Selasa, 01 Desember 2020

MAKALAH MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I

PENDAHUUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan laju perkembangan yang terus berkembang di Indonesia, maka banyak bermunculan perusahaan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Tujuan utama suatu perusahaan yaitu memperoleh laba seoptimal mungkin dan mengawasi berjalannya perusahaan serta berkembangnya perusahaan, maka hal yang perlu dilakukan oleh suatu perusahaan adalah mengadakan penilaian terhadap persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Hal ini dilakukan karena persediaan bagi kebanyakan perusahaan merupakan salah satu modal kerja yang sangat penting didalam suatu perusahaan, dimana prosedurnya terus menerus mengalami perubahan dan perputaran.

Dalam suatu perusahaan, pelaporan mengenai persediaan sangat penting bagi perusahaan dalam mengambil suatu keputusan dan persediaan merupakan salah satu dari beberapa unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus meneru diperoleh, diproduksi dan dijual. Oleh karena itu, system akuntansi itu sendiri harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga tidak mengalami hal-hal yang mengganggu jalannya operasi perusahaan.

Pelaporan persediaan yang diteliti dan relevan dianggap vital untuk memberikan informasi yang berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan persediaan, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam menentukan besarnya laba perusahaan yang diperoleh. Jika persediaan akhir dinilai terlalu rendah dan mengakibatkan harga pokok barang yang dijual terlalu rendah, maka pendapatan bersih akan mengalami peningkatan. Begitu juga dengan lamanya persediaan yang tersimpan digudang akan mempengaruhi biaya sehingga kemungkinan akan terjadinya kerusakan yang mengakibatkan kerugian dan kemungkinan juga persediaan akan kadaluarsa sehingga tidak laku dipasar.

Dari penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa persediaan sangat penting artinya bagi perusahaan. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk lebih mengetahui dan memahami bagaimana persediaan dimanage secara benar yang diterapkan dalam suatu perusahaan agar membawa manfaat yang baik dalam pencapaian laba yang diinginkan. Menurut prinsip-prinsip akuntansi persediaan merupakan barang dagang yang disimpan kemudian dijual dalam operasi normal perusahaan.

 

B.     Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan manajemen persediaan?

2. Apa fungsi persediaan bagi perusahaan?

3.  Apa saja jenis-jenis persediaan?

4.  Apa saja yang termasuk biaya persediaan?

5.  Bagaimana tingkat perputaran persediaan?

6.  Bagaimana perhitungan Economical Order Quantity?

7.  Bagaimana perhitungan Reorder Point?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Manajemen Persediaan

Persediaan merupakan salah satu unsur penting dalam operasi perusahaan, selain itu persediaan dapat mempermudah dan memperlancar jalannya kegiatan normal pada suatu perusahaan yang dilakukan secara rutin untuk memproduksi barang yang selanjutnya ditimbulkan pada konsumen. Pengertian persediaan menurut Freddy Rangkuti yaitu “salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara continue diperoleh, diubah kemudian dijual kembali”.

Sedangkan  pengertian  persediaan  menurut C. Rolln Niwwonger, Philip E. Fess dan Carl S. Wareen yang diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani dan Taufik Hendrawan yaitu “digunakan untuk mengindikasikan (1) barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan (2) bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu.”

Persediaan (inventory) adalah bahan-bahan atau barang (sumber daya-sumber daya organisasi) yang disimpan yang akan dipergunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk suku cadang dari peralatan, maupun untuk dijual. Walaupun persediaan hanya merupakan suatu sumber dana yang menganggur, akan tetapi dapat dikatakan tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan.

Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan dagang dan perusahaan industri serta perusahaan jasa. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada keadaan bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggannya sehingga kontinuitas perusahaan dapat teranggu karena sumber utama pendapatan perusahaan berasal dari penjualan persediaan. Ini berarti perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seterusnya didapatkan.

Persediaan mempunyai arti dan peranan yang penting dalam suatu perusahaan. Persediaan barang dagangan yang secara terus menerus dibeli dan dijual yang merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri. Penjualan barang dagangan merupakan sumber utama penghasilan bagi perusahaan, karena sebagian besar sumber perusahaan tertanam dalam persediaan.

B.   Fungsi Persediaan

Beberapa fungsi penting persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, yaitu:

1.    Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan.

2.    Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.

3.    Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang secara musiman atau inflasi

4.    Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasaran.

