang serba majemuk dan beragam adalah suatu realitas, namun bukanlah realitas yang sebenarnya. Dunia inderawi hanyalah tiruan sementara dari dunia ide. Oleh sebab itu yang paling utama bagi Plato ialah dunia ide. Tetapi itu tidak berarti itu tidak berarti dunia inderawi harus disangkal keberadaannya. Kedua dunia itu tetap merupakan realitas sendiri-sendiri kendatipun yang inderawi hanyalah merupakan tiruan dari dunia ide. Ada dua cara untuk mengenal kedua dunia itu. Dunia inderwai dikenal lewat panca indera, sedangkan dunia ide dikenal lewat akal budi. Sebagai contoh lewat panca indera manusia mengenal kursi yang bermacam- macam, ada yang bulat, ada yang segi empat, ada yang tinggi, ada yang pendek, ada yang kecil dan ada yang besar. Dengan akal budi manusia memasuki dunia ide dan disana ia mengenal ide kursi yang sempurna, tunggal dan abadi.
Dunia ide adalah dunia kodrati, bersifat kekal dan abadi. Sementara didunia inderawi adalah bayang-bayang, penampakan, cerminan, dari dunia ide. Pengatahuan di dunia ide tidak akan pernah musnah dengan musnahnya dunia inderawai pengetahuan di dunia ide tidak akan pernah musnah. Apabila dikatakan bahwa di dunia ide tiada yang serba majemuk dan puspa ragam, itu tidak berarti bahwa di dunia ide hanya ada satu ide saja. Di dunia ide ada banyak ide, namun masing- masing ide itu hanya punya satu. Hanya terdapat satu ide kursi, hanya satu ide segitiga, hanya ada satu ide kuda, hanya ada satu ide manusia, hanya ada satu ide yang baik, hanya ada satu ide yang indah, dan lain sebagainya. Ide ada yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan menyatu dalam satu realitas, misalnya ide kursi menyatukan dengan ide bagus, ide segi empat dan ide tinggi. Ide manusia menyatu dengan ide wanita, ide cantik, ide ramah, dadan ide lembut. Penyatuan ide dalam satu realitas yang dapat disebut dengan persekutuan (bahasa Yunani = Kaiononia). Selain ide bisa nenyatukan dalam satu persekutuan ide, mereka juga memiliki susunan tingkatan ide, itu ialah ide yang baik yang menerangi seluruh ide yang ada di dunia ide.
Bagaimanakah manusia dapat mengatahui bahwa apa yang ada di dunia inderawi adalah gambar dan bayangan dari apa yang ada di dunia ide?. Dalam hal itu jiwa tambil sebagai penghubung yang menghubungkan dunia ide dengan dunia inderawi. Sebelum jiwa manusia terpenjara oleh tubuh, ia berada di dunia ide dan oleh sebab itu mengenal segala sesuatu yang ada di dunia ide. Sesudah jiwa masuk ke dalam dunia inderawi dan terpenjara oleh tubuh, maka setiap kali ia mengamati benda-benda fisik yang berada di dunia inderawi ini ia teringat akan ide benda itu, yang asli dan sempurna yang ada di dunia ide. Oleh sebab itu, bagi Plato pengetahuan ialah inagtan. Mengetahui berarti mengingat. Upaya untuuk memperoleh pengetahuan berarti upaya untuk kembali memasuki dunia ide lewat ingatan. Dengan filsafat manusia berupaya mengenal kembali dengan sebaik mungkin apa yang dahulu pernah diketahuinya dengan sempurna di dunia ide.

D. Ajaran Tentang Idea
Kita tidak akan memandang interprestasi yang berbelit-belit tentang pemikiran Plato. Kita juga sengaja membatasi dari pada suatu fase tertentu dalam perkembangan Plato tentang idea, yaitu fase dimana Plato dengan sadar dan ekspplisit menegaskan adanya idea-idea itu secara nyata.
Plato merasa heran tentang pengenalan kita dank arena itu ia mulai berfilsafat tentangnya. Kitamengenal benda-benda yang sudah konkret dan terbuka bagi pandangan indra kita. Akan tetapi,kita mengenal juga itulah yang menggugah pemikiran kita mengenai hal yang abstrak, tak terlihat. Para tokoh yang terlibat dalam percakapan dialog Phaidom sampai sepakat bahwa kita. mempunyai dua majam pengenalan yang berbeda, yaitu pengenalan indrawi dan supraindrawi. Jika sudah seperti itu harus ada dua dunia yaitu dunia yang kelihatan dan dunia yang tidak terlihat. Problem Plato ini dapat kita dekati dengan cara lain lagi. Dalam pengenalan ilmiah, kita menemukan putusan-putusan yang bersifat umum dan mutlak.
Plato bertitik tolak dari pengandaian bahwa sifat umum dan mutlak perlu dari pengenalan kita tidak mungkin di tarik dari dunia yang kelihatan. Plto ber anggapan, apabila saya mengatakan tentang benda-benda yang konkret dan kelihatan bahwa hal-hal itu sama,benar, baik, dan indah, maka itu berarti sudah harus saya ketahui artinya sama, benar, baik, dan indah.Tentang putusan-putusan semacam itu, Plato menganut suatu macam teori aplikasi artinya menurut pendapat Plato idea yang sudah kita kenal sebelumnya kita terapkan pada kenyatan yang kelihatan. Jadi kita tidak menarik idea-idea itu dari empiri (pengalaman indrawi). Sebagaimana kemudian akan dilakukan oleh Aristoletes, juga Kant menganut suatu teori aplikasi dengan menerapkan kategori-kategori akal budi pada pengalaman indrwai. Menurut Plato tidak diragukan, di samping dunia yang kelihatan, harus ada juga suatu dunia yang tak terlihat suatu dunia pemikir. Akan tetapi, bagaimana gerangan dunia yang tak terlihat itu dapat berperanan dalam pengenalan kita? Bukankah kita hidup dalam dunia yang kelihatan dan tidak memandang yang tidak terlihat itu? Namun demikian, kalau dalam diri kita terdapat pengenalan tentang yang tak kelihatan dan memang demikian halnya maka dengan salah satu cara, pengenalan ini harus berasal dari dunia lebih tinggi itu. Jadi, bagaimana dan bilamanapun perlulah kita pernah berhubungan dengan yang ideal.
Kontrak dengan realitas lebih tinggi itu di anggap Plato sebagai syarat untuk pengenalan duniawi kita. Akan tetapi, perlu kontak itu sudah berlangsung sebelum kita lahir. Tanpa merasa banyak keberatan, Plato sedang memanfaatkan suatu unsur mistis yang memecahkan problem pengenalan, yaitu praeksistensi jiwa. Sebelum kita di lahirkan, dan sebelum memperoleh suatu status badani, kita sudah berada sebagai jiwa-jiwa murni dan hidup dikawasan lebih tinggi dimana kita memandang suatu dunia rohani. Sebagai esensi-esensi yang berdiri sendiri.

hiduplah dalam dunia lebih lebih tinggi itu yang indah, yang baik, dan bahkan “setiap bentuk keberadaan yang pada dasarnya kita hubungi bila mengamati benda-benda indrawi dan yang kita gunakan sebagai bahan perbandingan”, seperti dikatakan dalam Phaidros. Kita bahkan jatuh kedalam dunia yang fana, karena penjelmaan dalam tubuh itu, jiwa kita tidak lagi menyadarkan diri dan dengan mendadak tidak lagi menyadari pengetahuan tentang idea-idea dalam dunia kayangan dulu. Untunglah, dengan mengamati benda-benda yang kelihatan oleh Demiurgos (Arsitek Ilahi) dibentuk dengan menggunakan dunia ideal sebagai cedakkan biru dalam jiwa kita ditampilkan kembali ingatan akan contoh-contoh ideal yang kita pandang dulu. Dengan demikian, pengenalan ilmiah dan filosofis hanya mungkin jiwa menilai gejala-gejala dalam dunia yang kelihatan menurut perbandingan dengan dunia idea. Itulah cara Plato memecahkan problem pengenalan.
Pengertian mengenai anggapan Plato mengenai pengenalan serta ada memudahkan kita untk memahami pandangannya tentang manusia. Apakah manusia itu?  Seperti yang sudah kita liha, pada awal mula ia adalah roh murni yang hidup dari kontemplasi akan yang ideal dan yang ilahi. Jadi, kemungkinan dan makna ultim keberadaan manusia mula-mula terletak dalam kehidupan yang berkaitan erat dengan yang baik, yang benar, dan yang indah. Namun kita tidak setia pada peruntukan kita ini, kita tidak mewujudkan makna kehidupan sebagaimana menjadi kewajiban kita, kita bersalah karena menyimpang dari kiblat idea-idea itu. Kita langsung terhukum dengan dipenjarakannya jiwa kedalam tubuh. Kita menjadi bagaikan malaikat yang terjatuh dan sebagai hukuman di jelmakan dalam tubuh. Apakah yang sekarang menjadi makna keberadaan kita dalam situasi jasmana ini? Kita harus berusaha naik keatas lagi dan sekali lagi memperoleh perhatian dan cinta besar untuk dunia ideal, surgawi, dan ilahi itu. Akan tetapi, kemungkinan untuk mewujudkan makna ini sangat dibatasi karena kita terbelenggu dalam mater.