C.  Jenis-Jenis Persediaan

Secara garis besar dalam perusahaan yang bergerak di dalam industri pabrik (manufaktur), persediaan diklasifikasikan berdasarkan tahapan dalam proses produksi. Karena itu jenis-jenis persediaan menurut Freddy Rangkuti berdasarkan jenis dan posisi barang, terdiri dari:

a. Persediaan bahan baku (raw material stock), yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi.

b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.

c. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies stock), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

d. Persediaan barang setengah jadi (work in process stock), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu di proses lebih lanjut menjadi barang jadi.

e. Persediaan barang jadi (finished good stock), yaitu persediaan  barang- barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim pada langganan.

Jenis-jenis persediaan dalam suatu perusahaan menurut fungsinya dapat dibedakan atas:

a) Bath Stock/Lot Size Inventory adalah persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Keuntungannya:

1) Potongan harga pada harga pembelian.

2) Efisiensi produksi.           

3) Penghematan biaya angkutan.

b) Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.

c) Anticipation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan, penjualan, atau permintaan yang meningkat.

D.   Biaya Persediaan

Biaya inventory sebagian merupakan biaya variabel dan sebagian lainnya merupakann biaya tetap. Biaya inventory yang bersifat variabel adalah biaya yang berubah-ubah karena adanya perubahan jumlah inventory yang ada di dalam gudang. Biaya tersebut akan naik kalau kita meningkatkan jumlah persediaan yang disimpan. Adapun jenis biaya ini antara lain dalam bentuknya biaya modal yang ditanamkan dalam persediaan tersebut, biaya asuransi persediaan, biaya atau upah buruh yang mengurusi penerimaan barang.

Adapun biaya inventory yang bersifat tetap adalah elemen-elemen biaya inventory yang relatif tetap dalam jumlah totalitasnya dalam jangka pendek dengan tidak memandang adanya variasi yang normal dan jumlah persediaan yang disimpan, misalnya depresiasi/penyusutan ruangan yang digunakan, biaya pemeliharaan gudang, pajak, pemanasan, buruh penjaga gudang.

Ada 3 macam biaya yang berhubungan dengan inventory yaitu:

1. Ordering cost (biaya pesan dan pemasaran). Contohnya: biaya pemesanan, set up cost, biaya pengiriman dan penangannya (bongkar-muat), potongan harga karena jumlah pembelian besar.

2. Carrying cost (biaya penyimpanan). Contohnya: biaya gudang, asuransi, pajak kekayaan, biaya modal, penyusutan.

3. Biaya persediaan pengaman. Contohnya: kehilangan penjualan, kehilangan kepercayaan pelanggan, gangguan jadwal produksi.

E. Tingkat Perputaran Persediaan

Macam persediaan, tergantung jenis perusahaan (bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, suku cadang dan lain-lain). Pada perusahaan manufaktur umumnya mempunyai 3 jenis persediaan yaitu:

1. Bahan baku/material

2. Barang dalam proses (barang setengah jadi)

3. Barang jadi.

Secara umum besar-kecilnya inventory tergantung pada beberapa faktor, yaitu:

1.   Lead time, yaitu lamanya masa tunggu material yang dipesan datang.

2.   Frekuensi penggunaan bahan selama 1 periode, frekuensi pembelian yang tinggi menyebabkan jumlah inventory menjadi lebih kecil untuk 1 periode pembelian.

3.   Jumlah dana yang tersedia

4.   Daya tahan material

Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan adalah:

1. Bahan baku, dipengaruhi oleh: perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat diandalkan pemasok, dan tingkat efisiensi penjadualan pembelian dan kegiatan produksi.

2. Barang dalam proses, dipengaruhi oleh: lamanya produksi yaitu waktu yang dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk ke proses produksi sampai dengan saat penyelesaian barang jadi.

3. Barang jadi, persediaan ini sebenarnya merupakan masalah koordinasi produksi dan penjualan.

a. Tingkat perputaran persediaan barang dagangan 

 

Penjualan Bersih

Inventory Turnover = _________________________  = ...... kali

Persediaan Rata-rata

 

atau

   Harga Pokok Penjualan

= ______________________  = ...... kali

    Persediaan Rata-Rata

 

 

  Persediaan Awal + Persediaan Akhir Tahun

Persediaan Rata-Rata =          _____________________________________

                                                                     2

 

365 Hari

Hari Rata-Rata Barang di simpan di gudang = ----------------------------------

                                                                                  Inventory Turnover

 

                                                                                     

Contoh:

Diketahui Persediaan Barang per tanggal 31 Desember tahun 2009 sebesar Rp. 100.000.000,- dan persediaan barang per tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp. 150.000.000,-. Dalam laporan laba rugi tahun 2009, diperoleh data penjualan sebesar 315.000.000,-. Hitunglah berapa kali perputaran persediaan di gudang?