Dunia jasmani dan tubuh, bagi kita, menjadi kemungkinan-kemungkinan buruk untuk lebih lanjut lagi dalam tenggelam dalam rawa-rawa materil dan sensual. Dengan menyerah pada rayuan dunia dan tubuh, manusia akan menyimpang semakin jauh dari asal-usul serta peruntukannya. Kemungkinan yang paling jahat ialah menyerahkan diri sepenuhnya kepada dirinya sendiri (egoism radikal) dan kepada benda-benda jasmani hingga akhirnya terputus sama sekali dari yang umum, ideal,dan ilahi. Kalau begitu,neraka menjadi kemungkinan kita yang ultim, sebagaimana dijelaskan dalam Gorgias dan Poliiteia. Akan tetapi, menurut Plato, tidak perlu selalu dann secara tak terhindarkan dunia serta tubuh menarik manusia kebawah dan merendahkannya asal saja ia memberi kesempatan kepada roh dan logosnya. Roh kita dapatmenemukan kembali pengetahuan dari masa surgawi dahulu.Perhatian indrawi untuk gejala-gejala yang kelihatan dapat sekali menggugah hati manusia.Fajar akan menyisingkan lagi dalam batinnya, dalam ingatannya. Dengan memperhatikan tanpa pamrih realitas yang kelihatan in, rohnya diantar kembali kepada idea-idea, kepada dunia ideal. Bukankah benda-benda yang kelihatan yang kelihatan ini menyerupai sedikit meski hanya lemah dan serba tidak sempurna idea-idea yang di pandangnya dulu.
Eros menemui kita dengan semangat kebersamaan, membebaskan kita dari kesendirian kita, dan mengajak kita ke pesta, dan permainan. Eros itu luwes, murah hati, dikagumi oleh para cerdik pendai, dan disayangi oleh para dewa. Plato menyebutkan bapak segala kehalusan , segala kepuasan dan kelimpahan, segala daya tarik, keinginan dan asmara. Dalam penderitaan dan ketakutan, dalam keinginan dan pemikiran, dalam pemimpin kita yng terbaik. Eros adalah has rat kita yang tidak pernah padam untuk yang benar, yang baik, dan indah. Eros mendorong kita semakin tinggi dari cinta untuk yang kelihatan kepada  cinta yang tak terlihat,ideal, ilahi.




Menurut pandangan Plato, kematian bukan kemungkinan ultim karena bagi banyak oramg, kematian hanyalah permulaan suatu reinkarnasi baru yanglebih rendah atau lebih tinggi dari pada keberadaanya sebelumnya. Jiwa akan kembali ke asal usulnya tak dapat disangkal bahwa pandangan Plato kali ini sangat menghiurkan banyak orang yang berjiwa idealistis sampai saat ini.

E. Perumpamaan tentang Gua
Untuk memahami filsafat tentang idea itu, kita dapat menggunakan sebuah perumpamaan yang dapat ditemukan dalam buku Politeia, yaitu perumpamaan tentang gua. Bayangkan sebuah gua yang ada didalamnya terdapat sekelompik tahanan yang tidak dapat memutar badan, duduk, menghadap tembok belakang gua. Di belakang para tahanan terdapat api yang besar. Yang dapat dilihat oleh para tahanan adalah bayangan benda-benda itu, karena mereka berpendapat bahwa bayangan- bayangan itu adalah realitas sesungguhnya. Sesudah ia keluar dari gua dan matanya membiasakan diri pada cahaya, ia melihat pohon, rumah, dunia nyata diluar gua, dan melihat matahari yang menyinari semuanya.
Dengan perumpamaan gua ini, Plato memperlihatkan bahwa apa yang pada umumnya dianggap kebenaran masih jauh sekali dari realita yang sebenarnya. Bayang-bayang yang dilihat para tahanan du dalam gua itu adalah anggapan biasa manusia tentang dunia, bahwa benda-benda yang dibawa oleh para tahanan adalah alam indrawi. Namun benda dunia ini belum realitas yang sebenarnya untuk mencapai realitas yang sebenarnya harus keluar gua.
Realitas yang sebenarnya bukan merupakan realitas indrawi. Realitas indrawi hanyalah cerminan realitas yang sebenarnya dalam medium materi. Realitas yang sebenarnya bersifat ruhani dan oleh Plato disebut idea. Idea itu bersifat abadi dan tidak akan berubah, seperti halnya idea manusia. Manusia dapat menangkap ide-ide apabila ia berfikir melalui konsep-konsep dan berupaya mencari hakikat dari realitas indrawi dan bendawi.
KESIMPULAN

Filsafat Plato adalah Ilmu Pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
Idealisme Plato berbeda dengan idealism modern. Dunia Ide menurut Plato merupakan suatu realitas yang objektif, karena idealisme Plato sering disebut idealism realitis.





















DAFTAR PUSTAKA

Der, Van. 2009. Filsuf-Fiilsuf Besar tentang Manusia. Seri Filsafat Atmajaya.
Flew, Anttony. 1971. Am Introduction To Wastein Philosopy. New York: The Bobs Meril dan Company Inc.
Hatta, Muhammad. 1980. Alam Pemikiran Yunani. Jakarta Pusat : PT Tintamas Indonesia.
Maksum, Ali. 2014. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmoderen. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Maksum, Ali. 2016. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Melling, David. 2000. Jejak Langkah Pemikiran Plato. Yogyakarta: Bentang Budaya.
Munir, Misnal. 2002. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Soyomukti, Nurani. 2017. Filsafat Umum. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Rapar. 1980. Filsafat Politik Plato. Jakarta: CV Rajawali.