Jawab:

                                         100.000.000,- + 150.000.000,-

Persediaan Rata – rata = ----------------------------------------

                                                                 2

                                     = 125.000.000,-

 

                                         Penjualan Bersih

Perputaran Persediaan = -------------------------

                                         Rata- rata persediaan

 

                                         315.000.000,-

Perputaran Persediaan = ------------------

                                         125.000.000,-

                                           = 2,52 kali

 

365 hari

Rata-Rata Barang di gudang = ----------- = 144, 84 hari sekali dalam setahun

2,52 kali

 

F.   Perhitungan Economical Order Quality (EOQ)

Persediaan ialah sumber daya yang harus disimpan oleh organisasi dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan, sumber daya yang dimaksud ini adalah dapat berupa material (bahan), mesin, uang ataupun tenaga kerja.

Terdapat dua keputusan utama yang berkaitan dengan pengendalian persediaan tersebut ialah berapa banyak sumber daya yang harus dipesan (dibeli atau diproduksi) dan kapan waktunya untuk melakukan suatu pemesanan (pembelian atau produksi) untuk mengurangi biaya-biaya persediaan tersebut.

Economic Order Quantity (EOQ) merupakan tingkat persediaan yang meminimalkan total biaya menyimpan persediaan dan biaya pemesanan. Ini ialah salah satu model tertua penjadwalan produksi klasik. Kerangka kerja yang dipakai untuk menentukan kuantitas pesanan ini juga dikenal sebagai Wilson EOQ Model atau Wilson Formula.

Kategori Biaya dalam Model EOQ:

1) Biaya Pemesanan

Biasa dikenal juga sebagai biaya pembelian atau biaya set up. adalah jumlah biaya tetap yang terjadi setiap kali item dipesan. Biaya tersebut berhubungan dengan aktivitas fisik yang dibutuhkan untuk melanjutkan memproses pesanan. Sifat biaya pemesanan ini konstan, tidak bergantung pada jumlah barang yang dipesan. Adapun yang termasuk dalam biaya pemesanan ini adalah sebagai berikut ini :

a) Biaya persiapan pemesanan

b) Biaya mengirim atau biaya menugaskan karyawan untuk melakukan pemesanan

c) Biaya pada saat penerimaan bahan yang dipesan

d) Biaya penyelesaian untuk pembayaran pemesanan

2) Biaya Tercatat

Biasa disebut juga biaya penyimpanan, biaya tercatat ialah biaya yang terkait dengan persediaan yang dimiliki di gudang. Halini terdiri dari biaya yang berkaitan dengan investasi persediaan dan biaya penyimpanan. Adapun beberapa hal yang berpengaruh dan masuk dalam biaya tercatat ini ialah bunga, asuransi, pajak, dan biaya penyimpanan seperti biaya sewa gudang, biaya listrik, biaya kerusakan, dan lain sebagainya.

a.   Cara menentukan besarnya EOQ

Didalam bukunya Heizer dan Render (2011:323) menyatakan untuk menghitung economic order quantity terlebih dahulu dihitung biaya pesan dan biaya simpan per satu bahan baku dengan rumus antara lain sebagai berikut ini :

1) Rumus Biaya Pemesanan = Total biaya pesan : Frekuensi pemesanan

2) Rumus Biaya Penyimpanan = Total biaya simpan : Total kebutuhan bahan baku

Adapun rumus perhitungan economic order quantity (EOQ) menurut Handoko (2000:340) IALAH dapat diuraikan sebagai berikut ini:

 

 

 

Dimana :

EOQ =  kuantitas pembelian optimal.

S = biaya pemesanan setiap kali pesan.

D = penggunaan bahan baku pertahun.

H = biaya penyimpanan per-unit.

Berikut ialah cara menghitung EOQ secara matematis :TAC : Total biaya persediaan tahunan (Total Annual Inventory Cost)

TOC = Total biaya pesan (Total ordering cost)

TCC = Total biaya simpan (total carrying cost)

R = Jumlah pembelian (permintaan ) selama satu periode

C = Biaya simpan tahunan dalam rupiah / unit

S = Biaya setiap kali pemesanan

Q = kuantitas pemesanan (unit/order)

Q* = jumlah pesanan optimum (EOQ)

TC =total biaya persediaan minimum (minimum total inventory cost)

Rumus-Rumus:

1. TAC = TOC + TCC

2. TOC = (R/Q)S

3. Frekuensi pemesanan/tahun = R/Q

4. Rata-rata persediaan pertahun = Q/2 ; TOC = (Q/2)C

5. EOQ=Q*=V(2RS/C) : akar dari (2RS/C)

Menghitung karakteristik lain dari kebijakan persediaan optimum sebagai berikut ini :

Total dari biaya tahunan minimum (TIC) :

           TC=(R/Q*)S + (Q*/2)C

 Total dari biaya pemesanan tahunan (TOC) :

           TOC=(R/Q*)S

Total dari biaya simpan tahunan(TCC) :

           TCC=(Q*/2)C

Frekuensi pemesanan optimum per-tahun (F*) :

           F*=R/Q*

 Jarak Siklus optimum (T*) :

           T=Q*/R

Contoh:

Toko Kubota rata-rata menjual 1.000 generator per bulan dan permintaan generator selama satu tahun diperkirakan konstan. Toko Kubota akan menetapkan kebikajan pemesanan sebanyak 2.000 generator setiap kali pemesanan dengan waktu tunggu (lead time) 6 hari. Bagian kalkulasi biaya telah menetapkan bahwa biaya setiap kali pemesanan adalah Rp. 600.000 dan biaya penyimpanan tahunan adalah 10.000 per unit. Tentukan TIC, EOQ dst.

Jawab :

Diketahui R = 1.000 x 12 = 12.000/tahun

S= 600.000

C = 10.000/unit

EOQ = Q* = V(2RS/C)

= V(2x12.000/600.000)/10.000

= 1.200 unit

TC = (R/Q*)S + (Q*/2)C

= (12.000/1.200)600.000 + (1.200/2)10.000

= 12.000.000

 

TOC = (R/Q*)S

=  (12.000/1.200)600.000

=  6.000.000

TCC = (Q*/2)C

= (1.200/2)10.000

= 6.000.000

F* = R/Q*

=  12.000/1.200

= 10 kali

T = Q*/R

= 1.200/12.000

= 0,1

G. Perhitungan Reorder Point

Reorder Point adalah saat atau titik di mana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat pada waktu di mana persediaan di atas safety stock sama dengan nol. Dengan demikian diharapkan datangnya material yang dipesan itu tidak akan melewati waktu sehingga akan melanggar safety stock.

Dalam penentuan reorder point haruslah kita memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

1.  Penggunaan material selama tenggang waktu mendapatkan barang (procurement leadtime).

2.    Besarnya safety stock.

a. Cara menentukan Reorder Point

1. Menetapkan jumlah penggunaan selama “lead time” dan ditambah dengan persentase tertentu. Misalnya ditetapkan bahwa safety stock sebesar 50% dari penggunaan selama “lead time” dan ditetapkan bahwa “lead time”-nya adalah 5 minggu, sedangkan kebutuhan material setiap minggunya adalah 40 unit.

Reorder Point = (5 x 40) + 50% (5 x 40)

                       = 200 + 100

                       = 300 unit

2. Dengan menetapkan penggunaan selama “lead time” dan ditambah dengan penggunaan selama periode tertentu sebagai safety stock, misalkan kebutuhan selama 4 minggu.

Reorder Point = (5 x 40) + (4 x 40)

                       = 200 + 160

                       = 360 unit

Dari contoh yang terakhir ini dapatlah dikatakan bahwa “reorder point”-nya adalah pada jumlah 360 unit, yang ini berarti bahwa pesanan harus dilakukan pada waktu jumlah persediaan tinggal 360 menit. Apabila pesanan, baru dilakukan sesudah persediaan tinggal 300 unit, maka ini berarti bahwa pada saat barang yang dipesan datang, perusahaan terpaksa sudah mengambil material dari safety stock sebesar 60 unit.

Pada waktu barang yang dipesan persediaan dalam gudang tinggal 100 unit (300 - 200), padahal safety stock telah ditetapkan sebesar 160 unit. Dengan demikian safety stock di sini sudah terlanggar. Apabila pesanan sudah dilakukan pada waktu persediaan sebesar 360 unit, maka pada waktu barang yang dipesan datang, persediaan di dalam gudang masih 160 unit (yaitu 360 - 200), persis sama besarnya dengan baesranya safety stock, yang ini berarti bahwa safety stock tidak terlanggar.

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, F. Eugene., and Houston, J. Joel. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Freddy, Rangkuti. Manajemen Persediaan. Cet. 1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek). Yogyakarta: BPEE-Yogyakarta.

http://kuliah-manajemen.blogspot.com/2009/12/manajemen-persediaan.html, di akses pada tanggal 23 April 2020 pukul 12.37 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar